Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Senin, 16 Mei 2011

Romance Zero (Chapter 6)



CIUTAT COMTAL, pintu gerbang ke Hutan Barceloneta, hutan tropis terbesar di dunia. Nama Ciutat Comtal berasal dari suku Indian Ciutat Comtal.

Di kota ini terdapat berbagai tempat yang eksotis untuk dikunjungi, seperti Mengunjungi Sagrada Familia, yang merupakan sebuah gereja Katolik Roma raksasa yang masih dalam proses pembangunan, disini kita bisa mengawali wisata pagi menikmati pemandangan alam yang ada. Atau ke La Pedrera yang merupakan sebuah bangunan unik yang dirancang oleh arsitek Catalan Antoni Gaudi, berada di 92, Passeig de Gracia, dibangun pada tahun 1905-1910. Atau Berkeliling di sekitar Parc Guell. Disini kita bisa menikmati pemandangan alam taman imajinasi dengan beberapa sisi bangunan yang dihiasi kepingan-kepingan keramik, dimana dari atas, Kita bisa melihat pemandangan kota yang indah. Bisa juga ke Arc De Triumf yang merupakan gerbang utama saat world fair di Barcelona yang di bangun dengan mudejar style. Adalah Josep Vilaseca sebagai desainer dan Josep Llimona yang mendesain 12 patung wanita pada Arc De Triumf sebagai symbol kemasyuran. Arc De Triumf ini terletak di dekat Parc de la Ciutadella. Di area ini terdapat banyak museum dan juga kebun binatang.

Setelah menjelajahi kota hampir setengah harian, Kim Bum merasa lapar. Dia membawa istrinya ke pasar untuk mencicipi santapan lokal.

Di Allium del Call Can Majo Almirall Aixada, Kim Bum mencicipi ikan Caracoles goreng dan minum secawan kecil Paela Churros yang mengandung alkohol hasil fermentasi manioc yang sangat populer di sana. Sedangkan Kim So Eun hanya menyantap biskuit dari kacang Barcelona dan semangkuk Battlo, sup yang dibuat dari tapioca dan Casa Milla. Dengan bumbu campuran merica, bawang putih, garam, udang kering, dan Jeruk, sup itu terlihat lezat.

Kim So Eun baru menyesal setelah lidahnya tak bisa merasa seperti habis disuntik obat anestesi untuk cabut gigi. Kata pemandunya itu efek Jeruk. Tentu saja jeruknya bukan jeruk sunkist atau jeruk mandarin.

Supnya pun harus direbus paling sedikit satu jam. Kalau tidak, racun yang terkandung dalam Casa Milla sangat berbahaya.

Kim Bum tertawa geli melihat paras istrinya memucat.

"Makanya jangan main-main dengan makanan lokal!" guraunya tanpa rasa takut sedikit pun.

"Kau tidak takut akan berbulan madu dengan hantu?" dumal Kim So Eun gemas. Istri hampir keracunan dia malah tertawa!

Karena masih merasa tidak nyaman di lidahnya, Kim So Eun langsung menolak ketika pemandunya membawakan Gaudi, yang katanya minuman berenergi yang mengandung antioksidan. Dia minta segelas air putih saja. Aman.

"Bagaimana kalau kita cicipi water Rose? Katanya bagus untuk pasangan yang sedang honeymoon seperti kita."

"Jangan macam-macam, Kim Bum!" ancam Kim So Eun sambil membelalakkan matanya. Sekarang baru lidahnya yang tidak terasa. Kalau sekujur tubuhnya? Tinggal, diangkut ke UGD, kan?

Tapi sambil tersenyum penuh canda, Kim Bum menghampiri pemandu mereka. Berbisik di telinganya. Dan lelaki muda itu langsung menjentikkan jarinya.

"Cubivell!" cetusnya bersemangat. "Tentu saja! Makanan yang diyakini mengandung afrodisiak *)!"

*) Ramuan tradisional yang diklaim bisa merangsang libido umumnya mengandung bahan atau tumbuhan yang disebut afrodisiak. Berdasarkan penelitian, tumbuhan afrodisiak mengandung senyawa turunan saponin, alkaloid, tanin, dan senyawa lain yang secara fisiologis dapat melancarkan peredaran darah pada sistem saraf pusat atau sirkulasi darah tepi. Efeknya meningkatkan sirkulasi darah pada alat kelamin pria. Menurut Prof. DR. Ir. Ali Khomsan, saat ditemui di stasiun radio di bilangan Kota, penelitian yang dilakukan baru pada tahap kandungan afrodisiak, belum sampai efektivitas afrodisiak terhadap pengobatan disfungsi ereksi. Tapi afrodisiak relatif lebih aman dibandingkan obat kimia. Sebab sifatnya memupuk dan menyirami, tidak memaksa seperti obat-obatan Kimia. Contohnya seperti Tiram, Kucai , Ginseng,Jahe, Adas, Ketumbar, Bawang putih, Biji Selasih, Seledri, Ginko biloba, Pisang.

* * *

Dari Ciutat Comtal dengan sebuah perahu kayu, Kim Bum membawa Kim So Eun mengarungi Delstres Dragons, anak Sungai Barceloneta yang airnya berwarna hitam kelam. Sebenarnya kalau boleh memilih, Kim So Eun lebih suka ikut Picasso, perahu tradisional yang bertingkat dua. Perahu itu cukup besar dan dijejali penumpang.

Kim So Eun merasa lebih aman ikut Picasso. Tetapi Kim Bum tidak mau. Bulan madu kan tidak seru kalau membawa orang sekampung? Memangnya mau mudik?

Jadi dia memilih sebuah perahu kayu kecil. Bangkunya dari papan. Motornya ditempel di buritan. Kim Bum sama sekali tidak merasa gentar meskipun mereka cuma bertiga. Dan di kiri-kanan, semak belukar yang rimbun seperti tidak ada habis-habisnya mengiringi perjalanan mereka.

Untung tidak ada anaconda yang menyambut kedatangan mereka. Sepanjang perjalanan hanya seekor Councill, monyet berwajah merah, yang bersedia menjadi gambar sampul album foto Kim Bum.

Sementara seekor monyet Keywoo yang tengah asyik bergelantungan di pohon dengan ekornya, langsung kabur begitu melihat paparazzi.

Selebihnya yang mereka temui hanyalah seekor burung Brownru, burung kecil berkepala cokelat yang tidak istimewa penampilannya. Padahal Barceloneta adalah surga burung-burung cantik seperti cantou yang berparuh besar dan ninde aramca yang kombinasi kuning dan birunya sangat memikat.

Tapi hari itu yang mereka temui hanya kesunyian, air, dan hutan. Terang saja Kim So Eun mulai merasa bosan. Rasanya bukan hanya uangnya yang terbuang percuma—sebenarnya uang Kim Bum-lengannya juga dikorbankan sia-sia untuk disakiti jarum suntik.

Kalau cuma hutan yang mau dilihat, buat apa jauh-jauh kemari? Tonton saja di Discovery Channel.

Untung Kim Bum cepat tanggap. Begitu alarm berbunyi, dia langsung banting setir. Dia minta dibawa ke suara tempat yang unik Tempat pertemuan antara dua anak Sungai Barceloneta, Delstres Dragons yang hitam pekat dan Delstres Castell yang berwarna cokelat. Tempat pertemuan itu berjarak kira-kira sepuluh kilometer dari Ciutat Comtal. Karena perbedaan PH, temperatur dan kecepatan, sepanjang sepuluh kilometer, kedua sungai itu berjalan beriringan tanpa bercampur.

"Seperti kita," bisik Kim Bum mesra. Walaupun sebenarnya dia tidak perlu berbisik. Mereka hanya bertiga di tengah kemegahan Sungai Barceloneta yang membentang luas seperti laut. Dan pemandu mereka tidak mengerti bahasa Korea. "Kita berbeda segalanya. Tapi cinta menyatukan kita. Dan selama Sungai Barceloneta masih mengalir, cinta kita takkan pernah kering."

Lalu Kim Bum melakukan sesuatu yang tidak terduga. Dia menceburkan dirinya ke air sambil berteriak,

"Kim So Eun, do you love me?"

Selagi Kim So Eun masih tertegun bingung, pemandunya menoleh sambil tersenyum.

"Cepat jawab, Nona. Sebelum dia dimangsa piranha!"

* * *

Honeymoon suite mereka terletak di sebuah lodge di tengah Hutan Barceloneta, kira-kira enam kilometer dari Ciutat Comtal, ditempuh melalui sungai dengan sebuah perahu kayu bermotor tempel. Jauh dari kesan indah. Apalagi romantis!

Kabin sempit yang remang-remang, itu pun kalau listrik tidak sedang dipadamkan untuk penghematan generator, AC zaman Dinasti Ming yang getarannya mirip gempa delapan SR, kamar mandi berlantai semen dengan kepala pancuran sebesar mangkuk bakso, pendeknya jauh dari kategori hotel bintang lima setengah.

Itu pun kalau tidak ada kunjungan muhibah boa hijau, ular kobra yang sering mengintai di sela-sela dedaunan pohon yang menaungi kabin mereka.

Jangan lupakan juga pacanara, nyamuk lokal yang sering berdendang di telinga kalau minta izin ikut masuk ke kabin. Kim So Eun harus buru-buru menutup pintu kalau menyelinap masuk, supaya terhindar menggaruk badan sepanjang malam. Soalnya obat anti nyamuk yang dibawanya dari Korea tidak mempan. Bukannya pergi, nyamuknya malah mampir seperti mencium aroma terapi.

Dan celakanya, ke tempat seperti inilah Kim Bum membawa Kim So Eun berbulan madu!

Kalau dibandingkan kamar ini, rasanya kamar dirumahku lebih nyaman, pikir Kim So Eun gemas ketika dia sedang mengguyur badannya di bawah pancuran. Paling tidak, di sana tidak usah takut ada ular yang tiba-tiba bertamu atau kalajengking yang merayap naik ke tempat tidur!

Hiii, Kim So Eun memejamkan matanya sambil menggigil. Dan dia tidak mendengar Kim Bum menyibakkan tirai, satu-satunya pemisah kamar mandi itu dari dunia luar. Tahu-tahu Kim Bum sudah tegak di belakang tubuhnya. Dan menarikan dua jarinya di punggung Kim So Eun sampai dia memekik saking kagetnya. Dikiranya ada makhluk-makhluk kecil menjijikan, yang kirim salam.

Secepat kilat Kim Bum memeluknya dari belakang. Memutar tubuhnya yang basah berair. Dan memagut bibirnya untuk menghentikan pekikannya.

Sesaat Kim So Eun gelagapan mengatur napasnya. Air menyerbu hidungnya. Memedihkan matanya. Sebelum sekujur tubuhnya terasa panas membara. Guyuran air di kepalanya tak terasa dingin lagi. Berganti dengan gejolak gairah yang menggelegak.

Tak sadar kedua lengannya naik merangkul leher suaminya. Kim Bum mendekapnya lebih erat lagi. Dan kedua tubuh mereka melekat rapat seperti Delstres Dragons yang mengalir berdempetan dengan Delstres Castell.

Begitu lamanya mereka bermesraan di bawah pancuran, sampai saking capeknya jadi saksi bisu, kepala pancuran yang sebesar mangkuk bakso itu jatuh tersungkur menimpa kepala Kim Bum. Untung dia tidak pingsan.

* * *

Sesudah itu, berbulan madu di hutan tidak menakutkan Kim So Eun lagi. Dia mulai bisa menikmati suasana unik yang melingkupi mereka. Dia bahkan mulai menyukainya.

Dalam cottage-nya yang terpencil di tengah hutan, dia bisa menjerit sepuasnya jika mereguk kenikmatan yang dipersembahkan suaminya. Tanpa khawatir ada Park Jung Min yang sedang memasang telinga di balik dinding kamarnya. Paling-paling kelepak sayap burung yang kaget mendengar jeritannya yang terdengar di luar jendela. Atau ular yang meliuk kabur mengira dinosaurus hidup kembali.

Sesudah bermesraan setengah harian, mereka bisa makan sepuasnya di tengah hutan. Di restoran mirip pendopo yang memelihara lalat sebesar-besar tawon.

Di sana mereka bisa mencicipi daging ikan piranha yang tertangkap basah sebelum mereka mencicipi daging manusia. Atau jika Kim So Eun jijik melihat mata ikan yang melotot di atas piring itu, dia bisa mengadu kuat giginya dengan daging ayam.

Setelah makan mereka bisa menyusuri hutan untuk kembali ke kabin dan siap masuk ring kembali. Atau menyewa perahu menelusuri Delstres Dragons. Atau berjalan kaki lebih jauh lagi menerobos belukar menuju permukiman suku Indian SantNou.

Suku SantNou, keturunan Indian dan Porangtuagis, masih mempertahankan tradisi nenek moyang mereka. Pengetahuan mereka tentang hutan dan pohon-pohon yang berkhasiat untuk makanan maupun pengobatan sangat mengagumkan.

Buah Cyan yang berwarna Jingga misalnya, digunakan untuk campuran pembuatan es krim, permen, atau minuman. Rasanya boleh diadu dengan lidah.

Sementara minyak pohon copaiba sudah sejak lama dipakai sebagai pembersih luka. Juga digunakan untuk pengobatan infeksi tenggorokan, bronkitis, diare, sampai infeksi saluran kencing. Barangkali khasiatnya semacam antibiotika.

Tetapi ruanaga, tanaman asli Barceloneta, merupakan pohon yang paling menarik perhatian Kim So Eun. Buahnya berwarna merah Jingga, bijinya mirip mata manusia.

Kata orang SantNou yang mengantar mereka ke hutan, menurut legenda, biji itu adalah mata seorang anak laki-laki berumur lima tahun yang dibunuh oleh pamannya. Ibunya mencungkil matanya dan menanamnya sambil memohon kepada Dewa Tupa untuk mengembalikan hidup anaknya sebagai tanaman.

Sudah lama ruanaga dipercaya sebagai obat multiguna. Penurun panas. Penghilang nyeri saraf. Bahkan bisa menyembuhkan diare. Tentu saja itu kata pemandu wisata mereka. Bohong atau tidak, cuma dia yang tahu. Karena makin menarik ceritanya, biasanya makin besar tipnya.

Mereka juga diajak ke witch market, pasar yang menjual obat-obatan yang dibuat oleh dukun.

“Yang mana yang bisa membuat istriku awet muda terus?" tanya Kim Bum separuh berkelakar. "Soalnya dia judes. Takut cepat tua."
Tentu saja orang SantNou tahu obat untuk awet muda. Sejak dulu sampai sekarang, manusia memang tidak pernah berhenti mencari obat awet muda. Soal manjur atau tidaknya, itu urusan belakangan.

* * *

Begitu banyak pilihan yang ditawarkan oleh pemandu mereka. Tetapi pilihan mana pun yang mereka ambil, semuanya demikian berkesan. Demikian menantang bahaya. Dari nyamuk anofeles sampai ular anaconda, semuanya readystock di sana. Untung jaguarnya belum diinden.

Bersembunyi dalam kesunyian sungai yang mengalir misterius. Hidup dalam naungan ketenangan hutan lebat dengan pohon-pohon ratusan tahun yang menjulang tinggi tegap.

Sementara satwa lain seperti tidak acuh pada makhluk perusak nomor wahid yang bernama manusia. Dari ikan piranha yang tidak peduli pada umpan di ujung kail sampai semut yang beriringan membawa makanan di dekat kaki Kim So Eun.

Semuanya begitu magis. Begitu mempesona. Seperti cinta yang dihembuskan Kim Bum bersama semilirnya angin sepoi-sepoi basa.

Mereka seperti tidak kenal lelah menyusuri lebatnya hutan dan beceknya tanah. Jika Kim So Eun tampak kesulitan melangkah, Kim Bum dengan sigap menggendongnya melewati bebatuan licin dan belitan akar sebesar-besar ular.

Bahkan Delstres Dragons yang sarat misteri terutama jika dijelajahi pada waktu malam, tidak menghalangi niat Kim So Eun untuk mengukur keberaniannva.

Gemericik air sungai ketika dibelah perahu mereka, kerlip bintang yang tersenyum malu-malu, tersembul di balik kerimbunan dedaunan justru menjadi pemanis bulan madu mereka. Rasanya Kim So Eun tidak mungkin dapat melupakan nuansa yang dialaminya di sini. Sampai kapan pun.

Apalagi dia berada di sana bersama Kim Bum. Suaminya yang tak pernah sepi dari kejutan.

Ketika mereka sedang menyusuri Delstres Dragons pada jam sebelas malam, hanya dengan sebuah perahu kayu kecil bermotor tempel, sengaja dia menceburkan dirinya sampai Kim So Eun memekik ngeri. Mengira Kim Bum yang sedang tegak di haluan sambil berbincang dengan pemandu mereka tergelincir dan tercebur ke air. Padahal di bawah sana sudah menanti seekor alligator... matanya berkilauan memantulkan cahaya senter....

Tahu-tahu Kim Bum muncul kembali sambil memegang alligator berukuran tiga puluh sentimeter!

"Cepat naik, Kim Bum!" teriak Kim So Eun panik. Mengira dia akan segera menjadi janda.

"Jangan khawatir," pemandunya tersenyum tenang. Tidak memahami kengerian seorang wanita yang suaminya sebentar lagi akan jadi sushi di perut buaya. "Alligator-nya baru berumur tiga tahun."

"Dan peliharaan dia," Kim Bum tertawa geli. "Makanya gampang ditangkap!"

Persetan! Balita ataupun ABG, buaya tetap buaya! Mereka bukan anak anjing yang bisa dibelai-belai diberi tulang plastik! Lagi pula siapa bilang alligator mungil itu sudah yatim-piatu? Di bawah air sana, mungkin induknya sedang menunggu dia pulang sekolah!

"Cepat naik, Kim Bum!" ulang Kim So Eun gemas. "Jangan cari penyakit!"

Pemandu mereka lebih dulu menolong alligator peliharaannya. Bukan manusia yang membayarnya. Kim Bum harus merangkak naik sendiri. Lengannya luka tergores bibir perahu. Dan perahu kayu itu bergoyang-goyang seperti hendak terbalik.

Kim So Eun sudah menunggu suaminya dengan gemas. Siap menggebuk bahunya sekuat-kuatnya kalau dia berani mendekat.

Untung jantungnya masih standar. Belum bocor. Belum karatan. Kalau tidak, dia pasti sudah permisi pulang duluan!

Tapi Kim So Eun belum sempat memukul ketika mulutnya sudah berdesah kaget kembali. Pemandu itu mengoyak perut alligator-nya yang masih balita itu dan mengambil sebuah cincin yang diserahkannya kepada Kim Bum. Tanpa ragu-ragu, Kim Bum berlutut di depan Kim So Eun.

"Boleh memasukkannya ke jarimu, Sayang?" tanyanya lembut. "Walaupun keluar dari perut ini cincin tulen, bukan cacing gelang!"

“Tidak!" teriak Kim So Eun ngeri sambil memejamkan matanya. Tidak sudi mempunyai suami yang eksentrik dan sadis!

Buaya memang satwa ganas. Kalau ada kesempatan, dia tidak segan-segan menjadikan manusia santapannya. Tetapi buaya membumi untuk mengisi perutnya yang lapar. Bukan membuka perutnya untuk mengeluarkan sebentuk cincin kawin!

Kim So Eun membuka matanya kembali ketika mendengar tawa mereka. Tawa yang cerah. Sama sekali tak ada rasa berdosa.

Manusia apa yang menjadi suaminya ini? Tega membelah perut anak buaya hanya untuk membuat kejutan memberikan sebentuk cincin kawin?

Dengan geram Kim So Eun merebut cincin itu dari tangan Kim Bum. Dan siap melemparkannya dengan jijik ke sungai.

"Jangan!" seru Kim Bum menahan tawa. "Kau tega membuat suamimu yang sudah basah kuyup begini dikulum buaya atau dicium piranha ketika mencari cincin di dasar sungai? Lihat, lenganku berdarah! ini obat perangsang untuk mereka!”

"Tidak lucu!" bentak Kim So Eun sengit. "Kau sadis! Aku tidak sudi memakai cincin ini!"

Kim So Eun sudah hendak melemparkan cincin itu ke sungai ketika si pemandu menghampirinya sambil tertawa. Di tangannya dia memegang anak alligator yang hidup. Tiba-tiba saja Kim So Eun mengerti, dia telah dipermainkan lagi!

Kim Bum mengambil bangkai alligator karet dari lantai perahu. Perutnya terbuka lebar. Sama lebarnya dengan senyum Kim Bum.

"Kurang ajar!" Kim So Eun memukul dada suaminya dengan gemas.

Sambil tertawa Kim Bum menangkap tangan istrinya dan memeluknya dengan hangat. Lalu dia memasukkan cincin itu ke jari manis istrinya. Bukan cincin bermata berlian. Hanya cincin belah rotan dari emas delapan belas karat. Tapi itulah materai cinta mereka. Nilainya tidak dapat dibandingkan dengan apa pun.

"Sepuluh tahun lagi kita akan kembali kemari," bisik Kim Bum mesra. "Merayakan ulang tahun pernikahan kita bersama alligator dan piranha. Karena istriku tidak punya teman yang berbentuk manusia."

Selanjutaya hanya kegelapan dan keheningan yang menyelimuti perjalanan perahu mereka menyusuri Delstres Dragons.

Kim Bum memang penuh kejutan. Tapi di balik kejutannya, dia menyimpan cinta yang sepanjang Sungai Barceloneta. Sungai sepanjang 6.515 kilometer, yang mengalir dari Laut Tengah, melintasi hutan Barcelona, dan bermuara di Samudra Atlantik. Memang bukan sungai terpanjang di dunia. Tapi tak pelak lagi merupakan sungai terbesar. Dan dengan sungai yang luar biasa besar itu Kim Bum membandingkan cintanya!

Cinta yang membuat dia rela meninggalkan segala-galanya. Orangtua. Kemewahan. Masa depan.

Selama dua minggu, ketika masih menikmati keindahan swargaloka, cinta itu terasa begitu kokoh. Rasanya tak ada guncangan sebesar apa pun yang mampu meruntuhkannya. Sampai tiba saatnya mereka harus kembali menjejakkan kaki di mayapada.

Dan masalah sudah menanti.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...