Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Kamis, 08 Desember 2011

Misteri Hantu Merah (Chapter 11)



Chapter 11
Tengkorak Keledai


Tepat pada saat itu Eunhyuk sedang berbicara dengan Victoria lewat hubungan telepon.

"Apa? Mereka bertiga menghilang?" tanya Eunhyuk kaget.

"Ya, tiba-tiba mereka lenyap!" Suara wanita itu terdengar sangat cemas. "Mereka tadi pergi naik kuda. Rencananya mau pergi sepanjang hari, melihat-lihat lembah. Kami di sini sangat repot karena sheriff Seulong, para wartawan dan entah urusan apa lagi. Jadi pada saat makan malam baru kami sadari bahwa mereka belum kembali. Lalu ketika dicari, ternyata mereka tidak ada di lembah. Bahkan kuda-kuda mereka pun tidak berhasil ditemukan sampai sekarang."

Saat itu otak Eunhyuk kelihatannya tidak bisa bekerja dengan lancar seperti biasanya. la hanya bisa mengatakan, "Kalau begitu, di mana mereka?"

"Menurut perkiraan kami, mereka ada di dalam tambang," jawab Victoria. "Di bawah gunung, disini ada lorong tambang yang banyak cabangnya. Sebagian dari lorong itu kami manfaatkan untuk menyimpan minuman anggur produksi kami sampai jadi. Menurut dugaan kami, Nichkhun mungkin mengajak kedua temanmu kesana untuk melihat-lihat. Kini sudah dikerahkan beberapa orang kesana, untuk mencari mereka."

Eunhyuk menggosok-gosok dagunya. Kini otaknya mulai bekerja. la berpikir. Mutiara Hantu lenyap, dan kini disusul kedua rekannya bersama Nichkhun. Mungkin sama sekali tidak ada hubungan antara kedua kejadian itu, tapi siapa tahu?!

Eunhyuk memutar otak. Ini keadaan darurat, dan untuk itu diperlukan tindakan kilat.

"Semua orang yang tersedia sudah kau kerahkan untuk mencari mereka?" tanyanya kemudian pada Victoria.

"Ya, tentu saja," jawab wanita itu. "Semua pekerja perkebunan yang belum kabur, serta para pekerja di pabrik anggur... bahkan seluruh pelayan di rumah sudah kami kerahkan. Kami memeriksa lorong-lorong tambang di mana disimpan drum-drum anggur. Kami juga menyuruh orang-orang mencari ke gurun pasir di luar Namchoseon Valley... karena mungkin saja, mereka berkuda kesana."

"Bilang pada orang-orang yang mencari, supaya memperhatikan tanda berupa tanda tanya," kata Eunhyuk, la mengenal kedua rekannya. Jadi ia tahu, di mana pun mereka berada pasti akan berusaha membubuhkan tanda lambang Trio Detektif di tempat itu.

"Tanda tanya?" tanya Victoria. Dari nada suaranya terdengar bahwa ia tidak mengerti.

"Ya, betul... tanda tanya," kata Eunhyuk menegaskan sekali lagi. "Kemungkinannya dibuat dengan kapur tulis. Jika ada yang menemukan satu tanda tanya atau lebih, suruh orang itu melaporkannya dengan segera!"

"Aku masih belum mengerti," kata Victoria dengan nada bingung.

"Aku tidak bisa menjelaskannya lewat telepon," kata Eunhyuk. "Aku akan segera datang ke sana. Tolong jemput kami dengan mobil di Bandara. Aku akan datang bersama Wooyoung - adik Heechul."

"Ya... ya," kata Victoria terbata-bata, "tentu saja! Aduh, mudah-mudahan saja mereka tidak mengalami cedera."

Setelah itu Eunhyuk menelpon Wooyoung. Mula-mula Wooyoung kaget mendengar kabar bahwa kakaknya hilang. Tapi ia langsung setuju, Eunhyuk bergegas keluar untuk meminta pada Sungmin agar menolongnya menjaga toko besok, dan sekaligus minta tolong diantarkan dengan mobil ke bandara.

Eunhyuk langsung bertindak. Tapi ia masih belum tahu pasti apa yang akan dilakukan berikutnya. Ia merasa sangsi bahwa Heechul, Donghae dan Nichkhun hanya tersesat di dalam tambang.

Dugaannya itu memang tidak keliru. Tak lama kemudian Heechul dan Nichkhun sudah diselundupkan melewati gerombolan pencari yang sibuk memeriksa lorong-lorong tambang di sisi lembah Namchoseon Valley, lalu dibawa pergi tanpa diketahui para pencari. Hal itu bisa dilakukan karena kedua pemuda itu dimasukkan ke dalam drum anggur yang besar. Padahal drum anggur merupakan pemandangan yang biasa di perkebunan anggur itu, sehingga tidak ada yang menaruh rasa curiga ketika melihat beberapa drum dinaikkan ke atas truk dan dibawa pergi.

Jadi sementara orang-orang sibuk mencari mereka, Heechul dan Nichkhun sudah diangkut pergi oleh Junho ke suatu tempat yang belum mereka kenal. Sedang Donghae, yang saat itu menyimpan Mutiara Hantu, gentayangan sendiri menyusuri lorong-lorong tambang di balik Kerongkongan. Tidak ada yang mencari di sana, karena kecuali Junho serta anggota-anggota komplotannya, tidak ada yang tahu bahwa ketiga pemuda itu sebelumnya menyeberangi puncak gunung lalu turun ke jurang yang dikenal dengan nama Deoksugung Canyon. Begitu pula bahwa ada jalan dari lorong-lorong tambang sebelah sana ke tempat penyimpanan anggur di sebelah sini.

Begitu ia menyadari bahwa Heechul dan Nichkhun pasti disekap orang yang sudah menunggu di balik Kerongkongan, dengan segera Donghae mundur lalu memasang telinga dan membuka mata lebar-lebar. Ia menunggu munculnya tanda bahwa ada orang datang mengejarnya lewat celah sempit itu.

Tapi tak nampak cahaya memancar di situ. Donghae lantas menduga, kedua temannya pasti disekap orang-orang suruhan Junho yang kini tidak berani mengambil risiko menyusup ke dalam lewat Kerongkongan, karena takut tubuh mereka terjepit disana.

Donghae tahu, ia tidak bisa menunggu terus di situ, menunggu orang-orang itu pergi. Satu-satunya harapan baginya hanyalah kembali lagi kr Deoksugung Canyon, lalu bersembunyi di sela-sela batu di situ sampai besok. Saat itu pasti akan datang orang-orang dari Namchoseon Valley kesana untuk mencari mereka. Dan Donghae merasa bahwa ia harus tetap bebas, sampai bisa melaporkan segala yang diketahuinya. Dengan begitu ia mungkin akan bisa menolong Heechul dan Nichkhun.

la meyakinkan bahwa senter tua yang berisi kalung Mutiara Hantu masih terselip di pinggangnya. Setelah itu sambil membisikkan doa semoga senternya cukup lama nyalanya, ia mulai merintis jalan kembali.

Kini desakan Heechul untuk membubuhkan tanda­tanda pada jalan yang dilewati ternyata ada gunanya. Donghae mencari-cari sebentar, untuk menemukan tanda tanya yang dibuat di atas batu dengan kapur berwarna hijau. Sedang tanda panah tidak diacuhkannya, karena ia tahu bahwa itu dibuat oleh Heechul guna mengecoh orang-orang yang mungkin mengejar mereka lewat situ.

Tapi walau begitu, Donghae sempat tersesat. Ketika Nichkhun mengajak rnereka memasuki lorong yang kemudian ternyata buntu karena langit-langitnya runtuh, Heechul membubuhkan tanda-tanda di situ seakan-akan itulah jalan yang benar. Dan tanda-tanda itu tidak dihapus lagi. Kini Donghae mengikuti tanda-tanda itu. Tiba-tiba langkahnya terhenti, di depan reruntuhan langit-langit. Dan di dekat kakinya berserakan tulang-tulang keledai yang mati tertimpa batu.

Donghae membalikkan tubuh. Maksudnya mau kembali. Tapi tiba-tiba ia tertegun, karena ada ide yang melintas dalam benaknya. Apa untungnya jika mutiara hantu itu tetap ada padanya? Mungkin saja ia nanti tertangkap. Jika mutiara itu tidak ada padanya, Junho pasti tidak akan bisa merebutnya kembali.

Donghae berpikir secepat kilat. Jika kalung itu disembunyikan di bawah batu, risikonya terlalu besar. Dalam lorong batu-batu kelihatannya sama semua. Sedangkan jika batu tempat ia menyembunyikan kalung diberi tanda dengan kapurnya yang berwarna biru, ada kemungkinan tanda itu nanti ketahuan. Jika dalam lorong itu ada sesuatu yang gampang diingat, tapi di pihak lain tidak menyolok...

Sinar senternya menerangi tengkorak keledai yang sudah memutih. Itu dia! Tengkorak itu begitu biasa kelihatannya, sehingga sama sekali tidak menarik perhatian orang. Tapi Donghae bisa mengingatnya dengan mudah.

Dengan cepat ia mengambil kalung yang masih terbungkus saputangan dari tabung senter, lalu menyelipkannya ke dalam rongga tengkorak keledai. Setelah itu ia meneruskan langkahnya, ke arah mulut terowongan. Sesampainya di persimpangan yang terdiri dari tiga lorong, ia berhenti kembali. Lagi-lagi ia mendapat ide baru. Untuk apa ia repot-repot membawa senter yang sudah kosong dan tidak bisa dinyalakan. Entah apa sebabnya, tapi tiba-tiba ia mendapat firasat untuk mengisi tabung kosong itu dengan kerikil, lalu menyembunyikannya. Dipertimbangkannya, senter itu nanti bisa dimanfaatkan untuk menyesatkan jika ia sampai tertangkap.

Ia memasukkan beberapa butir kerikil ke dalam saputangannya, yang kemudian dimasukkan ke dalam tabung senter. Senter itu ditaruhnya di balik sebongkah batu. Tidak jauh dari batu itu diaturnya asal menjadi beberapa buah batu yang lebih kecil. Jika diperhatikan agak seksama, barulah ketahuan bahwa batu-batu yang diatur itu membentuk tanda panah yang menunjuk ke batu besar di mana ia tadi menyembunyikan senter di belakangnya. Dengan begitu jika nanti diperlukan, ia bisa menemukan tempat itu kembali.

Setelah itu selesai, Donghae cepat-cepat melangkah lagi, sampai di tempat yang langit-langitnya sebagian turun. Di situlah ia bersama kedua temannya tadi terpaksa merangkak-rangkak maju supaya bisa lewat.

Donghae sudah berjam-jam di bawah tanah saat itu. Perutnya sudah perih karena lapar. Ia sudah bosan berada di tengah kegelapan. Tapi walaupun begitu, ia tidak mau bergegas. la tahu jika ia bergegas, ada kemungkinan nanti terjepit dan mungkin untuk selama-lamanya. Satu-satunya cara melewati tempat itu dengan aman, ialah beringsut dengan pelan.

Donghae menggeserkan senter yang tergantung pada ikat pinggangnya ke samping, supaya geraknya bisa bebas. Setelah itu ia maju sambil berlutut, kemudian tiarap.

Tiba-tiba sebongkah batu kecil jatuh dari langit­langit, tepat di depannya. Nyaris saja mengenai dirinya. Sesaat jantungnya seakan berhenti berdenyut. la mengira tamat riwayatnya saat itu, karena tertimpa langit-langit runtuh. Dirasakannya tanah di bawah perutnya bergetar pelan. la tiarap sambil menahan napas. Tapi kecuali batu kecil tadi, tidak ada lagi yang jatuh. Getaran pelan berhenti lagi. Donghae mengulurkan tangan ke depan, lalu menggulingkan batu kecil itu ke samping.

Napas Donghae memburu. Ia berbaring tanpa bergerak selama beberapa saat, untuk menenangkan perasaan.

Dengan napas memburu, Donghae melanjutkan gerakan merangkak sampai ke tempat di mana ia bisa kembali berdiri tegak. Setelah itu ia lari secepat mungkin, mengikuti tanda-tanda yang dibuat oleh Heechul. Akhirnya ia sampai di gua di awal lorong.

Gua itu kelihatan kosong dan sunyi. Sedang diluar, kegelapan malam dirasakannya seperti tabir yang menghalangi.

Dengan hati-hati Donghae melangkah ke luar. Setelah beberapa langkah ia berhenti sebentar, lalu memasang telinga. Tapi ia tidak mendengar apa-apa. Senter tidak dinyalakannya. Karena itu mulut gua hanya nampak berupa tempat yang sedikit lebih terang di tengah kegelapan pekat.

Begitu sampai di luar gua, Donghae berhenti sejenak. la mau membiasakan matanya dulu pada pemandangan malam berbintang.

Tepat pada saat itu ada orang meloncat dari balik batu di luar gua, lalu mengunci tangan Donghae dari belakang. Mulutnya disekap sebuah tangan.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...