Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Rabu, 07 Desember 2011

Misteri Hantu Merah (Chapter 1)



Chapter 1
Jeritan Hantu Merah

Jeritan itu menyebabkan Heechul dan Donghae kaget setengah mati.

Kedua pemuda itu sedang berdiri di suatu jalan masuk yang tidak terawat. Di mana-mana tumbuh rumput liar. Di depan mereka nampak sebuah rumah tua yang tidak didiami lagi. Rumah itu besar sekali, sebesar hotel. Satu sisinya sudah runtuh, diambrukkan para pekerja. Cahaya bulan yang remang-remang, membuat pemandangan saat itu seperti diselubungi kabut. Seperti dalam mimpi.

Heechul sedang berbicara, melukiskan pemandangan yang terlihat. Suaranya direkam dengan tape recorder kecil yang tergantung di lehernya. la berhenti sebentar. Sambil menoleh pada Donghae, ia berkata.

"Banyak orang beranggapan bahwa rumah ini berhantu, Donghae. Sayang tidak teringat oleh kita, ketika Yesung waktu itu mencari-cari rumah hantu untuk filmnya "

"Ya, aku rasa Yesung akan sangat senang dengan rumah ini," kata Donghae menyetujui. "Tapi aku tidak. Terus terang saja, semakin lama aku berdiri di sini, semakin gelisah saja perasaanku. Bagaimana jika kita pergi saja sekarang?"

Tepat saat itulah terdengar bunyi jeritan yang melengking tinggi. Datangnya dari rumah kosong itu. Bulu roma Heechul dan Donghae berdiri mendengar jeritan yang lebih mirip suara binatang dari pada manusia itu.

"Kau dengar suara itu?" kata Donghae dengan suara seperti tercekik. "Tunggu apa lagi kita di sini? Ayo, cepat lari!"

"Tunggu!" kata Heechul. la tetap berada di tempatnya, walau kakinya sudah ingin lari saja. Melihat Donghae ragu-ragu, ia menambahkan, "Akan kupasang tape recorder ini lebih keras lagi, karena siapa tahu nanti ada bunyi lain. Eunhyuk pasti akan berbuat begitu."

"Ya…" kata Donghae, la masih ragu. Tapi Heechul sudah memutar tombol rekaman bunyi serta mengarahkan mikrofonnya ke rumah kosong yang nampak di antara pepohonan di depan mereka.

"Aaaaaa… aiiiiiii!" Terdengar lagi jeritan seperti yang tadi. Melengking panjang dan tinggi, lalu menurun dan lenyap lagi dengan pelan. "Ayo, kita pergi!" kata Donghae mendesak. "Sudah cukup banyak yang kita dengar."

Kali ini Heechul sependapat. Dengan cepat keduanya berpaling. Maksudnya mau lari ke tempat sepeda mereka ditaruh tadi.

Donghae gesit seperti kijang. Sedang Heechul kini bisa lari lebih cepat dari sebelumnya. Beberapa tahun yang lalu kakinya pernah patah, karena jatuh di suatu lereng berbatu. Karena itu kemudian terpaksa memakai penopang. Untung saja proses penyembuhan cederanya berjalan baik. Setelah cukup lama melatih kekuatan kaki, akhirnya minggu lalu Heechul diberi tahu bahwa kakinya tidak memerlukan penopang lagi. Dan kini gerakannya terasa begitu enteng. la merasa seakan-akan bisa terbang.

Walau begitu, keduanya tidak bisa lari jauh-jauh, karena tahu-tahu ada beberapa lengan yang menahan. Donghae mendengus kaget. la menubruk seseorang yang berada di belakangnya. Heechul juga terhenti larinya, karena membentur seorang laki-laki yang langsung memegangnya. Ternyata tanpa mereka ketahui, ada segerombolan laki-laki datang di belakang mereka, ketika keduanya sedang terpaku mendengar suara jeritan seram tadi.

"Hey, Pelan-pelan!" seru laki-laki yang memegang Donghae. "Nyaris saja aku jatuh karena kau tabrak!"

"Suara apa itu tadi?" tanya orang yang menahan Heechul, supaya tidak jatuh. "Kami melihat kalian berdiri sambil mendengarkan!"

"Kami tidak tahu, tapi kedengarannya seperti suara hantu!" kata Donghae.

"Hantu? Omong kosong!.... Mungkin seseorang yang sedang mengalami kesulitan! Mungkin gelandangan!"

Kelima atau enam orang yang baru datang itu berbicara campur aduk. Donghae dan Heechul sudah tidak diacuhkan lagi. Kedua pemuda itu tidak bisa melihat wajah orang-orang itu dengan jelas. Tapi semuanya berpakaian rapi. Dari gaya bicara mereka, diperoleh kesan bahwa orang-orang itu penghuni rumah-rumah di daerah pemukiman yang nyaman di sekeliling rumah kosong yang kebunnya tak terawat itu. Daerah itu dikenal dengan nama Kangsan Estate.

"Kita masuk saja ke dalam!" kata seorang dari mereka dengan lantang. Pemuda itu mengenakan kemeja berwarna biru. Heechul tidak bisa mengenali raut wajahnya dengan jelas. Orang itu menyambung kalimatnya, "Kita ke sini untuk melihat bangunan tua ini, sebelum diambrukkan. Mungkin jeritan itu berasal dari seseorang yang menderita cedera di dalam rumah."

"Aku rasa lebih baik jika kita memanggil polisi," kata seorang laki-laki berkemeja kotak-kotak. Ia agak gugup. "Menyelidiki hal-hal seperti ini kan tugas mereka!"

"Tapi mungkin ada orang cedera di sana," kata orang yang berkemeja biru. "Mungkin kita bisa menolong. Jika menunggu dulu sampai polisi datang… siapa tahu, jangan-jangan nanti ia sudah mati!"

"Kau saja yang masuk, aku akan memanggil polisi," kata pemuda yang memakai kemeja kotak-kotak. la langsung berpaling, hendak pergi.

Saat itu seorang lainnya lagi berbicara. la menuntun seekor anjing kecil. "Ah, mungkin itu burung hantu atau kucing yang tersesat di dalam," katanya. "Kalau kau memanggil polisi hanya untuk itu saja, kau bisa malu nanti!"

Laki-laki berkemeja kotak-kotak nampak agak bingung. "Ya…" katanya.

Saat itu laki-laki yang bertubuh atletis dalam kelompok itu mengambil pimpinan. "Ayo," ajaknya, "kita kan berenam dan beberapa di antara kita membawa senter. Menurutku, lebih baik kita periksa dulu ke dalam. Nanti kita bisa memanggil polisi, kalau ternyata memang perlu. Kalian berdua…" kini orang itu berbicara pada Heechul dan Donghae, "kalian pulang! Kalian tidak ada gunanya di sini." Setelah itu ia melangkah di atas jalan beralas batu yang menuju ke rumah kosong.

Orang-orang yang lain menyusul, setelah bimbang sesaat. Laki-laki yang menuntun anjing kecil mengangkat binatang itu lalu menggendongnya sambil berjalan. Sedang laki-laki berkemeja kotak-kotak berjalan paling belakang. Dari sikapnya nampak bahwa ia masih tetap ragu.

"Ayo," kata Donghae pada Heechul, "kita pulang saja! Kita tidak ada gunanya di sini, seperti kata orang itu tadi."

"Lalu kita tidak menyelidiki apa yang terdengar menjerit itu?" bantah Heechul. "Bayangkan apa yang akan dikatakan Eunhyuk nanti. Pasti kita dikecamnya habis-habisan! Kita ini kan penyelidik. Lagi pula, kita tidak perlu takut lagi, karena beramai-ramai di sini.

Heechul bergegas menyusul kelompok yang sudah mendahului. Donghae menyusulnya. Sedang keenam laki-laki itu sudah sampai di pintu depan yang besar. Mereka berdiri di situ dengan sikap bimbang. Lalu laki-laki yang bertubuh atletis menekan gagang pintu. Pintu terbuka. Di belakangnya nampak serambi dalam yang gelap.

"Kita nyalakan senter," katanya. "Aku ingin tahu, bunyi apa itu tadi!"

Dengan senter menyala ia mendahului masuk. Orang-orang yang lain berdesak-desakan menyusulnya. Tiga senter lagi menyala, memecah kegelapan. Sewaktu orang-orang masuk, Donghae dan Heechul ikut menyelinap dengan diam-diam di belakang mereka.

Mereka sampai di sebuah ruangan yang luas. Kelihatannya dulu merupakan tempat menerima tamu, kalau ada pesta dan sebagainya. Senter disorotkan ke sana-sini. Nampak dinding berlapis kertas sutra yang sudah pudar warnanya. Kertas dinding itu dihiasi lukisan pemandangan di Cina.

Di situ juga ada tangga yang lebar. Bentuknya melengkung ke atas. Satu di antara orang-orang yang masuk, menyorotkan senternya ke tangga itu.

"Di situ rupanya Taecyeon jatuh sehingga lehernya patah lima puluh tahun yang lalu," katanya. "Coba cium bau tempat ini. Pengap sekali! Tidak mengherankan sebetulnya, kalau diingat bahwa rumah ini sejak waktu itu tidak pernah didiami lagi."

"Kata orang, di sini ada hantu," kata seseorang lagi, "dan aku percaya saja. Mudah-mudahan saja kita tidak melihat hantu itu."

"Kalau begini terus, takkan berjalan penyelidikan kita," kata salah satu laki-laki yang bergerombol tadi. "Ayo, kita mulai saja dengan tingkat dasar."

Sambil menggerombol terus, orang-orang itu mulai memeriksa kamar-kamar besar yang terletak di tingkat dasar. Dalam kamar-kamar itu sama sekali tidak ada perabot rumah. Debu berhamburan di mana-mana. Dinding salah satu sayap gedung itu sudah tidak ada lagi. Para pekerja yang bertugas mengambrukkan rumah tua itu memulai pekerjaan mereka hari itu dengan membongkar dinding luar itu.

Orang-orang yang masuk bersama Donghae dan Heechul mencari ke mana-mana. Tapi yang mereka temukan hanya kamar demi kamar yang kosong dan bergema. Mereka berjalan tertegun-tegun. Bicara pun berbisik-bisik.

Kini mereka menuju ke sayap bangunan yang satu lagi. Akhirnya sampai di sebuah ruangan luas, yang dulu kelihatannya ruang duduk. Pada satu ujungnya terdapat tempat perapian yang megah. Di seberangnya berjajar jendela yang besar-besar. Orang-orang yang masuk itu berdiri bergerombol di depan tempat perapian. Mereka berunding. Perasaan mereka tidak enak.

"Percuma saja kita mencari," kata seseorang dengan suara pelan. "Sebaiknya kita memanggil polisi..."

"Ssst!"

Semua berdiri terpaku. Orang yang berbicara tadi langsung bungkam.

"Aku merasa seperti mendengar sesuatu," kata orang yang mendesis tadi. la berbisik-bisik. "Mungkin seekor binatang! Coba kita matikan semua senter! Barangkali nanti ada yang nampak bergerak-gerak."

Seketika itu juga senter padam semuanya. Ruangan menjadi gelap. Hanya sinar bulan saja yang samar-samar merembes masuk lewat kaca jendela yang buram karena debu.

"Lihatlah!" kata seseorang dengan nada kaget. "Itu! Di dekat pintu!"

Semua berpaling ke arah yang dimaksudkan. Dan semua melihat apa yang dimaksudkan orang itu.

Sesosok tubuh kemerah-merahan nampak berdiri dekat pintu yang mereka lewati sewaktu masuk tadi. Tubuh itu seakan-akan memancarkan cahaya samar, bergoyang-goyang seperti kabut. Heechul menatap pemandangan itu. Tanpa disadarinya, ia menahan napas. Dan sosok tubuh itu semakin lama semakin jelas bentuknya. Berupa seorang laki-laki, memakai jubah merah yang panjang.

"Itu hantunya!" kata seseorang dengan suara lemas. "Hantu Taecyeon!"

"Hidupkan semua senter!" kata seorang laki-laki dengan suara tegas. "Arahkan ke sana!"

Tapi sebelum senter dinyalakan, sosok tubuh samar kemerahan itu kelihatannya seolah-olah melayang sepanjang dinding, lalu menyelinap ke luar lewat pintu. Tepat pada saat tiga senter terpancar ke sana, bayangan itu lenyap.

"Andai saja aku ini, tadi ada di tempat lain… sejak satu jam yang lalu, pasti aku tidak akan melihat hantu itu." bisik Donghae di telinga Heechul.

"Mungkin tadi itu cuma cahaya lampu mobil yang masuk lewat jendela," kata seseorang dengan suara keras. "Ayo, kita periksa ke serambi dalam."

Bergedebak-gedebuk mereka pergi ke ruangan itu, lalu menyorotkan senter ke segala arah. Tapi tak ada yang bisa dilihat di situ. Lalu ada yang mengusulkan, sebaiknya senter dimatikan lagi. Mereka lantas menunggu dalam gelap. Semua membisu. Hanya anjing kecil yang digendong terdengar seperti mengeluh dengan suara pelan.

Kini Donghae yang paling dulu melihatnya. Yang lain memandang ke sekitar mereka. Tapi Donghae kebetulan mendongak, memandang ke arah tangga. Dan dilihatnya sosok tubuh merah yang tadi, berada di ujung bawah tangga.

"Itu dia… di tangga!" seru Donghae.

Semua menoleh. Dan semuanya melihat sosok tubuh itu bergerak seakan-akan meluncur menaiki tangga menuju tingkat atas.

"Ayo, kita kejar!" seru laki-laki bertubuh atletis. "Pasti itu seseorang yang mau mempermainkan kita!"

la bergegas lari mendaki tangga diikuti yang lainnya. Tapi sesampai di tingkat kedua, ternyata tidak ada orang di situ.

"Aku punya ide," kata Heechul. la berpikir, apa yang akan dikerjakan Eunhyuk jika pada saat itu ada di antara mereka. Dan Heechul tahu, tindakan apa yang tentunya akan diambil temannya itu. la memicingkan mata karena silau terkena sinar senter yang diarahkan padanya.

"Jika memang benar tadi ada orang menaiki tangga ini, maka tentunya ada bekas kaki di atas lantai yang berdebu. Dan kita bisa mengikuti jejak itu."

"Benar katanya," kata laki-laki yang menggendong anjing. "Kalian yang memegang senter, arahkan cahayanya ke bagian lantai yang belum terinjak kaki kita!"

Tiga jalur sinar menerangi lantai. Nampak debu tebal di situ. Tapi sama sekali tidak kelihatan jejak kaki!

"Tidak ada orang naik kemari!" kata seseorang dengan nada bingung. "Kalau begitu, apa yang tadi kita lihat menaiki tangga ini?"

Pertanyaan itu tidak dijawab. Tapi semua tahu apa yang sedang dipikirkan oleh masing-masing.

"Sekarang kita padamkan senter lagi untuk melihat apakah yang tadi itu muncul kembali," kata seseorang menyarankan.

"Lebih baik kita pergi saja dari sini," kata seseorang yang lain. Tapi yang selebihnya setuju dengan usul pemadaman senter. Bagaimanapun mereka kan beramai-ramai di situ, dan tidak ada yang mau mengaku bahwa ia sebenarnya takut.

Karenanya mereka menunggu lagi dalam gelap. Donghae dan Heechul memandang ke bawah. Tiba-tiba terdengar suara seseorang mendesis.

"Di sebelah kiri," katanya.

Orang-orang berpaling dengan cepat. Suatu sinar samar kemerah-merahan nampak di samping sebuah pintu. Sinar itu semakin lama semakin jelas kelihatan, menjelma menjadi sesosok tubuh manusia. Orang itu memakai jubah panjang, seperti pakaian bangsawan Cina kuno. Jubah itu berwama merah.

"Jangan dikagetkan," kata seseorang dengan suara pelan. "Kita perhatikan saja, apa yang akan dilakukannya!"

Semua menunggu dengan diam.

Sosok tubuh menyeramkan itu mulai bergerak. Seakan-akan meluncur sepanjang dinding, menuju ke ujung serambi. Sesampai di situ kelihatannya seperti membelok ke balik sudut ruangan, lalu lenyap.

"Kita ikuti, tapi jangan ribut-ribut seperti tadi," gumam seseorang. "Kelihatannya dia tidak bermaksud lari."

Heechul berbicara lagi. "Sebelum kita susul, lebih baik diperiksa dulu apakah ada bekas kakinya di lantai," usulnya. Saat berikutnya dua senter dinyalakan, menerangi lantai tempat sosok tubuh tadi berada. "Tidak ada bekas kaki di situ!" kata seorang Laki-laki yang berbicara dengan nada bingung. "Sama sekali tidak nampak tapak kaki di atas debu. Rupanya ia mengambang!"

"Ayo, kita teruskan… karena sudah kepalang tanggung," kata salah seorang dengan tegas. "Aku paling depan!"

Ternyata yang berbicara laki-laki yang bertubuh atletis. Dengan langkah gagah ia maju, disusul orang-orang yang lain. Mereka sampai si ujung serambi dalam, dan menghadap sebuah gang. Di tempat itulah bayangan tadi hilang.

Seseorang menyorotkan senternya ke dalam gang itu. Nampak dua pintu di situ. Kedua pintu itu terbuka. Sedang di ujung gang hanya ada dinding. Tidak ada jendela, tidak ada pintu di situ.

Senter dipadamkan kembali. Sesaat kemudian sosok tubuh kemerahan tadi muncul kembali dari salah satu pintu. Geraknya seperti bergeser sepanjang dinding, menuju ke ujung gang yang buntu. Sesampai di sana bayangan itu memudar dengan pelan-pelan, dan akhirnya lenyap.

''Seolah-olah meresap masuk ke dinding,'' kata Heechul kemudian. ''Dan di lantai sama sekali tidak nampak tapak kaki.''

Chief Siwon, kepala polisi kota kecil itu yang tak lama kemudian datang bersama anak buahnya, juga tidak berhasil menemukan apa-apa di situ. Sama sekali tidak ada tanda bahwa ada orang di rumah itu, selain kelompok yang masuk bersama Donghae dan Heechul. Merekalah yang memanggil polisi.

Sebagai petugas polisi, Chief Siwon tidak bisa percaya bahwa ada delapan saksi yang melihat hantu, atau mendengar jeritan hantu. Tapi tidak ada pilihan lain baginya. la harus menerima kesaksian itu.

Karena, beberapa waktu kemudian pada malam itu juga seorang tukang jaga malam melaporkan bahwa ia melihat sesosok tubuh merah menyeramkan, sedang mengendap-endap dekat pintu masuk sebelah belakang dari sebuah gudang besar. Tapi ketika didekati, bayangan itu menghilang!

Setelah itu datang laporan lagi. Seorang wanita yang ketakutan menelepon polisi. Katanya, ia terbangun karena mendengar bunyi orang mengerang. Ketika memandang ke luar, dilihatnya sesosok tubuh yang memancarkan sinar kemerahan berdiri di teras rumahnya. Bayangan itu menghilang, ketika lampu luar dinyalakan. Lalu ada pula dua pengemudi mobil di sebuah restoran yang dibuka sepanjang malam. Mereka melaporkan ada sesosok tubuh samar berdiri di samping mobil mereka.

Laporan terakhir masuk lewat radio polisi. Dua petugas yang sedang berpatroli dengan mobil mengatakan bahwa mereka melihat sesosok tubuh mencurigakan di Pemakaman Seongnam Hills.

Chief Siwon bergegas ke sana, lalu langsung masuk lewat gerbang besi yang besar. Dan ia terpaku di situ.

Sesosok tubuh samar kemerehan nampak sedang berdiri bersandar pada satu monumen tinggi berwarna putih. Ketika Chief Siwon menghampirinya, bayangan itu lenyap… seolah­olah masuk ke dalam tanah.

Chief Siwon menyorotkan senternya ke monumen putih itu. Ia menatap tugu makam Taecyeon. Makam Pria bernasib malang, yang meninggal dunia lima puluh tahun yang lalu dalam gedung kuno yang kata orang berhantu.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...