Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Kamis, 22 Desember 2011

Cupid (Chapter 9)



Hari kesembilan

Agoraphobia adalah istilah untuk orang yang memiliki kecemasan berlebihan terhadap tempat terbuka. Claustrophobia adalah kebalik¬annya. Lalu, bagaimana dengan aku yang selalu ketakutan, ketika melihat lift atau mendengar ponsel berdering. Mungkin ini bisa digolongkan sebagai penyakit liftphobia? Atau, JungYongHwaphobia?

Ketakutanku pada Jung Yong Hwa rasanya tidak berlebihan. Aku bukan malu pada apa yang telah kami lakukan. Bukan takut pada berbagai kemungkinan reaksi yang akan ia keluarkan jika kami bertemu. Aku takut menemukan kenyataan bahwa ada sesuatu yang telah aku simpan begitu dalam untuknya.

Aku sedang sendirian berjalan keluar dari mal, ketika seseorang mendekatiku. Dia. Lagi-lagi dia. Dengan cepat kulangkahkah kaki, membuka pintu, dan melesak duduk di sampingnya.

“Kim Bum, Ayo kita pulang!”

Ia mengangguk, lalu membelokkan mobil keluar dari area mal.

“Kita makan dulu, ya?”

“Boleh. Di mana?”

“Malam-malam begini enaknya makan Sup Kimchi Octopus.”

Aku hanya menurut ketika mobil Kim Bum membawa kami ke daerah yang tidak kukenal dengan baik. Jalannya sempit dan lengang, namun padat oleh perumahan. Kami berhenti pada suatu areal kosong. Di dekatnya ada sebuah warung tenda dengan penerangan dan tempat duduk seadanya. Memang pengunjungnya cukup banyak, tapi masa iya, Kim Bum biasa makan di sini? Seorang Kim Bum yang biasa memakai baju branded, clubbing, dan bermobil mewah, makan di warung tenda? Ini baru kejutan!

“Kau tidak keberatan makan di warung tenda, ’kan?”

Kim Bum, ternyata aku tidak pernah mengenalmu.

Kami duduk di sebuah meja kosong. Bekas tetesan kuah sup dan minuman terasa lengket di permukaan meja, yang hanya ditutup alas plastik sekadarnya. Beberapa tumpukan mangkuk masih teronggok di depanku. Seorang pelayan segera datang menyingkirkannya, namun bau apek menguar tajam dari sisa kain lap yang baru saja disekakannya pada permukaan meja. Tapi, semua itu tertutup rapi oleh aroma Sup Kimchi Octopus yang gurih.

Kim Bum memesan makanan dan dua botol Soju.

Dalam perjalanan pulang, kami saling bercakap-cakap dengan lepas. Betapa tahun-tahun yang telah lewat seperti tidak pernah memisahkan kami.

”Terima kasih, Kim Bum. Malam ini menyenangkan sekali.”

Ia mengangkat dagunya, menempelkan jari telunjuknya di pipi, mengisyaratkanku untuk menciumnya. Aku mencibir. Namun, rasa senang di hatiku mendorongku untuk menciumnya. Aku kaget sendiri. Lebih terkejut lagi mendapati reaksi Kim Bum yang tercengang.

Aku melangkah masuk ke teras rumah. Sesuatu membuatku menoleh lagi. Kim Bum masih di posisi yang sama, menatapku. Sebuah pandangan berpanah yang menembus sesuatu yang berdenyut di dada. Ada sesuatu yang berdesir. Namun, apa benar kini ia memandangku dengan pancaran mata berbeda? Itu kan Kim Bum?!

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...