Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Kamis, 08 Desember 2011

Misteri Hantu Merah (Chapter 12)



Chapter 12
Pertemuan Dengan Shindong


Heechul dan Nichkhun berada dalam sebuah ruangan. Ruangan itu tidak berjendela. Pintunya hanya ada satu. Pintu itu terkunci. Kedua pemuda itu sudah mencoba membukanya... tapi sia-sia saja. Pakaian mereka lusuh, sebagai akibat merangkak-rangkak dalam lorong tambang. Tapi tanah yang semula melekat sebagian besar sudah dibersihkan. Dan mereka sudah membersihkan tubuh. Mereka juga sudah makan. Hidangannya makanan Cina sebaki penuh. Heechul belum pernah merasakan makanan seperti itu. Tapi menurutnya, makanan itu enak.

Sebelum makan, mereka tidak banyak bercakap-cakap. Perut terlalu melilit-lilit rasanya, karena lapar. Tapi kini, setelah perut kenyang, ketegangan mereka agak menyusut sedikit.

"Di mana kita sekarang?" tanya Heechul. "Di dalam sebuah bilik bawah tanah di sebuah kota besar. Mungkin di Seoul," jawab Nichkhun.

"Dari mana kau tahu?" tanya Heechul dengan heran. "Mata kita tadi kan ditutup. Kenapa kau menebak Seoul? Mungkin saja kita juga di tempat lain."

"Aku merasakan lantai bergetar, ketika ada truk-truk besar lewat di luar. Truk besar, artinya kota besar. Makanan tadi diantar masuk oleh pelayan-pelayan bangsa Cina. Di Seoul terdapat pemukiman masyarakat Cina. Kita sekarang berada di sebuah bilik rahasia, di rumah seorang keturunan Cina yang kaya raya."

Heechul menggeleng-geleng karena heran.

"Dari mana lagi kau mengetahui hal itu?"

"Dari makanan. Hidangan tadi dibuat dengan gaya Cina asli, dan dimasak oleh tangan ahli. Dan hanya orang kaya saja yang bisa menggaji juru masak yang ahli."

"Kau cocok sekali jika berpasangan dengan Eunhyuk," kata Heechul kagum. "Coba kau tinggal di Sungkyunkwan, pasti kau bisa bergabung dengan Trio Detektif."

"Aku mau saja," kata Nichkhun dengan nada penuh minat. "Di Namchoseon Valley, suasananya sangat sunyi. Di Hongkong aku banyak teman. Tapi sekarang... aku akan membantu Victoria mengelola perkebunan anggur." Setelah diam sesaat, ia menambahkan, "Itu jika keadaan masih memungkinkan."

Heechul mengerti maksudnya. Jika mereka bisa terlepas dari kesulitan yang sedang dihadapi. Heechul tidak tahu, apa sebenarnya yang mereka hadapi saat itu. Tapi Eunhyuk ternyata memang tepat perkiraannya mengenai satu hal. Misteri yang menyelubungi, tidak cuma terbatas pada munculnya hantu di sebuah rumah kosong saja!

Renungan kedua pemuda itu terganggu oleh bunyi pintu dibuka. Seorang laki-laki bangsa Cina berdiri di ambang pintu. Memakai pakaian tradisional Cina.

"Ayo ikut!" katanya.

"Ikut ke mana?" tanya Nichkhun dengan berani.

"Apa tikus bertanya ia akan dibawa ke mana, jika tubuhnya dicengkeram rajawali?" tukas laki-laki itu. "Ayo!" Sambil meluruskan bahu, Nichkhun melangkah ke luar. Heechul mengikutinya di belakang.

Mereka mengikuti laki-laki itu, menyusuri sebuah gang, lalu masuk ke dalam bilik lift yang sempit. Lift itu membawa mereka jauh ke atas, dan akhirnya berhenti di depan sebuah pintu berwarna merah. Laki-laki itu menggeser pintu lift ke samping, membuka pintu merah lalu mendorong Heechul ke luar.

"Sekarang masuk!" perintahnya. "Bicara dengan terus terang, kalau tidak ingin ditelan rajawali!"

Heechul dan Nichkhun ditinggal sendiri. Mereka berada dalam sebuah ruangan luas. Ruangan itu berbentuk lingkaran, dibatasi tirai-tirai merah bersulam pemandangan yang indah-indah, terbuat dari benang emas. Heechul melihat naga, kuil-kuil serta pohon-pohon yang kelihatannya seperti melambai-lambai ditiup angin.

"Kalian mengagumi gorden-gordenku?" Terdengar suara seseorang menyapa mereka. Suara itu lirih, tapi bicaranya jelas. "Umurnya sudah lima abad."

Kedua pemuda itu memandang ke seberang ruangan. Ternyata mereka tidak berdua saja di situ. Seorang laki-laki duduk di sebuah kursi besar yang berukirukir dengan sandaran lengan. Kursi itu terbuat dari kayu hitam, dengan lapisan bantal-bantal empuk.

Laki-laki itu mengenakan jubah yang panjang, seperti yang dipakai raja-raja Cina jaman dulu. Heechul pernah melihat gambar-gambar mereka dalam buku sejarah. Kulitnya kuning pucat, seperti mutiara yang sudah luntur. la menatap kedua pemuda itu dari balik kaca mata bergagang emas.

"Majulah," kata laki-laki itu. "Duduklah, orang-orang yang sangat merepotkan diriku!"

Heechul dan Nichkhun berjalan di atas permadani yang begitu tebal, sehingga kaki mereka terasa seperti tenggelam di dalamnya. Dua bangku kecil sudah tersedia untuk mereka. Keduanya duduk, sambil menatap laki-laki itu dengan heran.

"Kalian boleh memanggilku Shindong," kata laki-laki itu pada mereka. "Umurku seratus tahun."

Betapa kagetnya Heechul ketika mendengar pengakuan Shindong tentang umurnya. Karena baru saat itulah ia melihat ada orang berumur 100 tahun tapi masih terlihat sangat muda seperti berumur 20 tahunan. Sementara itu Shindong menatap Nichkhun.

"Hey, kau...," kata Shindong sambil menunjuk Nichkhun, "dalam tubuhmu mengalir pula darah bangsaku, bangsa cina. Keluargamu banyak sangkut pautnya dengan Cina yang dulu. Moyangmu dulu menculik salah seorang putri kami dan diperistri olehnya. Tapi bukan soal itu yang mau kubicarakan. Wanita biasa mengikuti kata hati. Tapi moyangmu juga mencuri sesuatu yang lain. Atau tepatnya menyuap seorang petugas negara untuk mencurikan benda itu untuknya. Tapi itu sama saja. Yang kumaksudkan, seuntai kalung mutiara!"

Kini Shindong mulai menampakkan gerak perasaan.

"Seuntai mutiara yang tak ternilai harganya," katanya melanjutkan. "Selama lebih dari lima puluh tahun, tidak ada yang tahu di mana kalung itu berada. Tapi kini sudah muncul kembali, dan aku harus memperolehnya."

Shindong mencondongkan tubuhnya ke depan. Suaranya bertambah lantang. "Kau dengar kataku itu, tikus kecil? Aku harus mendapatkan kalung mutiara itu!"

Heechul sangat gelisah mendengarnya, karena ia tahu bahwa kalung mutiara itu tidak ada pada mereka. Jadi tidak mungkin mereka bisa menyerahkannya pada Shindong. la tidak tahu, bagaimana perasaan Nichkhun saat itu.

"Maaf, Tuan..." kata Nichkhun yang duduk di sebelah Heechul, dengan suara lantang, "rnutiara itu tidak ada pada kami. Ada orang lain yang menguasainya. Seseorang yang lincah dan berhasil melarikan diri dengan kalung itu untuk dikembalikan pada saudara sepupuku. Kembalikan kami padanya. Nanti akan kubujuk dia agar mau menjual kalung mutiara itu padamu. Itu pun jika terbukti bahwa isi surat yang diterimanya dari seseorang yang mengaku kerabat istri moyangku tidak benar."

"Itu tidak benar!" tukas Shindong. "Surat itu dikirim seseorang yang kukenal. Maksudnya untuk mengacaukan suasana, karena orang itu juga ingin membeli untaian mutiara itu. Aku kaya, tapi ia lebih kaya lagi. Ia pasti berhasil membeli kalung itu, jika tidak kudului. Karena itu, aku harus memperoleh kalung mutiara itu!''

Nichkhun menundukkan kepala.

"Kami ini cuma tikus-tikus kecil, yang sama sekali tidak berdaya," katanya. "Kami tertangkap, tapi teman kami tidak. Kalung itu kini di tangan teman kami itu."

"Mereka bekerja dengan coroboh!" Shindong mengetuk-ngetukkan jemarinya dengan sikap kesal ke sandaran kursinya. "Akan tahu rasa mereka, karena menyebabkan pemuda itu kabur!"

"Nyaris saja ia tertangkap," kata Nichkhun menjelaskan. "Rupanya orang-orang itu berhasil menebak rencanaku, entah dengan cara bagaimana! Mereka menunggu dengan diam-diam, sementara mula-mula aku, lalu temanku ini menyusup lewat suatu celah sempit yang sangat sulit untuk dilalui. Kemudian kudengar bunyi batu kecil menggelinding. Kuarahkan cahaya senterku ke tempat itu. Kulihat seseorang berdiri di situ. Aku berteriak untuk memperingatkan temanku, tepat pada saat Junho dan anak buahnya meringkus kami berdua. Jadi temanku yang satu lagi berhasil menyelamatkan diri. Celah itu terlalu sempit, tidak mungkin Junho atau anak buahnya berani masuk lewat situ."

"Mereka ceroboh!" tukas Shindong sekali lagi. "Ketika kemarin malam Junho menelepon untuk melaporkan bahwa kalung mutiara itu sudah ada di tangannya dan ia akan mengantarkannya padaku malam ini, aku sudah memperingatkan jangan sampai terjadi kesalahan. Dan sekarang..."

Perkataannya terpotong oleh dering ponsel. Shindong memasukkan tangannya ke bawah bantal kursinya. Heechul tercengang, karena ternyata laki-laki itu mengambil ponsel dari situ. Shindong mendengarkan sesaat, lalu mengembalikan ponsel itu ke tempatnya semula.

"Ada perkembangan baru," katanya. "Kita tunggu saja sebentar."

Mereka bertiga menunggu sambil membisu. Suasana hening, semakin lama semakin mencekam menurut perasaan Heechul. Tapi ia tahu, itu disebabkan karena syarafnya yang tegang. Apa yang akan terjadi sekarang? Begitu banyak peristiwa tidak tersangka yang terjadi hari itu, sehingga ia merasa tidak akan mungkin akan merasa heran lagi. Tapi yang terjadi kemudian, sama sekali di luar dugaannya.

Pintu merah terbuka.

Dalam keadaan dekil dan lusuh, dengan paras pucat pasi... Donghae masuk ke dalam ruangan.

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...