Chapter 2
Dipanggilnya Para Saksi Mata
"Aaaa-aiiiii!" Jeritan seram itu terdengar lagi. Tapi kali ini Heechul dan Donghae santai saja. Bunyi itu merupakan rekaman, yang datang dari tape recorder.
Saat itu mereka sedang berkumpul di Markas Besar. Pemimpin Trio Detektif, Eunhyuk, dengan penuh perhatian mendengar hasil rekaman Heechul malam sebelumnya.
"Setelah itu tidak ada jeritan lagi, Eunhyuk," kata Heechul. "Sisanya cuma pembicaraan saja dengan orang-orang yang datang kemudian. Aku baru teringat bahwa tape recorder masih jalan ketika mau masuk ke rumah, lalu kumatikan."
Tapi Eunhyuk mendengarkan semua yang ikut direkam. Suara orang-orang yang berbicara malam sebelumnya terdengar dengan jelas, karena waktu itu Heechul menyetel tombol rekaman sampai habis. Setelah rekaman terputus karena dimatikan Heechul, Eunhyuk mematikan tape recorder itu. la duduk termenung sambil mencubit-cubit dagunya, tanda bahwa ia sedang memutar otak.
"Jeritan tadi kedengarannya, seperti suara manusia," katanya. "Bunyinya seperti jeritan seseorang yang jatuh di tangga, dan akhirnya lenyap karena ia tidak mampu berteriak iagi."
"Ya... persis begitulah kedengarannya," seru Heechul. "Dan itulah yang terjadi Di dalam rumah itu, lima puluh tahun yang lalu. Taecyeon, pemiliknya, jatuh dari tangga hingga mati karena lehernya patah. Mungkin ketika jatuh ia menjerit!"
"Heh, hey... tunggu dulu!" sanggah Donghae. "Kenapa kita mendengar jeritannya itu, lima puluh tahun kemudian?"
"Mungkin jeritan itu gema yang datang dari alam baka," kata Eunhyuk dengan serius.
"Hiiii... jangan bicara seperti itu," kata Donghae. "Menyeramkan sekali rasanya! Tapi mana mungkin suara jeritan lima puluh tahun yang lalu, masih terdengar sekarang?"
"Entahlah, aku juga tidak tahu," kata Eunhyuk. "Heechul, kau kan yang bertugas mengurus catatan dan penyelidikan pada biro detektif kita ini. Coba jelaskan secara terperinci kejadian itu, lalu apa yang berhasil kau selidiki mengenai sejarah Shinhwa Mansion."
Shinhwa Mansion itu, rumah tua yang dulu adalah tempat tinggal Taecyeon.
"Ya..." kata Heechul memulai penuturannya, setelah menarik napas panjang dulu sebelumnya, "kemarin malam aku dan Donghae datang ke sana, setelah mendengar kabar bahwa rumah itu sudah mulai dibongkar. Aku bermaksud menulis artikel mengenai itu, dan menyiapkannya untuk dimuat dalam terbitan pertama Surat Kabar 'Morning Korea' pada musim gugur nanti. Aku sengaja membawa tape recorder. Aku mau merekam kesan-kesanku di situ, lalu kemudian baru kusalin di atas kertas.”
"Rumah itu kelihatannya menyeramkan. Kami berdiri di dalam gelap. Tapi bulan kemudian muncul, ketika kami sudah lima menit di sana. Tiba-tiba terdengar jeritan melengking. Aku cepat-cepat memutar tombol untuk mengeraskan suara yang masuk. Maksudku mau bersiap merekam kalau jeritan itu terdengar lagi, karena aku tahu kau perlu mendengarnya."
"Bagus," kata Eunhyuk, "jalan pikiranmu sudah seperti detektif yang cekatan. Aku sudah mendengar rekaman pembicaraan orang-orang yang datang kemudian. Jadi lanjutkan dengan kejadian setelah kalian masuk ke rumah."
Heechul meneruskan ceritanya. Diterangkannya bagaimana mereka memeriksa seluruh rumah, lalu melihat sosok tubuh samar kemerahan. Mula-mula di tingkat bawah, kemudian naik tangga ke tingkat atas, di mana bayangan itu meluncur sepanjang dinding serambi atas dan akhirnya menghilang, seperti masuk ke dalam dinding.
"Dan sama sekali tidak ada bekas kaki," kata Donghae. "Heechul teringat akan hal itu, dan ia meminta agar orang-orang yang memegang senter memeriksa lantai dengan seksama."
"Bagus," kata Eunhyuk memuji. "Lalu, berapa orang yang melihat bayangan merah itu bersama kalian?"
"Enam orang," kata Donghae.
"Tujuh," bantah Heechul.
Kedua pemuda itu saling berpandangan dengan heran.
"Enam," kata Donghae. "Aku yakin! Laki-laki bertubuh atletis yang berjalan paling depan, lalu yang berkemeja biru, laki-laki yang membawa anjing kecil, laki-laki yang memakai kaca mata, lalu dua orang lagi yang tidak begitu kuperhatikan."
"Mungkin kau benar," kata Heechul, agak sangsi. "Aku menghitung jumlah mereka ketika sedang memeriksa di dalam rumah. Anehnya, dua kali kuhitung jumlahnya tujuh orang, dan satu kali enam orang."
"Aku rasa itu tidak begitu penting," kata Eunhyuk, la rupanya lupa pada peraturannya sendiri, yaitu bahwa dalam menghadapi peristiwa misterius, petunjuk yang paling sepele pun mungkin penting sekali artinya. "Sekarang ceritakan saja sejarah rumah tua itu."
"Kemudian kami pergi dari sana," kata Heechul melanjutkan penuturannya. "Orang-orang yang semula bersama kami, terpecah kedalam beberapa kelompok. Salah satu kelompok memanggil polisi. Koran-koran pagi ini penuh dengan berita mengenai itu. Tadi sebelum kemari, aku mampir sebentar ke perpustakaan. Tapi aku tidak berhasil menemukan informasi mengenai Shinhwa Mansion di sana. Karena, rumah tua itu sudah dibangun sebelum ada kota Sungkyunkwan... jadi perpustakaan juga belum ada…”
"Tapi menurut berita koran, gedung itu dibangun enam puluh atau tujuh puluh tahun yang lalu, oleh Taecyeon. Semasa hidupnya ia nakhoda kapal dagang yang berlayar ke Cina. Kata orang, ia dulu terkenal berwatak keras. Tidak begitu banyak yang diketahui tentang dirinya. Tapi rupanya ketika pada suatu kali ia berlayar lagi ke Cina, di sana ia mengalami kesulitan. Sebagai akibatnya, ia terpaksa buru-buru lari dari sana. la kembali ke sini membawa istri, seorang putri Cina…”
"Ada kabar yang mengatakan bahwa Taecyeon pindah dan tinggal di sini setelah bertengkar dengan iparnya. Iparnya itu satu-satunya kerabat yang masih ada waktu itu. Menurut kabar lain, Taecyeon takut terhadap pembalasan dendam sekelompok bangsawan Cina. Mungkin mereka itu kerabat istrinya. Karena itu ia membangun rumah di sini, untuk menyembunyikan diri. Waktu itu daerah disini masih liar, belum berkembang seperti sekarang….”
"Jadi... pokoknya ia kemudian hidup dengan gaya mewah di Shinhwa Mansion, dengan sejumlah besar pelayan orang Cina. Taecyeon itu senang memakai jubah merah. Segala perbekalan keperluan hidup diantarkan seminggu sekali dengan gerobak kuda dari Incheon. Pada suatu hari ketika gerobak itu datang lagi, kusirnya menemukan rumah tua itu dalam keadaan kosong. Yang ada di situ cuma Taecyeon. Tapi ia sudah mati. Mayatnya tergeletak di kaki tangga, dengan leher patah...”
"Polisi yang kemudian dipanggil menarik kesimpulan bahwa Taecyeon meninggal karena kecelakaan. la minum-minum lalu terjatuh sehingga lehernya patah. Sedang para pelayan semuanya pergi malam itu juga, karena takut disalahkan. Bahkan istrinya, putri Cina itu pun tidak ada lagi di sana…”
"Polisi tidak berhasil menemukan seorang pun yang bisa memberi keterangan. Semasa itu kebanyakan orang Cina yang tinggal di sini segan membuka mulut dan merasa takut menghadapi polisi. Karena itu para pelayan ada yang pulang ke Cina, dan selebihnya pergi ke Seoul untuk kemudian menghilang di kampung Cina kota itu…”
"Jadi misteri kematian Taecyeon tetap tidak berhasil diungkapkan secara tuntas. Iparnya yang di Seoul, seorang wanita yang hidup menjanda mendapat warisan seluruh hartanya. Dari uang yang ditinggalkan, janda itu kemudian membeli kebun anggur. Kebun itu letaknya di suatu lembah bernama Namchoseon Valley, dekat Seoul, la tidak mau tinggal di Shinhwa Mansion. Tapi ia juga tidak mau menjualnya. Bahkan setelah janda itu meninggal dunia, rumah tua itu dibiarkan saja tanpa perawatan. Namun akhirnya tahun ini cucu janda itu, Victoria namanya, menjual Shinhwa Mansion pada seorang kontraktor yang mau membongkar rumah tua itu. Kontraktor itu bermaksud membangun gedung-gedung modern di atas tanahnya. Jadi karena itulah rumah itu kini diambrukkan. Ya... itulah semuanya yang bisa kulaporkan."
"Laporanmu teliti sekali, Heechul," kata Eunhyuk memuji. "Sekarang kita periksa saja kabar-kabar yang ada dalam koran."
Sambil berkata begitu dibeberkannya beberapa lembar suratkabar di atas meja. Satu terbit di Incheon, satu lagi di Seoul dan yang ketiga suratkabar terbitan Sungkyunkwan. Suratkabar setempat memasang kepala berita paling besar mengenai kejadian-kejadian aneh yang dialami malam sebelumnya. Tapi kedua suratkabar kota besar itu pun menyediakan ruangan yang cukup besar untuk kejadian itu. Kepala berita yang dipasang sangat dramatis.
HANTU MENINGGALKAN RUMAH YANG DI BONGKAR MENYEBAR KENGERIAN DI SUNGKYUNKWAN DENGAN JERITAN HANTU MERAH GENTAYANGAN DI SUNGKYUNKWAN SETELAH RUMAH DIAMBRUKKAN HANTU MERAH MENCARI HUNIAN BARU KARENA RUMAHNYA DIBONGKAR
Berita-berita itu ditulis dengan nada tidak serius. Tapi semua fakta yang baru saja dipaparkan oleh Heechul tertera di situ. Tapi tidak diberitakan bahwa kepala polisi Sungkyunkwan, Chief Siwon serta dua anak buahnya melihat sendiri sosok tubuh merah di pemakaman. Rupanya hal itu tidak diceritakan oleh Siwon pada wartawan, karena khawatir ia akan menjadi bulan-bulanan ejekan orang banyak.
"Di sini tertulis bahwa hantu itu dilihat di luar sebuah gudang besar," kata Eunhyuk sambil menuding surat kabar setempat, "lalu setelah itu di teras rumah seorang wanita, dan akhirnya di samping beberapa mobil yang diparkir di luar sebuah restoran di mana pengemudi mobil sering mampir. Kelihatannya seolah-olah hantu itu sedang mencari-cari tempat kediaman baru, karena rumahnya dibongkar."
"Ya" kata Donghae dengan nada mengejek, "mungkin saja ia membonceng mobil, pergi dari Sungkyunkwan."
"Mungkin saja," kata Eunhyuk. Ia menanggapi keisengan Donghae dengan serius, "walau hantu seharusnya tidak memerlukan sarana angkutan konvensional."
"Aduh, ampun," keluh Donghae. Ia merobohkan kepalanya ke atas lengan yang terjulur di meja, pura-pura pingsan. "Mati aku mendengar kalimatmu yang panjang-panjang itu, Eunhyuk! Apa itu, konvensional?"
"Artinya lazim atau biasa," jawab Eunhyuk. "Kejadian ini rasanya misterius sekali. Selama belum ada fakta baru yang muncul...."
la tidak menyelesaikan kalimatnya, karena terganggu oleh suara adiknya, Yoona. Dialah yang sebetulnya mengelola perusahaan keluarga itu. Menurut istilah sekarang, Yoona itu boss-nya "Huang Zhou Workshop".
"Heechul Oppa!" seru Yoona. "Ayo keluar dari balik tumpukan besi tua itu. Kemarilah, adikmu mencarimu. Kau juga, Donghae Oppa!"
Bersambung…
Chapter 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar