Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Kamis, 08 Desember 2011

Misteri Hantu Merah (Chapter 14)



Chapter 14
Keputusan Penting


"Jangan mengatakan apa-apa, kalau tidak ingin diketahui orang lain," bisik Nichkhun pada Heechul dan Donghae, sementara kedua laki-laki tadi pergi. "Karena, mungkin saja banyak orang yang ikut mendengarkan. Kita mengobrol saja, untuk mengisi waktu. Waktu kita cukup banyak, tidak perlu cepat-cepat mengambil keputusan."

"Untunglah," kata Donghae murung, "karena selain itu, kita tidak punya apa-apa lagi. Sekarang aku ingin tahu, bagaimana kalian berdua bisa tertangkap?"

"Ketika aku sampai di balik Kerongkongan, aku menyorotkan senterku berkeliling," kata Nichkhun. "Saat itu sekilas kulihat wajah seseorang. Seketika itu juga aku berteriak memberi tahu padamu, Donghae. Kami disergap sekitar lima orang, dan tahu-tahu sudah diikat dan mulut kami disumpal."

"Setelah itu mereka mencoba menipumu, supaya menyusul masuk," sela Heechul. "Untung saja kau tidak bodoh, dan tidak bisa dijebak dengan cara begitu. Junho marah sekali, ketika kau tidak muncul-muncul. la menyuruh salah seorang anak buahnya menyusup lewat Kerongkongan untuk mengejarmu. Karena tempat itu sangat sempit, jadi tidak ada yang berani mencoba."

"Aku masih belum mengerti, bagaimana mereka sampai bisa ada di sana," kata Donghae.

"Menurut Junho, ketika ia sampai di puncak gunung ia masih sempat melihat kita menuju ke arah yang buntu di dalam jurang kecil," jawab Nichkhun, "la menyombongkan diri bahwa ia lebih cerdik dari siapa pun juga, dan karenanya langsung menduga bahwa kita mau mencoba menyeli­nap pulang lewat lorong tambang dan gua tempat penyimpanan anggur. Rupanya ia tahu tentang hubungan antara kedua lembah lewat Kerongkongan. Ia lantas pergi ke balik Kerongkongan, untuk menunggu kita di sana. Sedang beberapa anak buahnya disuruh berjaga di Deoksugung Canyon, untuk menyergap apabila kita kembali ke situ."

Nichkhun menggeleng-gelengkan kepala dengan kesal. "Aku pikir, aku ini cerdik... tapi ternyata dengan begitu mudah terperangkap!" katanya.

"Ah, Junho hanya mujur saja, kebetulan sudah melihat kita sebelum kita sempat bersembunyi," kata Donghae. "Yang pasti, sekarang kita tahu bahwa di antara para pekerja banyak yang sebenarnya termasuk dalam komplotan Junho, dan mereka semua itu penjahat. Sekarang aku mengerti apa sebabnya begitu banyak terjadi kecelakaan dan kerusakan, seperti kau ceritakan pada kami."

"Ya, betul," kata Nichkhun. "Rupanya Junho dan anak buahnya yang menyebabkan itu semua. Tapi aku masih belum mengerti, apa tujuan mereka melakukannya. Kejadian-kejadian itu dimulai lebih dari satu tahun yang lalu. Waktu itu belum ada yang tahu tentang Mutiara Hantu."

"Pokoknya, setelah kami berdua sudah diikat, salah seorang anak buah Junho datang bergegas," kata Heechul. "la menceritakan bahwa hilangnya kita sudah diketahui, dan Victoria menyuruh mencari kita di lembah, di dalam tambang dan di tempat-tempat lain. Junho mula-mulanya kaget mendengar laporan itu. Tapi dengan segera ia mendapat ide.

"Saat itu kami sudah sampai di tempat penyimpanan drum-drum anggur yang besar. Aku dan Nichkhun dimasukkan ke dalam dua buah drum yang kemudian ditutup dengan rapat. Setelah itu Drum-Drum itu dinaikkan ke atas gerobak. Gerobak itu ditarik ke luar, lalu Drum-Drum di mana kami berada dinaikkan ke atas sebuah truk. Aku rasa tidak ada yang merasa aneh, melihat dua buah Drum dimuat ke atas truk pada saat itu."

"ide itu memang bagus sekali," kata Nichkhun mengakui. "Di dalam Drum, kami tidak berdaya. Aku bahkan mendengar seseorang bertanya pada Junho apa ia melihat kami. Junho menjawab dengan tidak, tapi ia bermaksud mencari di celah sebelah utara lembah, yang menghadap ke Seoul. Katanya ada yang melihat kami naik dan menuju arah itu. la juga mengatakan tidak akan kembali sebelum berhasil menemukan kami. Dengan begitu ada alasan bagus baginya untuk tidak ikut mencari!"

Donghae mengangguk. Junho itu mungkin saja penjahat, tapi yang pasti ia tidak bodoh.

"Sepertunya Kami diangkut dengan truk sampai beberapa mil, dan setelah itu berhenti," kata Heechul menyambung ceritanya. "Drum-Drum diturunkan, lalu kami dikeluarkan. Ternyata kami berada di suatu tempat yang benar-benar terpencil dan sunyi."

"Tempat itu letaknya beberapa mil dari celah lembah yang mengarah ke Seoul," kata Nichkhun menjelaskan. "Di situ sudah menunggu sebuah mobil. Kami dimasukkan ke belakang, lalu diselubungi selimut. Anak buahnya disuruhnya cepat-cepat kembali dan ikut dalam usaha pencarian. Tapi mereka disuruh mencegah, jangan sampai ada yang datang mencari ke Deoksugung Canyon, di mana kuda-kuda kita tinggalkan. la juga menyuruh mereka membawamu ke suatu tempat di Seoul bersama kalung mutiara itu, jika kau sampai bisa mereka tangkap."

"Ya, mereka memang berhasil menangkapku, tapi mutiara itu tidak berhasil mereka rebut," kata Donghae dengan nada puas.

"Junho menyetir mobil seperti orang gila," kata Nichkhun melanjutkan. "Aku rasa waktu itu kami memecahkan segala rekor kecepatan dari Namchoseon Valley ke Seoul. Setelah sampai, kami dibawanya masuk ke sebuah garasi bawah tanah. Kemudian sejumlah pelayan bangsa Cina membuka ikatan kami. Kami diijinkan mandi, lalu diberi makan. Ya, itulah pengalaman kami, sampai kami dibawa untuk bertemu dengan Shindong."

"Aku juga ingin diberi makan sampai kenyang," kata Donghae mengeluh, "dan juga diberi kesempatan mandi. Coba lihat keadaanku sekarang, kotor sekalu! Baiklah, sekarang giliranku bercerita. Aku tadi mendengarmu berteriak, Nichkhun. Karena itu aku langsung paham bahwa isyarat dengan senter itu dimaksudkan untuk menipu diriku. Satu-satunya yang terpikir olehku saat itu, berusaha keluar lagi lewat jalan yang sebelumnya kita lalui. Aku lantas kembali. Untung Heechul membubuhkan tanda-tanda sepanjang lorong, sehingga agak mudah bagiku."

"Aku juga menandai Drum di mana aku dimasukkan," kata Heechul dengan suara lirih. "Untung aku bisa menggerakkan tanganku untuk mengambil kapur dari kantong. Tapi siapa yang akan memeriksa ke dalam Drum anggur yang biasa? Dan kalau ada, apa orang itu akan mengerti maksud tanda kita itu?"

"Bahkan Eunhyuk pun pasti tidak bisa," balas Donghae sambil berbisik pula. "Tapi lebih baik kita bicara dengan suara biasa, karena nanti disangka sedang merencanakan sesuatu."

Nichkhun lalu berbuat seolah-olah Donghae mau mengatakan sesuatu yang penting. Maksudnya untuk mengelabui orang-orang yang ikut mendengarkan pembicaraan mereka.

"Jangan, Donghae!" katanya dengan lantang. "Jangan bercerita tentang mutiara itu. Tentang pengalamanmu ketika tertangkap saja."

Donghae menceritakan pengalamannya. la tahu, Nichkhun tidak menginginkan agar ia menceritakan di mana kalung mutiara itu sebenarnya disembunyikan, yaitu di dalam tengkorak keledai. Karena itu ia lantas mengatakan bahwa ia memasukkan senter berisi kalung itu ke balik sebuah batu. Setelah itu ia ke luar. Tapi sial, langsung tertangkap.

la disergap dari belakang. Tapi ketika ia mengatakan bahwa senter berisi mutiara disembunyikannya di dalam bagian tambang yang tidak mungkin bisa dimasuki orang-orang yang menyergapnya, mereka lantas menutup matanya dengan sapu tangan. la dibimbing ke luar dari Deoksugung Canyon dan dibawa ke sebuah mobil yang sudah menunggu, lalu diangkut ke tempat yang sekarang. Dari pembicaraan antara Junho dengan anak buahnya, diketahui bahwa usaha pencarian terpusat di gurun pasir di luar Namchoseon Valley. Ternyata usaha pengalihan perhatian dari Deoksugung Canyon yang dilakukan anak buah Junho berhasil.

Kemudian Nichkhun berbicara dengan wajah serius. "Victoria, dan juga Leeteuk Hyung pasti kini sudah bingung sekali," katanya. "Kita tidak bisa berharap bisa lari dari sini. Siapa pun Shindong itu, jelas ia kaya raya dan sangat besar kekuasaannya. Ia bisa bertindak semaunya. Bagi kita, tinggal satu pilihan... yaitu menyerahkan mutiara itu padanya."

"Maksudmu, begitu saja?" tanya Donghae. Ia membayangkan betapa ia sudah bersusah payah menyembunyikannya.

"Aku percaya pada Shindong," kata Nichkhun. "Ia tadi sudah mengatakan bahwa kita tidak akan diapa-apakan. Katanya, kalau mutiara diserahkan, kesulitan Victoria akan berakhir. Aku percaya padanya."

"Menurutmu, benarkah ia percaya bahwa mutiara itu memperpanjang umurnya dan membuatnya awet muda?" tanya Donghae. "Maksudku, itu hal gila kan!"

"Aku yakin bahwa ia percaya," kata Nichkhun. "Dan mungkin itu benar. Kedengarannya memang tidak masuk akal... tapi coba saja kau lihat kenyantaannya, Shindong terlihat seperti seumuran dengan Leeteuk Hyung.''

"Ya, mungkin saja mutiara kelabu itu benar-benar berkhasiat memperpanjang umur dan membuat awet muda," kata Nichkhun. "Pokoknya Shindong mempercayainya, dan kadang-kadang kepercayaan saja sudah merupakan obat yang cukup manjur untuk menyembuhkan atau menyelamatkan nyawa."

"Aku ingin tahu, apa yang sebetulnya diketahuinya tentang Hantu Merah," kata Heechul bertanya-tanya. "Aneh, hantu dan mutiara itu muncul serempak di tempat yang sama."

Tapi Nichkhun tidak mendengar kalimat itu lagi, karena ia sudah berpaling lalu berseru.

"Tn. Shindong!" serunya. "Kami sudah mengambil keputusan!"

Tirai merah tersingkap, dan Shindong datang menghampiri mereka. Ia diikuti oleh Junho serta tiga orang pelayan.

"Dan bagaimana keputusan kalian, naga cilik?" tanya Shindong. Mungkin pembicaraan ketiga pemuda itu didengar semua, kecuali ketika berbisik-bisik. Tapi Nichkhun berlagak tidak tahu.

"Kami akan menyerahkan mutiara itu pada Junho, agar diteruskan pada Anda," katanya. "Barang itu disembunyikan di dalam tambang."

"Biar Junho saja yang mengambil," kata Shindong bermanis-manis. "Selama itu kalian menjadi tamuku. Kalian pasti akan dibebaskan. Kalian tidak tahu siapa aku dan di mana aku tinggal, karena itu kalian nanti bisa bebas mengatakan apa saja. Jika ada yang mau percaya pada cerita kalian, aku tetap tidak akan mungkin bisa ditemukan. Aku merupakan misteri, juga di daerah pemukiman bangsa Cina jaman modern yang mengelilingi tempatku ini."

"Tidak semudah itu," kata Donghae cepat. "Tempat itu sangat sulit untuk dilalui! Kita harus merangkak untuk melewatinya. Sebagian langit-langitnya banyak yang sudah runtuh."

"Akan kucari seseorang..." kata Junho, tapi langsung terpotong oleh Shindong.

"Tidak!" tukas laki-laki itu. "Kau sendiri yang harus mengambilnya, karena orang lain tidak bisa kita percaya. Coba aku tanya dulu padanya. Pandang mataku!" perintahnya pada Donghae. Donghae menatap mata Shindong yang memandang tanpa berkedip.

la merasa seakan-akan terpukau.

"Benarkah kata-katamu itu?" tanya Shindong. "Jadi Junho tidak bisa masuk ke tempat di mana kau menyembunyikan kalung mutiara itu?"

"Ya, Tuan." Entah kenapa, Donghae merasa saat itu bahwa ia tidak bisa berbohong. la terpaksa mengatakan yang sebenarnya, karena terus ditatap oleh Shindong.

"Dan mutiara itu ada di dalam senter?"

"Ya, Tuan." Donghae tidak berbohong, karena ia memang menemukannya di dalam senter. Sedang Shindong tidak menyebutkan kapan mutiara itu ada di dalam senter.

"Lalu senter itu kau sembunyikan. Di mana?"

"Di balik batu."

"Di mana letaknya?"

"Saya tidak bisa mengatakannya dengan tepat," kata Donghae. "Kalau disuruh mencari, saya pasti bisa menemukannya kembali. Tapi saya tidak bisa membuatkan peta lokasinya."

"Ah." Shindong berpikir sebentar, lalu menoleh pada Junho. "Jalan ke sana aman. Kau tidak bisa menyuruh anak buahmu mengambil, karena cuma dia yang bisa menemukan tempat senter itu. Kau harus membawanya ke sana, lalu ia harus mengambil senter yang berisi mutiara dan menyerahkannya padamu. Bawa ketiga pemuda ini ke sana!"

"Tapi itu kan berbahaya!" Keringat dingin mengucur, membasahi wajah Junho. "Jika mereka sekarang mencari di Deoksugung Canyon..."

"Kau harus mengambil risiko itu. Pokoknya mutiara itu harus kau dapatkan! Lalu mereka ini kau bebaskan dalam keadaan selamat!"

"Tapi nanti mereka mengadu, dan aku akan tertangkap!" keluh Junho.

"Aku akan melindungimu," kata Shindong. "Kau kuberi imbalan besar, lalu kukeluarkan dengan selamat dari sini. Mereka tidak mengenal tampang anak buahmu, jadi tidak akan bisa memberikan laporan yang membahayakan mereka. Sedang mengenai diriku, tidak akan ada yang bisa menemukanku. Dan kalaupun ada, ia tidak bisa membuktikan apa-apa. Apa kau Mengerti?"

Napas Junho memburu.

"Baiklah, Tn. Shindong," katanya kemudian. "Saya akan melakukan seperti yang Anda tugaskan. Tapi bagaimana jika mereka menipuku, jika mereka tidak mau menyerahkan mutiara itu?" Lama sekali ruangan itu sunyi. Kemudian Shindong tersenyum.

"Kalau itu terjadi," katanya pelan, "aku tidak tertarik lagi. Singkirkan mereka semaumu, lalu selamatkan dirimu sendiri. Tapi kurasa mereka tidak akan berani macam-macam. Mereka pun sayang pada nyawa, seperti bahkan aku sendiri."

Heechul bergidik, karena seram. Mudah-mudahan saja Donghae bisa menemukan mutiara itu kembali.

Sedang Donghae? Kini barulah ia ingat bahwa jawabannya pada Shindong tadi menyesatkan. Kini barulah ia ingat kembali bahwa kalung mutiara itu sudah tidak ada lagi di dalam senter. la tidak tahu apa manfaat kenyataan itu. Tapi setidak-tidaknya mereka bertiga akan dibawa kembali ke Namchoseon Valley. Atau tepatnya, ke Deoksugung Canyon.

"Cepat!" kata Shindong. "Hari mulai malam."

"Akan saya ikat mereka, lalu..." kata Junho.

"Tidak perlu!" kata Shindong. "Dalam perjalanan ke sana, mereka akan pulas. Cara itu lebih gampang, dan bagi mereka lebih nyaman. Naga Cilik, tatap mataku!"

Nichkhun terpaksa menatap mata Shindong, yang memandang tanpa berkedip.

"Naga cilik, kau capek... capek sekali! Kau ingin tidur. Kau dibuai rasa mengantuk. Matamu terpejam."

Heechul dan Donghae melihat kelopak mata Nichkhun bergerak menutup sesaat. Tapi ia berusaha menyalangkannya kembali.

"Matamu terpejam!" kata Shindong lagi. Suaranya pelan, tapi memukau. "Kau tidak akan kuat melawan kemauanku. Kukuasai kemauanmu. Kelopak matamu terasa berat. Terkatup.... terpejam.... rapat..."

Betul juga, kelopak mata Nichkhun terkatup, seolah-olah ia tidak mampu lagi mengaturya. Sementara itu Shindong masih terus berbicara dengan suara pelan.

"Sekarang kau mengantuk," katanya. "Kau sangat mengantuk. Kau terbuai ke alam mimpi. Sesaat lagi kau akan pulas, dan akan tidur terus sampai nanti disuruh bangun lagi. Tidur, naga cilik.... tidur.... tidur...."

la mengulang-ulang perkataan itu terus, sampai akhirnya tiba-tiba tubuh Nichkhun terkulai. Pemuda itu sudah tidur pulas. Dua orang pelayan yang sudah menunggu... cepat-cepat menyambutnya, lalu menggotongnya keluar. Nichkhun sudah tertidur pulas.

"Dan sekarang kau, yang menyembunyikan mutiaraku yang berharga. Tatap mataku!"

Giliran tiba pada Donghae, la berusaha menghindari tatapan mata Shindong, tapi tidak behasil. Mata itu kuat sekali daya tariknya, seakan-akan bermagnet.

Donghae seperti dipaksa menatap mata laki-laki itu. la berusaha keras melawan rasa mengantuk sementara Shindong membisikkan perintahnya berulang-uiang. Tapi sia-sia belaka. Donghae merasa tubuhnya lesu sekali. Belum pernah ia merasa capek seperti saat itu. Setelah beberapa saat matanya sudah terpejam. Ia terkulai, disambut 2 orang pelayan lagi yang juga sudah menunggu.

Heechul sadar bahwa Shindong menggunakan kekuatan hipnotis, yang memang bisa dipakai untuk menidurkan orang. Ia sama sekali tidak takut ketika gilirannya tiba untuk ditatap Shindong.

"Sekarang giliranmu," kata Shindong. "Kau pun sangat capek. Kau akan tidur pulas, seperti teman-temanmu. Tidur..."

Heechul memejamkan matanya, lalu terkulai ke depan. Untung pelayan yang bertugas menyambutnya cukup sigap. Ia pun digotong keluar.

Kini Shindong berpaling ke arah Junho.

"Beres," katanya. "Mereka akan tidur nyenyak sampai ke tempat tujuan. Nanti di sana kau katakan saja pada mereka agar bangun, dan mereka akan bangun. Setelah itu, kau cari mutiara itu dan bebaskan mereka. Tapi kalau tidak..."

Shindong berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Kalau mereka ternyata menipu, kau boleh menggorok leher mereka."

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...