Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Selasa, 20 Desember 2011

Cupid (Prolog)



Malam memang selalu gelap. Namun, malam ini lebih gelap dari malam-malam lainnya. Bulan hanya serupa garis lengkungan tipis yang redup. Hampir mati cahaya. Angin diam menunggu. Langit menahan napas. Tapi, ini adalah waktu yang tepat. Alam telah menunjukkan tanda-tandanya. Kunyalakan lilin putih. Perlambang pasangan idealku. Nyalanya terang. Angin kecil membuat nyalanya bergoyang-goyang bicara. Kuacungkan benda itu sampai panasnya terasa menerangi wajahku. Aku merasa mantap.

“Cupid, aku menginginkan pria yang bisa membuatku melupakan kekuranganku. Yang peka menjaga perasaanku. Yang bisa kuajak berbicara apa saja. Yang tidak pernah membagi hatinya untuk orang lain.”

Kuletakkan lilin berbatang putih tadi pada wadah kerucut perak yang lekuk ukirannya telah berwarna hitam. Kunyalakan sebatang lilin berwarna merah. Warna perlambangku. Warna yang selalu mampu merambati setiap ujung sarafku dengan api secara hampir serentak. Ketika kugenggam batangnya, panas tetesan lilin melelehi jari-jariku, mempertajam tekad. Aku akan terus melanjutkannya. Kugenggam batangnya menjauhi dadaku.

“Cupid, berikanlah untukku cinta sejati. Cinta yang tidak pernah berpaling. Cinta yang selalu penuh kegairahan. Cinta yang selalu ingin memberi dan cinta yang selalu banyak diberi. Cinta yang membuatku menyesal bahwa hidup harus selalu ditutup dengan kematian. Cinta yang….”

Aku kehabisan napas. Apa lagi, ya? Aku terdiam. Sebenarnya, apa yang kuinginkan? Arti cinta sejati pun aku tak tahu.

“Cupid, aku menginginkan cinta. Pasangkanlah dan satukanlah aku dengan pasangan sejatiku.”

Kuletakkan lilin merah pada tempat perak lainnya. Kedua lilin berbeda warna itu kini berada pada dua sisi berlawanan di sebuah meja kayu cokelat tua. Kugoreskan kapur pada permukaannya yang kasar. Jejak yang dihasilkan terputus-putus oleh parutan arah serat kayu yang melintang. Namun, tetap bisa membentuk gambar hati kecil yang jelas dan simetris pada bagian tengah.

Kupejamkan mata, setengah memaksa anganku untuk mengembara. Mencoba, merasai, dan meraba adalah hal yang mungkin dapat dikatakan sebagai cinta yang bahagia. Cukup sulit membayangkannya. Namun, setidaknya jiwaku berhasil dibawa melayang sejenak untuk kembali jatuh mengayun perlahan dalam balutan rasa damai. Itu cukup. Kutiup nyala lilin. Besok aku akan bermeditasi lagi, merapal mantra, dan menutup ritual dengan mendekatkan kedua lilin itu satu inci setiap harinya. Sehingga, pada malam purnama, kedua benda itu akan bersentuhan di tengah hati. Demikian juga aku dan pasanganku.

Hari yang kutunggu akan tiba. Hanya 15 hari lagi.

Bersambung…

1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...