Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Kamis, 08 Desember 2011

Misteri Hantu Merah (Chapter 17)



Chapter 17
Angka 39 Yang Misterius

Setelah sadar dari kagetnya, Donghae langsung tahu apa yang terjadi. Diingatnya lagi getaran pelan yang dirasakannya ketika ia merangkak ke luar, sebelum ia diringkus anak buah Junho.

Rupanya getaran itu menyebabkan batu besar yang ada disitu jatuh dan menimpa mutiara sehingga hancur lebur!

Satu yang pasti, mutiara itu tidak bisa dikembalikan lagi pada Junho.

Ia masih mencoba menggeser batu besar itu ke samping. Tapi ternyata terlalu berat. Lagi pula ia tahu, bahwa itu tidak ada gunanya. Dasar lorong terdiri dari batu cadas. Dan jika batu jatuh menimpa batu, benda halus yang ada di antaranya pasti hancur lebur.

Donghae berusaha berpikir. Sesaat terlintas niat untuk berjalan terus, menuju ke Kerongkongan lalu berusaha kabur ke luar lewat lorong tambang di seberang sana. Tapi ia tidak tahu jalan di sana. Jangan-jangan nanti tersesat selama berhari-hari.

Tidak, dengan jalan seperti itu ia tidak akan bisa menyelamatkan Heechul dan Nichkhun. Sebelum ia bisa ke luar dan memanggil bantuan, Junho pasti sudah menyadari bahwa ia tidak akan kembali, lalu mengambil tindakan keras.

Kemudian Donghae teringat pada senter yang disembunyikan setelah diisi batu-batu kecil. Dengan harapan tipis bahwa dengan itu ia bisa menipu Junho, Donghae menyusuri lorong itu kembali. Sesampai di tempat ditemukannya panah yang terdiri dari batu-batu yang diletakkan secara tidak mencolok. Panah itu menunjuk ke sebongkah batu yang lebih besar.

Dan di belakang batu itu ditemukannya senter kembali.

Kini Donghae agak menyesal. Kenapa ia tidak membiarkan mutiara itu di dalamnya? Tapi waktu itu penyembunyiannya dalam tengkorak keledai dirasakannya sebagai ide yang bagus. Karena siapa yang bisa menduga bahwa setelah itu akan terjadi gempa?

Donghae menyelipkan senter itu ke pinggang, lalu kembali. Kini ia tidak terburu-buru lagi. Sambil berjalan ia mencari ide, bagaimana caranya supaya Junho bisa tertipu.

Satu-satunya kemungkinan adalah bahwa Junho langsung pergi setelah menerima senter itu, tanpa memeriksa isinya dulu. Harapan Donghae satu-satunya hanya itu saja.

Ia sampai di bagian yang rendah, lalu mulai merangkak. Junho menunggu di ujung bagian itu.

la berteriak memanggil, ketika melihat senter yang dipegang Donghae bergerak-gerak dalam lorong rendah itu.

"Ayo, cepat sedikit! Jangan mengulur waktu! Cepat keluar!"

Donghae merangkak terus. Hatinya tidak tenang. Sesampai di ujung ia berdiri sambil mengibas-ngibaskan kotoran yang menempel di pakaian.

"Kemarikan senter itu!" bentak Junho. Ia tidak sabar lagi. Ditariknya senter tua yang terselip di pinggang Donghae. Ditimang-timangnya sesaat. Terasa berat, karena ada batu-batu di dalamnya. Tapi hal itu tidak diketahuinya. la memasukkan senter itu ke dalam kantong.

"Sekarang jalan!" bentaknya. "Aku ingin cepat-cepat pergi dari sini!"

Junho bergegas dengan langkah-langkah panjang, kembali ke mulut gua. Donghae mengikuti dari belakang dengan perasaan tidak tenang.

Tapi baru saja sekitar sepuluh langkah berjalan, tiba-tiba Junho berhenti lalu berpaling dengan cepat.

"Dari mana aku tahu bahwa kau tidak berniat menipuku?" geramnya sambil menatap Donghae dengan mata terbelalak. "Kalian tidak bisa kupercaya!"

Sambil berkata begitu ditariknya senter yang terselip di kantong. Dibukanya penutup gagang, lalu dimasukkannya jari ke dalam.

Tanpa sempat berpikir lagi, Donghae langsung bertindak. Ia lari, berusaha melewati Junho. Tapi laki-laki itu mengulurkan kaki, sehingga Donghae tersandung dan jatuh terjerembab. Sesaat ia terkapar. Matanya berkunang-kunang. Kemudian berdiri pelan-pelan.

Sementara itu Junho sudah melihat bahwa senter hanya berisi batu-batu belaka. Marahnya bukan main, untuk beberapa saat ia tidak mampu bicara. Ia menyergah Donghae, lalu menghunus pisaunya. Nampak mata pisau yang tajam berkilat-kilat terkena sinar senter.

Junho menarik kerah baju Donghae. Pisau disodorkan ke punggung pemuda itu.

"Sekarang jalan!" sergah Junho. Dan Donghae berjalan, di dorong-dorong dengan ujung pisau.

"Kau tahu apa arti perbuatanmu ini!" bentak Junho, ketika marahnya sudah agak menyusut sehingga ia bisa bicara secara normal lagi. "Tn. Shindong sudah mengijinkanku mengambil tindakan, jika kalian mencoba untuk melakukan hal-hal bodoh padaku. Beberapa jam lagi matahari akan terbit... tapi tidak akan ada seorang pun dari kalian yang akan bisa melihatnya!"

Donghae tidak berusaha menjelaskan kejadian sebenarnya, karena Junho pasti tidak mau ambil pusing. Senter yang dipegangnya samar-samar menerangi sosok tubuh Heechul dan Nichkhun yang meringkuk di dekat dinding. Kelihatannya seperti sedang tidur.

Di samping mereka nampak tubuh kedua penjaga. "Ayo berdiri!" bentak Junho. "Kita harus bertindak cepat! Para pengacau ini harus kita habisi, lalu setelah itu kita harus lari sementara masih sempat!"

Kedua laki-laki itu bangun. Tapi tiba-tiba mereka sudah menggenggam pistol. Tubuh Junho dan juga Donghae disoroti cahaya senter yang jumlahnya sekitar setengah lusin. Di belakang mereka terdengar suara Sheriff Seulong.

"Jangan bergerak, Junho!" bentak petugas hukum itu. "Kau sudah dikepung dari segala arah!"

Tapi Junho tidak cepat menyerah. Secepat kilat disambarnya Donghae dan diputarnya. Diseretnya pemuda itu ke arah mulut gua.

Tindakannya begitu cepat, sehingga tidak ada yang sempat mencegah. Tidak ada yang berani menembak, karena takut kalau Donghae yang tertembak.

Di luar Junho melepaskan Donghae lalu cepat-cepat lari. Dilewatinya dua orang yang menjaga di situ. Kedua orang itu cuma melongo saja, karena tidak menduga hal itu akan terjadi. Dan Junho sudah menghilang dalam gelap, sebelum ada yang sempat menembak.

"Jangan khawatir, nanti kalau sudah terang pasti tertangkap," kata Sheriff Seulong. "Wah, akhirnya aku bisa lega sekarang... karena kalian bertiga ternyata selamat!"

Donghae, Heechul dan juga Nichkhun menyambut Eunhyuk dengan senang. la muncul dari dalam gua bersama anak buah Sheriff Seulong. Kemudian Donghae baru ingat untuk menanyakan, bagaimana mereka tiba-tiba sudah ada di situ. Pertanyaan itu dijawab oleh Wooyoung, yang merangkul Heechul - kakaknya dengan bangga.

"Eunhyuk Hyung berhasil menyibakkan misteri hantu," kata Wooyoung. "Dan sesudah kami menemu­kan tanda yang dibuat oleh Heechul Hyung dalam Drum anggur, Eunhyuk Hyung kemudian melihat secarik kertas berisi pesan dari Heechul Hyung, yang menyuruh kami mencari dalam tambang. Kami tidak tahu tambang mana yang dimaksudkan. Tapi kemudi­an Victoria Noona teringat bahwa Nichkhun Hyung pernah menyelidiki lorong-lorong tambang tua ini bersama seorang pencari emas, bernama Chansung. Orang itu kini sedang sakit, dan dirawat di RS.Kwanghee, Seoul. Victoria Noona meneleponnya. Dan mengatakan, jika kalian tidak bisa ditemukan di mana-mana, cobalah cari dalam tambang di Deoksugung Canyon. Dalam lembah itu ada gua, tempat masuk ke dalam tambang. Begitu katanya...''

"Chansung merasa yakin bahwa Nichkhun Hyung pasti ke situ, jika tidak ada di tempat lain. Sheriff Seulong lantas mengerahkan anak buahnya, dan kami beramai-ramai kemari. Kami berkelahi dengan orang-orang yang menjaga Heechul Hyung dan Nichkhun Hyung. Untung saat itu Junho sedang berada dalam tambang, sehingga tidak mendengar keributan yang terjadi di sini. Setelah kedua penjaga kami ringkus, kami lantas memasang perangkap untuk Junho."

Kemudian Wooyoung berpaling pada Heechul. ''Tapi masih ada satu pertanyaan yang ingin kami ajukan padamu, Hyung," katanya. "Bahkan Eunhyuk Hyung pun tidak berhasil menemukan jawa­bannya."

"Apa itu?" tanya Heechul.

Wooyoung menatap Eunhyuk, lalu mengangguk. Eunhyuk membuka lembaran kertas yang ditemukannya di gurun.

"Hyung," katanya setelah membaca tulisan yang ada di kertas itu, "pesanmu itu kami pahami. Tapi angka tiga puluh sembilan ini, membingungkan! Apa maksud angka itu?"

Heechul meringis. Diambilnya buku catatannya dari dalam kantong, lalu dibukanya. Temyata yang tersisa hanya sampulnya saja. Halamannya sudah tidak ada lagi.

"Tadi sewaktu diangkut ke sini, kami bertiga ditaruh di belakang mobil, ditutup dengan selimut," katanya. "Donghae dan Nichkhun saat itu tertidur pulas karena dihipnotis. Dan akupun pura-pura terhipnotis.''

"Ketika menurutku kami sudah dekat ke Namchoseon Velley, aku lantas menulis dengan pulpen pada halaman-halaman buku catatanku. Aku terpaksa melakukannya dalam gelap. Karena itu tidak banyak yang kutulis...''

"Setiap kali aku selesai menuliskan pesan pada satu halaman, langsung kusobek lalu kuselipkan lewat celah pada pintu belakang mobil yang mengangkut kami, sehingga terbang ke luar. Waktu itu aku berharap akan ada orang menemukannya, sehingga tahu bahwa kami ada di sini. Setiap halaman yang selesai kutulisi, kuberi nomor. Maksudku supaya jika ada yang menemukan lebih dari satu lembar, ia akan tahu ke arah mana jejak kami harus diikuti. Pesan yang ada di tanganmu itu bernomor tiga puluh sembilan. Rupanya yang selebihnya diterbangkan angin."

Wooyoung tertawa, diikuti orang-orang yang lain. Setelah mengalami ketegangan selama beberapa menit terakhir, angka tiga puluh sembilan yang kelihatannya misterius dan jawabannya yang temyata sepele itu dirasakan lucu sekali.

Akhirnya Eunhyuk ikut tersenyum. Ia memaksakan diri untuk tersenyum. Karena, ia berpikir bahwa jika ia sebelumnya sudah menyadari bahwa angka itu sebenarnya nomor yang dibubuhkan pada setiap kertas pesan, maka mereka akan mencari-cari lagi dengan cermat sampai ditemukan kertas-kertas lainnya. Dengan begitu mereka tentu akan menemukan jejak yang ditinggalkan oleh Heechul. Eunhyuk merasa bahwa seharusnya ia tahu bahwa Heechul pasti bertindak dengan pertimbangan tertentu. Bukankah Heechul yang bertugas mengelola data dan tugas riset yang nantinya akan dijadikan bahan penulisan novel petualangan Trio Detektif. Eunhyuk merasa bahwa kali itu ia tidak memakai otaknya dengan cara yang sepadan selaku detektif.

Tapi untunglah... dengan selembar pesan saja persoalan ternyata bisa diselesaikan dengan baik!

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...