Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Kamis, 08 Desember 2011

Misteri Hantu Merah (Chapter 13)



Chapter 13
Mutiara Hantu


"Donghae!" Heechul dan Nichkhun kaget dan bangkit serentak. "Kau kenapa?"

"Tidak apa-apa, kecuali aku kelaparan," jawab Donghae. "Dan lenganku juga agak sakit karena dipilin anak buah Junho, ketika aku dipaksa mengatakan di mana Mutiara Hantu kusembunyikan."

"Jadi kau memang menyembunyikannya?" tanya Heechul bergairah. "Tapi pasti kau tidak mengatakannya di mana kan?" tambah Nichkhun.
"Tentu saja tidak," kata Donghae geram. "Mereka marah-marah. Seandainya saja mereka tahu..."

"Awas!" kata Nichkhun dengan segera. "Ada yang ikut mendengar!" Donghae langsung terdiam. Baru saat itu ia melihat Shindong yang juga ada dalam ruangan itu.

"Kau bukan tikus lagi," kata laki-laki itu, sambil memandang Nichkhun. "Kau naga kecil, persis moyangmu dulu." Ia berhenti sebentar. Kelihatannya sedang berpikir.

Ketiga pemuda itu kaget sekali mendengar ucapannya yang berikut.

"Kau mau menjadi putraku?" tanya Shindong pada Nichkhun. "Aku ini kaya, tapi hatiku sedih karena tidak punya keturunan pria. Kau akan kuangkat, kujadikan putraku. Dengan hartaku, kau akan menjadi kaya raya."

"Maaf Tuan, aku merasa mendapat kehormatan besar," kata Nichkhun dengan sopan. "Tapi dalam hatiku, ada dua hal yang kukhawatirkan."

"Katakanlah, apa itu," kata Shindong.

"Pertama-tama, Anda menghendaki agar aku mengkhianati teman-temanku dan mengusahakan Mutiara Hantu itu untuk Anda," kata Nichkhun.

Shindong mengangguk.

"Tentu saja, karena itu kewajibanmu, selaku calon putraku," katanya.

"Dan kekhawatiranku yang kedua," sambung Nichkhun, "walau kini Anda berkata sepenuh hati, tapi nanti semuanya akan dilupakan jika mutiara itu sudah ada di tangan Anda. Tapi itu tidak menjadi masalah, karena aku tidak akan mau mengkhianati teman-temanku.''

Shindong mendesah.

"Memang, jika kau menerima tawaranku tadi, aku pasti akan melupakannya... kemudian," katanya. "Namun karena sekarang sudah kuketahui watakmu, aku sungguh-sungguh ingin mengangkatmu sebagai anak... jika kau mau. Tapi kau tidak mau! Walaupun begitu, mutiara itu tetap harus berhasil kumiliki, karena itu berarti kehidupan bagiku. Dan juga bagi kalian!"

Shindong meraih ke bawah bantal. la mengambil sebuah botol kecil yang rupanya tersimpan di suatu tempat yang dirahasiakan. Selain itu juga afa sebuah gelas kecil dari kristal, serta sebuah benda bundar yang diletakkannya di atas telapak tangan.

"Mendekatlah sebentar, dan perhatikan," katanya.

Nichkhun, Heechul dan Donghae beringsut mendekat, lalu menatap benda yang terletak pada telapak tangan Shindong itu. Benda itu warnanya aneh, kelabu kusam. Nampaknya seperti kelereng murahan. Tapi Nichkhun mengenali benda apa itu sebenarnya.

"Sebutir Mutiara Hantu," katanya.

"Itu penamaan konyol," tukas Shindong. la memasukkan mutiara itu ke dalam botol kecil.

Mutiara itu mendesis dan menggelembung terkena cairan yang ada dalam botol itu, sampai akhirnya larut sama sekali.

"Nama sebenarnya mutiara jenis ini adalah Mutiara Kehidupan," kata Shindong, sambil menuangkan cairan dari botol ke gelas kristal. Cairan itu diminumnya sampai habis. Setelah itu dikembalikannya gelas dan botol itu ke tempat semula.

"Naga cilik keturunan Taecyeon," katanya kemudian, "serta kedua temanmu! Kini akan kuceritakan pada kalian sesuatu yang tidak banyak diketahui orang, sedang yang mengetahuinya merupakan orang-orang yang sangat bijaksana atau kaya raya, atau kedua-duanya. Orang umumnya mengenal mutiara jenis tadi dengan nama Mutiara Hantu. Orang tahu, nilainya sangat tinggi. Tapi apa yang menyebabkannya begitu? Bukan karena keindahannya. Dinilai sebagai perhiasan, mutiara jenis itu buruk sekali. Warnanya pudar, seakan-akan mati. Bukankah begitu?"

Ketiga pemuda itu mengangguk saja, karena tidak tahu apa sebenarnya yang mau dikatakan oleh Shindong. Laki-laki itu melanjutkan penuturannya.

"Selama berabad-abad, mutiara jenis tadi hanya beberapa butir saja ditemukan di suatu tempat tertentu di Queen Ocean. Tapi kini tidak satu pun ditemukan lagi di tempat itu. Di seluruh dunia paling banyak hanya ada setengah lusin kalung Mutiara Hantu, aku memakai istiiah yang biasa dipakai orang. Mutiara-mutiara itu berada di tangan orang-orang yang terkaya di dunia, dan dijaga baik-baik. Apa sebabnya? Karena..." Shindong berhenti sebentar, untuk lebih menekankan kata-kata yang diucapkan setelah itu, "jika larutan itu ditelan seperti kulakukan tadi, mutiara jenis itu membawa berkah perpanjangan umur dan awet muda. Dan yang tadi itu mutiara yang terakhir."

Ketiga pemuda itu mendengarkan sambil melongo. Kelihatan jelas bahwa Shindong benar-benar meyakini kata-katanya sendiri. Laki-laki itu menarik napas panjang.

"Kenyataan ini ditemukan di Cina, berabad-abad yang lalu," katanya melanjutkan. "Rahasianya disimpan para raja dan kaum bangsawan, lalu kemudian oleh pedagang kaya seperti aku. Umurku sekarang seratus tahun, karena seumur hidupku aku sudah menelan seratus mutiara kehidupan, yang oleh pihak orang-orang yang tidak tahu disebut Mutiara Hantu."

Kini matanya yang sipit menatap Nichkhun. "Naga cilik, itulah sebabnya kenapa aku harus berhasil memperoleh kalung itu," katanya. "Setiap butir mutiara memperpanjang umur sekitar tiga bulan dan membuatku awet muda. Untai kalung itu terdiri dari empat puluh delapan butir mutiara. Jadi umurku bisa dua belas tahun lebih panjang!" Suara Shindong kian meninggi. "Aku harus memperoleh mutiara-mutiara itu! Tidak ada yang bisa mencegahku. Ketahuilah, kalian ini cuma debu saja bagiku, jika kalian berusaha menghalangi! Kelanjutan hidup selama dua belas tahun, sedang aku sudah berumur seratus tahun! Sekarang tentunya kau mengerti betapa pentingnya itu untukku, naga kecil!"

Nichkhun mengigit bibir.

"la tidak main-main," bisiknya pada Donghae dan Heechul. "la pantang mundur. Aku akan mencoba melakukan penawaran."

"Silakan menawar," kata Shindong, yang rupanya tajam pendengarannya. "Hasil tawar-menawar secara jujur akan dihormati kedua pihak."

"Bersediakah Anda membayar harga mutiara itu pada saudara sepupuku-Victoria, jika Donghae mengatakan di mana tempatnya?" tanya Nichkhun.

Shindong menggeleng.

"Sudah kukatakan, aku akan membayar orang yang bernama Junho itu, dan janjiku selalu kutepati. Tapi..." ia berhenti sebentar, meneliti Nichkhun. "Ada kesulitan sehubungan dengan pembayaran hipotek kebun dan pabrik anggur saudara sepupumu itu! Ketahuilah bahwa hipotek itu ada di tanganku. Aku berjanji bahwa Victoria akan kuberi waktu untuk menebusnya. Selama itu aku tidak akan mengganggu-gugat. Selain itu hantu yang selama ini menakut-nakuti para pekerja akan menghilang, dan para pekerja akan datang lagi."

Ketiga pemuda itu terkejap-kejap karena kaget.

"Kalau begitu, Anda tahu itu hantu siapa?" seru Nichkhun. "Bagaimana Anda bisa tahu?"

Shindong tersenyum sekilas. "Biar sedikit-sedikit, pengetahuanku cukup luas," katanya. "Antarkan Junho ke tempat mutiara hantu itu disembunyikan, dan kesulitan Victoria akan berakhir."

"Itu penawaran yang bagus," kata Nichkhun. "Tapi dari mana kami bisa tahu bahwa Anda bisa dipercaya?" Secara otomatis, Donghae dan Heechul mengangguk. Karena pikiran itu juga terlintas dalam diri mereka. "Aku Shindong," kata laki-laki itu dengan ketus. "Janjiku lebih teguh dari baja!"

"Tanyakan bagaimana kita bisa mempercayai Junho!" potong Heechul.

"Ya, betul... karena Junho bisa saja menjanjikan sesuatu, tapi kemudian berbuat sebaliknya!" sambung Donghae.

Shindong melantangkan suaranya lagi.

"Suruh Junho datang," katanya.

Mereka menunggu. Dua menit, tidak terjadi apa-apa. Kemudian pintu merah dari lift terbuka, dan Junho muncul ke dalam ruangan. Dengan sikap tidak peduli ia melangkah maju, menghampiri Shindong dan ketiga pemuda itu. Tampangnya masam.

"Anda berhasil membuka mulut mereka?" gerutunya.

"Kau tidak berhadapan dengan sesamamu!" tukas Shindong dengan nada tajam. "Kau makhluk malam yang melata, yang sepantasnya diinjak. Bersikaplah sesuai dengan itu!"

Ketiga pemuda itu melihat air muka Junho berubah karena marah. Tapi hanya sekejap dan kemudian berubah lagi, menampakkan kengerian. Kengerian yang luar biasa!

"Maaf, Tn. Shindong," katanya dengan suara seperti tercekik. "Saya tadi hanya ingin tahu..."

"Diam, dan dengarkan baik-baik!" potong Shindong. "Jika nanti malam ketiga pemuda ini menyerahkan kalung mutiara itu ke tanganmu, setelah itu kau harus menjamin bahwa mereka tidak mengalami cedera. Kau boleh mengikat mereka kalau perlu, sehingga diperlukan waktu lebih dari sejam untuk membebaskan diri. Tapi jangan kau ikat terlalu ketat! Jika mengalami cedera setelah menyerahkan kalung itu padamu, kau akan mengalami pembalasanku seratus kali lipat lebih dahsyat. Jika kau tidak mengacuhkan peringatanku ini, kau akan mengalami seratus irisan yang membawa maut!"

Junho harus menelan ludah beberapa kali dulu, sebelum bisa bicara lagi.

"Namchoseon Valley kini pasti sudah penuh dengan orang yang mencari mereka," katanya dengan nada merendah. "Sampai sekarang saya berhasil menjauhkan perhatian dari Deoksugung Canyon, di mana mereka meninggalkan kuda-kuda mereka. Orang-orang saya mengatakan pada para pencari bahwa jurang kecil itu sudah diperiksa, tapi tidak ada apa-apa. Lalu sekarang jika mereka ini, saya bawa kembali ke sana..."

"Mungkin kau sama sekali tidak perlu membawa mereka kembali ke sana. Mungkin mereka mau mengatakannya padamu, di mana mutiara itu bisa ditemukan. Mudah-mudahan saja begitu, supaya masalah ini cepat selesai."

Kini Shindong bangkit dari tempat duduknya.

"Ayo," katanya menyuruh Junho ikut dengannya. "Mereka ingin merembukkan masalah ini. Karena persoalannya menyangkut hidup atau mati, mereka berhak mengambil keputusan secara bebas."

Kedua orang itu meninggalkan ruangan. Shindong berjalan dengan pelan dan berwibawa, lalu masuk ke balik tirai merah.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...