Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Kamis, 08 Desember 2011

Misteri Hantu Merah (Chapter 15)



Chapter 15
Eunhyuk Menemukan Petunjuk


"Tapi masa tidak ada seorang pun yang menemukan tanda berupa tanda tanya?" Eunhyuk tak habis pikir, hal itu bisa terjadi. la baru tiba di Namchoseon House di Namchoseon Valley bersama Wooyoung, adik Heechul.

Victoria menggeleng. Wanita itu kelihatannya sangat lesu.

"Tidak, tidak ada seorang pun yang menemukannya," katanya. "Seluruh lembah sudah kusuruh periksa, mencari tanda seperti itu. Bahkan semua orang yang kutemui pun kutanyai. Tapi tidak ada yang melihat tanda tanya yang dibuat dengan kapur tulis."

"Sebenarnya ada apa dengan tanda tanya itu?" tanya Leeteuk. Setelannya nampak kusut. la sendiri pun kelihatan capek sekali.

Eunhyuk menjelaskan bahwa tanda tanya itu merupakan tanda khusus yang dipakainya bersama Donghae dan Heechul untuk menandai jalan atau untuk memberitahukan pada teman bahwa salah seorang dari mereka pernah ada di tempat yang diberi tanda itu. Jika Donghae atau Heechul bisa bergerak dengan bebas, pasti mereka akan membubuhkan satu tanda tanya atau lebih, untuk menandai di mana mereka berada.

"Aku yakin, mereka pasti berkuda lewat celah lalu menuju ke gurun," kata Leeteuk. "Besok tentunya kita akan menemukan mereka. Aku sudah menugaskan pencarian dengan Helikopter, begitu hari mulai terang. Jika mereka ada di dalam Namchoseon Valley atau disekitarnya, seharusnya kuda-kuda mereka sudah ditemukan sekarang."

"Mungkin saja." Kata Wooyoung, dengan Nada serius. "Hyung, katanya ada yang mau kau katakan pada Victoria Noona." Kata Wooyoung pada Eunhyuk.

Wanita itu langsung mengambil sikap menunggu, begitu pula Leeteuk. Saat itu mereka berempat sedang duduk di ruang tamu Namchoseon House.

"Victoria," kata Eunhyuk membuka kata. "Aku mendalami persoalan ini, dan... ya... selama ini aku berusaha mengambil kesimpulan tentang Hantu Merah serta jeritan yang didengar kedua temanku. Menurut hasil kesimpulanku, jeritan itu tidak mungkin berasal dari dalam rumah, karena kalau dari dalam tidak akan terdengar dari luar. Rumah itu kokoh sekali, berdinding sangat tebal. Aku sudah mengujinya. Jadi jeritan itu harus datang dari luar.

"Katakanlah hantu itu memang ada! Masa hantu harus pergi ke luar dulu untuk menjerit, lalu setelah itu masuk lagi ke dalam. Jadi yang menjerit itu pasti seseorang yang hidup. Orang-orang yang ada disana malam itu tidak tahu pasti berapa jumlah mereka. Ada yang mengatakan enam, ada pula yang mengatakan tujuh orang. Akhirnya aku menarik kesimpulan, kedua-duanya benar.

"Enam orang yang masuk ke dalam rumah, begitu jeritan itu terdengar. Orang ketujuh, yaitu yang sebelumnya menjerit, kemudian muncul dari balik semak dan menggabungkan diri dengan mereka. Itu cara yang paling gampang supaya tidak ketahuan. Dan itu satu-satunya jawaban yang sesuai dengan kenyataan yang ada."

"Dia benar," kata Wooyoung. "Kenapa aku dan Chief Siwon tidak berpikir sampai ke situ."

Sementara Victoria mendengarkan kete­rangan Eunhyuk dengan kening berkerut, Leeteuk kelihatannya terkesan.

"Kedengarannya masuk akal," katanya. "Tapi untuk apa orang itu berbuat demikian? Maksudku, bersembunyi di balik semak lalu menjerit?"

"Gunanya untuk menarik perhatian," kata Eunhyuk. "Jeritan aneh pasti menarik perhatian. Dan jeritan itu justru terdengar ketika ada orang beramai-ramai datang untuk mendengamya. Tapi itu tidak terjadi secara kebetulan saja. Mereka datang, karena ada yang mengajak. Tentu tidak semua, namun paling sedikit lima orang."

"Itu kesimpulan yang bagus, Hyung," kata Wooyoung.

"Dan tidak ada jawaban lain yang mungkin," sambut Eunhyuk. "Seseorang berkeliaran di daerah pemukiman dekat Shinhwa Mansion, dan mengajak sejumlah orang yang dijumpai untuk ikut melihat-lihat bangunan itu sebelum diambrukkan. la berhasil membujuk mereka, sehingga orang-orang itu mau ikut. Mereka tidak saling mengenal, sehingga tidak tahu bahwa orang yang mengajak mereka sebenarnya bukan orang situ. Lalu ketika temannya yang bersembunyi di kebun melihat mereka datang, ia lantas berteriak."

Leeteuk memandang Eunhyuk dengan mata terkejap-kejap, seolah-olah berusaha memahami penjelasannya itu. Sedang Victoria jelas kelihatan bingung.

"Tapi... tapi untuk apa?" tanyanya. "Untuk apa orang berbuat begitu?"

"Supaya orang-orang yang datang itu masuk ke dalam rumah," kata Wooyoung menjelaskan. "Kalau mereka masuk, mereka akan melihat hantu itu dan kemudian menceritakannya ke mana-mana. Itu masuk akal kan, Victoria."

"Tapi bagiku tidak," bantah Leeteuk. "Bagiku, semua itu omong kosong."

Eunhyuk membawa tape recordernya, dan kini ditekannya tombol Play. Seketika itu juga terdengar jeritan melengking mengisi ruangan. Victoria dan Leeteuk kaget setengah mati mendengarnya.

"Itu baru permulaannya," kata Wooyoung. "Pita rekaman itu terpasang terus dengan volume maksimum, sehingga pembicaraan keenam laki-laki itu ikut terekam sebagian. Tolong katakan, apa ada suara seseorang yang kau kenali?"

Eunhyuk membiarkan pita rekaman berputar terus. Ketika terdengar suara laki-laki yang bersuara berat, Victoria nampak kaget.

"Cukup!" katanya. Eunhyuk menghentikan putaran rekaman, sementara Victoria berpaling dan menatap Leeteuk. "Itu tadi suaramu kan, Oppa! Kau memberatkannya, seperti yang biasa kau lakukan dulu jika memainkan peranan penjahat dalam pertunjukan teater di sekolah. Tapi walau begitu, aku masih bisa mengenali bahwa itu suaramu!"

"Setelah memutarnya beberapa kali, aku merasa kalau itu memang suaramu, Hyung." kata Eunhyuk. "Semula aku masih sangsi. Tapi logatnya mirip dengan cara bicaramu, ketika kita bertemu denganmu di Shinhwa Mansion. Untuk menyamar pada malam itu, kau memberatkan suara dan memakai kumis palsu. Itu saja sudah cukup, karena saat itu gelap."

Leeteuk nampak lemah lunglai. "Aku bisa menjelaskannya, Victoria," katanya lemah.

"Oh ya? Kalau begitu jelaskan!" tukas Victoria. Nada suaranya tajam. Leeteuk menelan ludah beberapa kali, sebelum mulai dengan penjelasannya.

Semuanya dimulai satu setengah tahun yang lalu, yaitu ketika diketahui bahwa ada cucu moyang Taecyeon yang tinggal di Hongkong. Nichkhun kemudian dibawa Victoria ke Korea. Karena Nichkhun ternyata cucu moyang langsung dari Taecyeon, maka kebun dan pabrik anggur yang ada di Namchoseon Valley sebenarnya adalah miliknya. Karena itu Victoria bermaksud menyerahkan semuanya pada Nichkhun.

"Padahal selama itu aku mengira bahwa Victoria akan membagi dua hartanya itu, padaku," kata Leeteuk sambil mengeluh. "Karena sebe­lum Nichkhun muncul, bukankah aku satu-satunya kerabat Victoria. Dan aku ikut bekerja keras membangun perusahaan ini. Tapi kemudian ternyata aku tidak jadi mendapatkan sebagian harta itu."

"Teruskan," kata Victoria dengan nada datar.

"Ya..." kata Leeteuk sambil mengeringkan keringat dingin yang membasahi kening, "setelah itu aku lantas menyusun rencana. Aku bermaksud membeli berbagai peralatan baru. Aku akan meminjam uang dari teman-temanku, sehingga hutang perusahaan bertumpuk-tumpuk. Kurencanakan agar kita tidak bisa membayar hutang, sehingga semuanya disita teman-temanku. Kemudian rencana itu kulaksanakan. Aku mempekerjakan Junho sebagai pengawas. la membawa serta beberapa anak buahnya untuk membantu mengacaukan keadaan. Misalnya merusak peralatan, mengasamkan anggur, dan macam-macam lagi perbuatan mereka. Kemudian kau melakukan sesuatu, walau sebelumnya telah bersumpah tidak akan mau melakukannya. Kau setuju menjual tanah warisan milik moyang Taecyeon di Sungkyunkwan."

"Ya," kata Victoria dengan suara nyaris tidak terdengar. "Sebelum Moyang Taecyeon meninggal dunia, ia sudah berjanji tidak akan menjual tanah itu, walau bangunan yang ada di situ ambruk menjadi puing. Tapi aku, aku saat itu sedang bingung. Karena itulah aku setuju untuk menjualnya. Untuk membayar hutang-hutang yang kau buat, Oppa."

Eunhyuk mengikuti pembicaraan itu dengan penuh minat. la sudah berhasil menarik kesimpulan mengenai jeritan aneh di malam hari waktu itu, serta menduga bahwa Leeteuk terlibat di dalamnya. Tapi ia belum mengetahui alasannya. la juga belum sepenuhnya berhasil membongkar misteri hantu merah.

"Aku langsung beranggapan, rencanaku untuk merebut harta ini darimu dan memilikinya bersama teman-temanku, pasti berantakan," kata Leeteuk. "Namun kemudian aku menerima kabar."

"Kabar?" kata Wooyoung ketus. "Kabar apa?"

"Aku disuruh menemui seseorang, di Seoul. Permintaan itu kuturuti. Ternyata orang yang kudatangi itu seorang laki-laki. Namanya Shindong. Aku tidak tahu di mana tepatnya kami saling bertemu, karena ketika pergi ke sana mataku ditutup. Shindong mengatakan padaku bahwa ia telah membeli surat-surat hipotek perkebunan dan pabrik anggur. Ia berhasil membujuk teman-temanku agar mau menjualnya dan tidak mengatakannya padaku."

"Tapi untuk apa orang itu melakukannya?" tanya Victoria.

"Akan kujelaskan," kata Leeteuk sambil menarik napas panjang. "Shindong kemudian mengatakan sesuatu padaku. Di tempatnya ada seorang pelayan wanita, wanita itu adalah cucu moyang pelayan pribadi istri Taecyeon. Wanita itu mendengar dari seseorang yang membaca dari surat kabar, bahwa rumah tua tempat kediaman Taecyeon akan dijual dan kemudian dibongkar. la lantas menceritakan suatu rahasia yang sudah disimpannya selama bertahun-tahun. Rahasia yang disimpan turun-temurun oleh Pelayan pribadi Taecyeon…”

"Pelayan itu mengatakan pada Shindong bahwa istri Taecyeon sebenarnya sudah meninggal dunia sejak lama. Mayatnya disemayamkan dalam sebuah kamar di rumah itu. Kamar itu kemudian ditembok rapat. Para pelayan dimasanya dulu itu... semuanya disuruh bersumpah, tidak akan menceritakan rahasia itu pada siapa-siapa. Tapi kini rumah itu akan dibongkar. Pelayan itu tidak ingin jenazah majikan moyangnya diganggu ketenangannya.

"Shindong juga mengatakan padaku, menurut pelayan itu... istri Taecyeon disemayamkan di dalam peti mati, dengan perhiasan kalung Mutiara Hantu di lehernya."

Leeteuk berhenti sebentar untuk menyeka keringat. Kemudian ia melanjutkan.

"Shindong seakan-akan tahu semuanya. Ia tahu bahwa aku menginginkan kebun dan perusahaan anggur ini. la juga tahu, hasil penjualan rumah tua itu akan memungkinkanmu untuk membayar semua hutang perusahaan. Karena itu ia lantas mengajukan suatu rencana untukku.'' Jelas Leeteuk pada Victoria.

"Aku harus menimbulkan kesan bahwa rumah tua itu ada hantunya. Dengan begitu ada kemungkinan penjualan rumah akan terhambat. Saat itu harus kumanfaatkan untuk memeriksa seluruh rumah dengan seksama. Aku disuruhnya memeriksa sendiri. la juga mengatakan di mana letak kamar yang ditembok rapat itu. Aku harus membongkar dindingnya, mengambil kalung mutiara hantu, lalu mengatakan bahwa aku menemukan jenazah istri Taecyeon. Aku juga harus mengatakan bahwa aku yakin rumah itu berhantu!" Lanjut Leeteuk.

"Rupanya semuanya sudah dipikirkan oleh Shindong," kata Wooyoung dengan geram.

"Ya, semuanya sudah diatur olehnya," jawab Leeteuk. "Aku disuruhnya menjual kalung itu padanya dengan harga 200 Juta Won. Aku harus mengusahakan bahwa ada yang melihat hantu di dalam rumah itu. Kemudian hantu itu pindah ke Namchoseon Valley untuk menyebabkan para pemetik anggur yang ada di sini lari ketakutan sehingga panen anggur tahun ini gagal.

"Hal itu akan mengakibatkan perusahaan Victoria bangkrut. Shindong akan menyita kebun dan perusahaan, lalu kemudian menjualnya kembali padaku dengan harga 200 Juta Won, yaitu jumlah uang yang diserahkannya padaku untuk imbalan kalung mutiara yang harus kuberikan padanya. Dengan jalan begitu kebun anggur dan perusahaan akan jatuh ke tanganku dan ia akan memperoleh kalung mutiara. Entah apa sebabnya, ia kelihatannya ingin sekali memilikinya."

"la juga mengatakan padamu, bagaimana menciptakan hantu itu?" tanya Eunhyuk dengan penuh minat.

"Ya, nanti akan kujelaskan juga. Intinya, berdasarkan penjelasannya... rencana itu sangat sederhana. Aku lantas mengatur siasat. Junho kutugaskan untuk menjerit di luar. Tapi kemudian terjadi peristiwa yang tidak terduga. Kontraktor yang diberi tugas, ternyata membongkar rumah tua itu satu minggu lebih cepat dari rencana semula.

"Ketika aku mendengar kabar itu, pembongkar­an sudah dimulai. Aku panik, lalu bergegas datang ke Sungkyunkwan bersama Junho. Kami naik pesawat terbang khusus. Aku sudah khawatir saja, jangan-jangan kerangka putri Cina itu sudah ditemukan sebelum aku tiba di sana. Kalau itu terjadi, aku tidak akan bisa menjual Mutiara Hantu itu pada Shindong, karena hak miliknya akan jatuh ke tangan Victoria, yang dengan itu akan bisa menebus hipotek.

"Tapi sebelum pekerjaan pembongkaran berjalan lebih jauh, aku sudah tiba di Sungkyunkwan. Begitu hari gelap, Junho kusuruh mengambil tempat di balik semak. Lalu aku pura-pura berjalan di daerah pemukiman di dekat situ. Aku berhasil mengajak beberapa orang untuk ikut denganku ke rumah tua itu. Begitu kami tiba di sana, Junho langsung berteriak. Kami lantas melakukan penyelidikan. Hantu Merah kemudian muncul.

"Di antara orang-orang yang ikut denganku, ada yang melapor pada polisi. Sementara itu aku menyelinap pergi dengan diam-diam, bersama Junho. Junho kembali ke sini, sedang aku tetap tinggal di Sungkyunkwan. Aku berkeliaran di kota itu, untuk menyebabkan Hantu Merah itu muncul di berbagai tempat. Dengan begitu berita-berita mengenai hantu merah akan muncul di koran-koran, menjadikannya berita yang menghebohkan di Sungkyunkwan.

"Malam itu aku tidak kembali ke Namchoseon Valley. Aku menginap di sebuah hotel dengan memakai nama palsu. Keesokan paginya aku menyewa mobil, lalu mendatangi Shinhwa Mansion untuk mencari kamar yang tersembunyi dan mengambil mutiara yang katanya ada di sana.

"Sayangnya, beberapa pekerja melihat sekilas kamar rahasia itu dari luar. Sebagai akibatnya, kepala polisi setempat menugaskan anak buahnya menjaga rumah itu. Jadi aku tidak bisa masuk, sampai kau, Wooyoung, datang bersama kepala polisi beserta Donghae, Heechul dan Eunhyuk. Dan kita lantas masuk beramai-ramai.

"Jadi ketika mutiara kutemukan, aku tidak bisa mengantonginya dengan diam-diam lalu kemudian menjualnya pada Shindong. Ketika aku sudah kembali lagi di sini, Shindong menelponku. Ternyata ia membaca berita-berita mengenai kejadian itu di koran, dan karena itulah ia bisa menduga masalah yang kuhadapi. Aku disuruhnya mengatur perampokan mutiara itu."

Wajah Eunhyuk kelihatan puas.

"Sudah aku kira perampokan itu rekayasa," katanya. "Aku menduganya begitu aku sadar, bahwa kaulah sebenarnya yang menyebabkan Hantu Merah itu muncul. Setelah Heechul menghubungiku lewat telepon untuk bercerita tentang Victoria yang melihat hantu serta tentang perampokan mutiara, aku lantas menyadari kenyataan bahwa dalam kedua peristiwa itu kau juga hadir. Ketika Victoria melihat hantu, hanya kau sendiri yang ada di situ bersamanya. Jadi jika hantu itu buatan orang, maka kemungkinannya orang itu adalah kau. Tidak ada orang lain yang bisa dicurigai. Jadi kaulah yang menyebabkan hantu merah itu muncul," kata Eunhyuk melanjutkan ulasannya sementara orang-orang yang lain mendengarkan dengan serius, "Dan ternyata kaulah yang mendalangi semua kejadian yang terjadi akhir-akhir ini di Namchoseon Valley. Dan perampokan mutiara murupakan bagian dari rencanamu. Jadi aku menarik kesimpulan, perampokan itu juga kau yang mendalangi. Aku menduga Junho mungkin ikut dalam komplotan, sebab ia ikut denganmu kembali ke sini. Cukup banyak waktu baginya untuk mengikatmu, sebelum kembali lagi ke tempat Heechul, Donghae dan Nichkhun menunggu."

"Ya, betul. kata Leeteuk mengaku. "Aku memang membuat hantu muncul lagi di kamar Victoria, dengan maksud mengobarkan kembali desas-desus mengenai hantu merah itu. Setelah itu kuambil mutiara dari dalam lemari besi, untuk ditunjukkan pada Heechul, Donghae dan Nichkhun. Waktu itu sudah kuatur agar Junho segera bergegas masuk membawa kabar bahwa ada yang melihat hantu di kebun anggur. la menyuruh tiga anak buahnya pura-pura melihatnya lalu menyebarkan kabar itu, sehingga para pemetik ketakutan lalu kabur dari sini.

"Kemudian aku bergegas ke luar. Lemari besi kubiarkan tidak terkunci. Ketika aku kembali lagi bersama Junho, dia kusuruh mengikatku lalu mengambil mutiara. Seharusnya hari ini ia mengembalikannya lagi padaku. Tapi sampai sekarang belum dikembalikannya!"

Leeteuk kelihatan sangat kesal.

"la malah mengatakan padaku, ia mau menjualnya sendiri pada Shindong. Katanya, aku tidak akan berani berurusan langsung dengannya, karena dengan begitu perananku dalam kejadian ini akan terbongkar. Kurasa ia pergi ke Seoul dengan kalung mutiara itu!"

"Sudah sepatutnya kau diperlakukan seperti itu, Oppa," kata Victoria dengan ketus. "Tingkah lakumu persis penjahat! Tapi saat ini urusan mutiara tidak penting. Kita harus segera menemukan Donghae, Heechul dan Nichkhun. Di mana mereka?"

Leeteuk menggeleng.

"Aku tidak tahu," jawabnya.

Tiba-tiba Eunhyuk mendapat ide.

"Mungkin mereka diculik oleh Junho, karena mereka mencurigai dirinya," katanya bersemangat.

Wooyoung mengangguk. "Kemungkinan itu bisa saja," katanya. "Kenya­taannya, Junho sampai kini juga belum muncul."

"Ya, pasti Junho yang menculik mereka," kata Leeteuk. "Tapi kuda-kuda mereka lantas dikemanakan? Padahal, beberapa orang sudah mencari mereka dalam lembah serta sebagian kawasan gurun di luar Namchoseon Valley. Kenapa mereka belum ditemukan?"

"Kenapa belum ada yang menemukan tanda tanya itu, ya?" kata Eunhyuk dengan kesal. "Heechul dan Donghae pasti berusaha meninggalkan tanda di tempat-tempat yang mereka lalui."

Ketika mereka sedang berpandang-pandangan sambil membisu, tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Seohyun, kepala pelayan Namchoseon House itu bergegas masuk.

"Sheriff Seulong mencari anda, Nn. Victoria," katanya. "la membawa kabar."

"Apa ia berhasil menemukan mereka?" seru Victoria. Ia bergegas bangkit. Tapi sheriff Seulong yang mengikuti Seohyun masuk, menggelengkan kepala.

"Tidak, Nn. Victoria," katanya. "Tapi bukankah Anda menjanjikan akan memberi hadiah bagi siapa saja yang menemukan tanda berupa tanda tanya. Ini ada seorang pemuda, katanya ia melihat tanda tanya itu. Pemuda ini bernama Kikwang."

Seorang pemuda yang berdiri di belakang sheriff Seulong, maju ke depan. Pakaiannya lusuh.

"Kemarin sore aku melihat sebuah tanda, seperti ini," katanya, sambil menggerakkan tangannya membuat tanda tanya. "Aku tidak tahu bahwa tanda itu ada artinya. Setelah itu aku tidur. Ketika bangun lagi, kudengar kakak-kakakku sibuk membicarakan hadiah 500 Ribu Won yang dijanjikan Nn. Victoria untuk orang pertama yang menemukan tanda aneh itu." Ditatapnya Victoria dengan penuh harapan. "Jadi, apakah aku bisa menerima hadiah 500 Ribu Won itu?"

"Ya, ya, tentu saja!" kata Victoria dengan tidak sabar. "Tapi hanya jika kau tidak bohong. Di mana kau melihat tanda itu?"

"Di dalam sebuah Drum. Drum itu terletak di tepi jalan, di gurun," kata Kikwang. "Kami semua pergi mencari ke sana. Ketika aku melihat ada Drum, aku lantas melihat ke dalam. Saat itu aku melihat tanda itu. Tapi tidak ada yang bilang apa-apa tentang itu, jadi aku waktu itu tidak tahu artinya."

"Dalam sebuah Drum, di tengah gurun!" Suara Wooyoung terdengar kecewa. "Apa gunanya itu bagi kita?"

"Kurasa ada baiknya jika kita melihatnya dulu, Wooyoung," kata Eunhyuk. Sebenarnya ia sudah sangat bersemangat, tapi ia menahan diri. Siapa tahu, mungkin itu... petunjuk penting."

"Aku ikut!" kata Victoria dengan tegas. "Seohyun! Tolong ambilkan jaketku."

"Aku juga ikut," kata Leeteuk.

"Kau tinggal di sini saja, Oppa!" larang Victoria.

Setelah itu mereka bergegas ke luar, lalu naik ke mobil sheriff Seulong. Dalam sepuluh menit mereka sudah sampai di ujung lembah, dan menuju ke tengah gurun yang terletak di luar Namchoseon Valley.

Beberapa mil kemudian nampak dua Drum anggur di tepi jalan. Tempat itu sangat sepi. Lampu besar mobil menerangi kedua Drum itu.

"Itu dia!" kata Kikwang sambil menuding. "Dalam Drum yang pertama!" Sheriff Seulong menyorotkan senternya ke sisi luar Drum yang berdiri tegak.

"Itu Drum tua yang sudah tidak dipakai lagi," kata Victoria mengomentari. "Kalau dipakai untuk tempat anggur, pasti bocor. Kenapa ada di sini?"

Sementara itu Eunhyuk sudah memandang ke dalam Drum yang ditunjukkan oleh Kikwang, diikuti oleh Wooyoung dan juga sheriff Seulong. Mereka bertiga dengan jelas melihat tanda tanya yang tidak rapi bentuknya, di dasar Drum.

Tapi hanya Eunhyuk yang dengan segera tahu bahwa tanda itu dibuat dengan kapur tulis hijau. Dan hanya ia sendiri yang tahu artinya.

"Heechul pernah ada dalam Drum ini!" katanya. "Ia yang membubuhkan tanda itu, sebagai petunjuk!"

"Sekarang barulah aku mengerti!" seru Victoria. "Drum anggur merupakan barang biasa di sini. Jadi tidak akan ada yang memperhatikan dua buah Drum yang diangkut pergi dengan truk. Padahal ada mereka di dalamnya!"

"Astaga!" gumam sheriff Seulong. "Jadi mereka itu diculik?"

"Lalu mungkin di sini dikeluarkan lagi dari Drum, lalu dibawa dengan mobil," kata Wooyoung. "Besar kemungkinannya, ke Busan. Dan yang melakukannya, tentu saja Junho! Jadi sekarang kita perlu minta tolong pada polisi di Seoul untuk menangkap orang itu. Kita kembali saja ke rumah, untuk menelepon ke sana."

Mereka bergegas masuk ke mobil. Sheriff Seulong memutar mobilnya. Tapi tiba-tiba lampu mobil menerangi secarik kertas yang terbang dibawa angin, lalu tersangkut di suatu semak gurun. Hanya Eunhyuk saja yang langsung mendapat firasat bahwa kertas itu mungkin ada artinya. Atas desakannya, mobil tidak jadi langsung berangkat lagi. la diberi kesempatan untuk mengambil kertas itu. la membawa kertas itu ke mobil, lalu mereka beramai-ramai menelitinya dengan diterangi cahaya senter.

"Kertas ini disobek dari buku catatan," kata sheriff Seulong. "Dan ada tulisannya."

"Ini tulisan tangan Heechul Hyung!" seru Wooyoung. "Kelihatannya seperti dibuat dalam gelap, karena tulisannya berantakan. Tapi aku masih bisa mengenali tulisan kakakku." Di kertas itu tertulis dengan huruf-huruf besar dan berantakan.

"Tiga puluh sembilan... tambang... tolong! Ditambah dengan tiga tanda tanya!" Wooyoung mengerutkan kening. Tapi Eunhyuk langsung mengetahui makna pesan itu.

"Heechul yang menulisnya," katanya tegang. "la mau mengatakan bahwa kita harus mencarinya di dalam tambang."

"Ya, mungkin," kata sheriff Seulong. "Tapi angka tiga puluh sembilan itu apa artinya? Mungkin tiga puluh sembilan mil?"

"Aku juga tidak mengerti," kata Eunhyuk.

"Tidak ada tambang yang letaknya tiga puluh sembilan mil dari sini," kata Victoria. "Tambang-tambang di daerah sini, semua terletak di Namchoseon Valley, atau di Deoksugung Canyon. Tambang-tambang itu tidak ada yang bernomor. Sedang para pencari mengatakan, kedua tempat itu sudah diperiksa dengan teliti sekali."

Mereka berpandang-pandangan dengan bingung.

"Surat Heechul ini berarti bahwa mereka ada di sekitar sini," kata Eunhyuk. "Dan saat ini mereka dalam kesulitan. Tapi bagaimana cara kita menemukan mereka?"

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...