Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Sabtu, 21 Mei 2011

Romance Zero (Chapter 17)



KIM SO EUN tidak ingin berpisah dari suaminya. Tapi dia tidak bisa berpisah dari anaknya. Dia mencintai Kim Bum. Tapi dia rela menukar jiwanya untuk Wang Suk Hyun.

Karena itu dia tidak menunggu Kim Bum datang untuk mengambil anaknya. Dia membawa bayinya kabur ke Paris. Kim So Eun khawatir, orang-orang upahan ayah Kim Bum mampu menemukannya kalau dia masih di Korea.

Untungnya Kim Bum memberikan waktu tiga bulan. Kim So Eun punya banyak waktu untuk mempersiapkan pelariannya.

Tetapi hidup sebagai pendatang gelap di Perancis tidak mudah. Lebih-lebih kalau dia punya seorang bayi. Dan tidak kenal seorang pun di sana.

Dalam kumparan kemelut tak berujung, Lee Min Ho seperti dikirim Tuhan dari langit. Tiba-tiba saja dia muncul. Sabar. Simpatik. Ramah. Penuh perhatian. Suka menolong. Sayang pada Wang Suk Hyun. Dan jatuh cinta padanya.

Terus terang Kim So Eun tidak tertarik pada Lee Min Ho. Ketika bertemu, lelaki itu sudah berumur tiga puluh tujuh tahun. Dia lumayan tampan dan beribawa. Dia pilihan terbaik Kim So Eun kalau dia membutuhkan pelindung untuk dirinya dan bayinya.

Lee Min Ho punya rumah sendiri. Sebuah rumah sederhana berkamar tiga. Memang bukan rumah baru, tapi masih cukup nyaman dan terletak di area Aire Urbaine yang tenang. Sebagai lulusan IT, pekerjaannya sebagai network administrator menjanjikan gaji yang cukup untuk membiayai sebuah keluarga.

Tetapi yang paling penting, dia rela menampung Kim So Eun dan anaknya di rumahnya. Kim So Eun tidak usah pusing memikirkan mencari uang lagi. Karena semua kebutuhannya dan kebutuhan anaknya sudah dipenuhi Lee Min Ho.

Meskipun tidak dapat resmi menikah, mereka hidup seperti layaknya suami-istri. Dan Lee Min Ho sudah menganggap Wang Suk Hyun seperti anaknya sendiri.

Hampir empat tahun Kim So Eun tinggal bersama Lee Min Ho. Mengubur cita-citanya. Impian kariernya. Rencana masa depannya. Bahkan cintanya pada Kim Bum.

Di Paris dia bukan siapa-siapa. Cuma seorang wanita dengan identitas palsu yang tidak punya status.

Tapi Kim So Eun tidak pernah menyesali keputusan-nya. Tidak ada yang dapat dibandingkan dengan empat tahun hidup bersama anaknya. Melihatnya setiap hari merupakan berkah yang tak ternilai harganya.

Satu-satunya penyesalannya hanyalah karena dia belum mampu membalas cinta Lee Min Ho. Kadang-kadang Kim So Eun malah merasa berdosa karena telah memperalat orang sebaik dia. Tapi memperalatkah namanya kalau apa yang dilakukannya ini bisa membahagiakan Lee Min Ho?

"Kau dan Wang Suk Hyun telah mengembalikan hidupku," katanya tulus.

Kim So Eun mengira tak ada lagi gejolak dalam hidupnya. Dia sudah memutuskan untuk tinggal di sini seterusnya bersama Lee Min Ho dan Wang Suk Hyun. Tetapi suatu hari, tiba-tiba Lee Min Ho mengajukan usul yang sangat aneh.

"Aku ingin kembali ke Korea, Angel," cetusnya lirih.

Beberapa hari ini tingkahnya memang agak aneh. Walaupun dia berusaha menutupinya, Kim So Eun masih dapat merasakannya. Lee Min Ho menyembunyikan sesuatu. Entah apa.

"Berlibur?" tanya Kim So Eun heran. "Sendirian?"

“Tentu saja bersamamu dan Wang Suk Hyun." Lee Min Ho merasa hatinya teriris makin pedih. Sejak bertemu kalian, kapan aku ingin berpisah lagi? Tapi aku harus pergi. Aku harus meninggalkan kalian....

"Kau tahu itu tidak mungkin."

"Aku tidak ingin berpisah," gumam Lee Min Ho lirih. Hampir tidak dapat menahan butir-butir air mata yang hampir bergulir dari matanya. Tapi aku harus mempersiapkan masa depanmu dan Wang Suk Hyun....

"Lalu bagaimana kami bisa kembali kemari?"

"Kita pulang ke Korea. Resmi menikah. Lalu kembali kemari bersama-sama."

Kalau aku masih punya waktu. Tetapi kalau tidak sempat lagi, paling tidak kau bisa kembali ke sini bersama Wang Suk Hyun. Hidup di sini bukan sebagai orang gelap. Akan kuwariskan semua milikku padamu. Rumah. Mobil. Simpanan di bank.

Bukan itu saja. Masih ada lagi yang ingin kuwariskan padamu.

Ketika meninggal dua tahun yang lalu, Ayah meninggalkan rumah dan perusahaan untukku dan kakakku Bae Soo Bin.

Aku akan menuntut bagianku. Dan mewariskannya padamu. Aku yakin semua itu cukup untuk membiayai hidup kalian berdua sepeninggalku nanti.

Tetapi ternyata tidak mudah memaksa Angel pulang ke Seoul.

"Kita tidak bisa menikah kalau kau tidak mau pulang," keluh Lee Min Ho putus asa.

"Kenapa harus menikah? Bukankah selama ini kita sudah bahagia walaupun tidak punya surat nikah?"

Tapi aku ingin mewariskan namaku pada Wang Suk Hyun! Ingin mewariskan hartaku untukmu! Dan semua itu tidak mungkin kalau kita belum menikah!

Tetapi semakin didesak, Kim So Eun semakin uring-uringan. Belakangan dia malah marah.

"Lebih baik kita berpisah," gumam Kim So Eun dingin. Tinggalkan saja aku dan Wang Suk Hyun di sini." Mungkin kau sudah bosan pada kami. Mungkin kau sudah bertemu perempuan lain. Perempuan yang lebih cantik. Wanita Perancis yang lebih seksi……

"Aku tidak ingin meninggalkanmu!" desis Lee Min Ho hampir memekik. Selama aku masih mampu! Aku ingin selalu bersamamu sampai suatu saat aku tidak mungkin lagi membawamu!

"Aku mengerti," suara Kim So Eun melembut. Dia tahu betapa sayangnya Lee Min Ho pada dirinya dan Wang Suk Hyun. Tapi Lee Min Ho juga harus tahu, dia tidak mungkin ke Seoul! Dia takut! Tapi... bagai- mana memberitahu Lee Min Ho? Bagaimana memberitahu lelaki yang baik itu, dia masih punya suami? Dan Kim Bum mungkin saja menemukannya kalau dia pulang! "Tapi aku tidak mau pulang ke Seoul. Terlalu banyak kenangan buruk. Aku tidak mau mengingat-ingatnya lagi."

* * *

Karena tidak mungkin membawa Angel, terpaksa Lee Min Ho memutuskan untuk pulang seorang diri. Barangkali tidak mungkin menikahinya, tapi paling tidak, dia bisa menuntut haknya dan mewariskannya pada Angel dan Wang Suk Hyun.

Ketika ayahnya meninggal dua tahun yang lalu, Lee Min Ho memang tidak pulang. Dia tidak tega meninggalkan Angel dan bayinya. Mereka sudah menjadi penduduk gelap. Setiap saat bisa tertangkap dan dikirim pulang ke Korea.

Tetapi sekarang keadaannya berbeda. Waktunya tinggal sedikit sekali. Lee Min Ho tidak ingin menyia-nyiakan sisa waktunya. Dia harus menuntut warisannya. Karena itu dia harus pulang.

"Tunggu sampai aku kembali," pintanya sesaat sebelum pergi. Atau dia harus berkata, mudah-mudahan aku masih sempat kembali?

Ketika merasakan pelukan erat Lee Min Ho, ketika melihat matanya berkaca-kaca tatkala menggendong Wang Suk Hyun, Kim So Eun tidak dapat menahan lagi pertanyaan yang sudah beberapa hari menggantung di lidahnya.

“Mengapa kau harus pulang? Mengapa harus meninggalkan kami?"

"Aku ingin mengunjungi makam Ayah."

"Mengapa baru sekarang? Ayahmu sudah dua tahun meninggal."

Karena sekarang aku membutuhkan warisannya.

Tetapi Lee Min Ho tidak mampu membuka mulutnya. Dia hanya mampu memeluk Kim So Eun erat-erat sambil membendung air matanya.

"Aku mencintaimu," bisik Lee Min Ho lirih.

Kim So Eun hanya mampu membalas dekapannya dengan hangat.

"Lekas kembali," pintanya lembut. "Kami merindukanmu."

Yang paling sulit adalah meninggalkan Wang Suk Hyun. Karena dia tidak bisa mengerti mengapa Ayahnya harus pergi dan dia tidak diajak.

Selama ini mereka belum pernah berpisah. Lee Min Ho selalu membawanya kecuali kalau dia pergi kerja. Nah sekarang, mengapa dia tidak boleh ikut?

Wang Suk Hyun menangis terus. Kata-kata ayahnya dan bujukan ibunya tidak mampu meredakan tangisnya. Dia tetap mau ikut. Kalau tidak boleh ikut, Lee Min Ho pun tidak boleh pergi!

Lee Min Ho benar-benar trenyuh. Tidak sampai hati melihat istrinya membentak dan memarahi anaknya setelah sia-sia membujuknya.

Kim So Eun memang sudah kewalahan. Wang Suk Hyun menolak digendong. Tidak mau melepaskan pelukannya. Lengannya menggantung seperti gurita di leher ayahnya. Dan dia bukan cuma menangis. Ketika ibunya memaksa meraihnya, dia memekik. Menjerit-jerit. Mengamuk. Belum pernah Wang Suk Hyun protes sekeras ini.

Belum pernah dia merajuk segawat ini. Belum pernah dia membangkang bahkan melawan perintah ibunya. Biasanya dia anak yang manis. Patuh. Penurut.

Tapi kali ini dia seperti kerasukan setan. Tidak ada kata-kata Ibu yang masuk ke telinganya. Tertutup oleh teriakan dan tangisnya.

Lee Min Ho tidak sampai hati melihat Wang Suk Hyun dicubit ibunya. Dipeluknya anaknya. Dilindunginya dengan tubuhnya.

"Sudah," pintanya pada Kim So Eun. "Beri dia waktu."

"Berapa lama?" desah Kim So Eun antara letih dan sedih. "Kau sudah harus boarding."

"Tidak apa-apa terlambat. Tidak akan ditinggal. Biar aku bicara dulu dengan Wang Suk Hyun."

Tapi apa lagi yang mau dikatakan? Wang Suk Hyun tidak peduli ayah-ibunya bicara apa. Pokoknya dia tidak mau ditinggal! Dia protes keras karena Ayahnya tidak mengajaknya.

"Ayah pergi tidak lama," bujuk Lee Min Ho sambil mengusap air mata anaknya dengan jarinya. Ketika melihat air mata yang membasahi pipi Wang Suk Hyun yang montok, hati Lee Min Ho makin teriris.

Rasanya aku tidak sanggup meninggalkannya, tangis Lee Min Ho dalam hati. Ya Tuhan, kalau aku boleh memohon, beri aku waktu lebih lama! Jangan biarkan kami berpisah, Tuhan!

"Aku ikut, Ayah!" isak Wang Suk Hyun sambil merangkul ayahnya erat-erat. Takut sekali ditinggal.

"Wang Suk Hyun harus menemani Ibu, kan? Tidak kasihan dengan Ibu? Ibu sendirian, kan? Coba, dengan siapa Ibu di rumah kalau kita berdua pergi?"

"Ibu pergi juga!" bantah Wang Suk Hyun cerdik. "Kita pergi sama-sama!"

Ya, seperti itulah biasanya. Bukankah biasanya memang mereka selalu pergi bersama? Kecuali kalau Ayah kerja! Lee Min Ho menghela napas berat. Dia bingung. Sedih. Putus asa. Tidak tahu bagaimana lagi harus menyingkirkan anaknya.

"Sudahlah," sergah Kim So Eun sambil mengeraskan hatinya. Dia juga iba melihat anaknya. Tapi dia tahu kapan harus bertindak tegas. "Kau pergi saja."

Lalu dia memaksa mengambil Wang Suk Hyun dari gendongan Lee Min Ho. Tidak peduli anaknya meronta-ronta dan menangis menjerit-jerit.

“Angel…" desah Lee Min Ho sambil menahan air matanya. Tidak sampai hati melihat Wang Suk Hyun. "Biar aku tidak jadi pergi saja...."

"Dia harus dididik, Lee Min Ho," Kim So Eun menegarkan batinya. Bukannya dia tidak trenyuh melihat tangis Wang Suk Hyun. Tapi dia sadar, ada saatnya harus bertindak tegas. "Aku juga tidak tega. Tapi kadang-kadang kita harus keras. Supaya Wang Suk Hyun tahu, tidak selamanya dia mendapat apa yang diinginkannya." Benarkah Tuhan juga tahu apa yang dibutuhkan anak-anak-Nya?

Benarkah Tuhan tahu apa yang terbaik untukku, untuk Angel, untuk Wang Suk Hyun? Benarkah yang terbaik justru meninggalkan mereka?

Aku tidak bisa mengerti maksud-Mu, bisik Lee Min Ho ketika dia sedang-melangkah gontai ke ruang boarding. Mengapa selalu Kaupisahkan aku dari orang-orang yang kucintai?

* * *

Tetapi menuntut warisannya tidak semudah dugaan Lee Min Ho. Bae Soo Bin memang kakak yang baik. Tetapi itu dulu. Sebelum dia menikah.

Istrinya yang baru dua tahun lebih dinikahinya, hanya tiga bulan sebelum ayah mereka meninggal, keberatan menjual rumah mereka. Apalagi membagi saham perusahaan.

“Kenapa baru sekarang dia datang?" desisnya judes. "Waktu ayah kalian meninggal, di mana dia? Kenapa dia tidak pulang?"

"Katanya waktu itu dia tidak bisa meninggalkan anak-istrinya."

"Sekarang bisa? Karena warisan? Cuma itu yang ada di kepalanya?"

"Tapi dia hanya menuntut haknya. Rumah ini bukan rumahku. Rumah Ayah. Artinya Separuhnya milik Lee Min Ho. Demikian juga perusahaan kami..."

"Perusahaan itu sudah hampir ambruk.'" sela istrinya ketus. "Kalau aku tidak datang membenahinya, perusahaan itu sudah bangkrut! Apa lagi yang mau dituntutnya?"

"Lee Min Ho mengerti. Dia tidak menuntut banyak..."

"Oh, dia tidak menuntut banyak huh? Dia memang tidak berhak menuntut! Karena sebenarnya perusahaan milik kalian sudah tidak ada!"

"Tapi kenyataannya kan tidak begitu," keluh Bae Soo Bin serba salah. "Perusahaan kita masih berdiri. Masih berjalan baik. Malah tambah maju...."

"Kau tahu siapa yang membuatnya jadi begitu?"

“Ya, kau.... Tapi..."

"Adikmu tahu?"

"Sudah kuberitahu. Dia berterima kasih padamu...."

"Berterima kasih! cetus istrinya sambil tertawa mengejek. "Katakan padanya, aku tidak butuh terima kasihnya!"

"Kita bisa minta Lee Min Ho menjual sahamnya pada kita. Dia tidak minta banyak."

"Dia memang tidak berhak minta!"

"Tapi, Yoon Eun Hye..."

"Tidak ada tapi-tapi!" bentak Yoon Eun Hye galak. "Pokoknya kita tidak akan menjual rumah ini! Dan tidak akan membeli saham adikmu! Tidak segampang itu dia mendapat uang!"

* * *

Yoon Eun Hye tidak pernah memikirkan pernikahan. Meskipun saat itu umurnya sudah tiga puluh lima tahun.

Dia wanita karier yang hebat. Dan sebagai CEO sebuah perusahaan minyak goreng yang terkenal, kariernya sedang melambung. Gajinya besar. Masa depannya cerah. Hidupnya penuh kesibukan. Siapa yang sempat meniikirkan pernikahan?

Tetapi tiba-tiba dia dipaksa memikirkan yang lain kecuali pekerjaan. Jung So Min hendak menikah. Ibunya menginginkan Yoon Eun Hye menikah lebih dulu. Jangan didahului adiknya.

"Nanti kau jadi sial," kata ibunya khawatir. “Tidak laku."

Sebenarnya Yoon Eun Hye tidak peduli. Memangnya dia barang, pakai tidak laku segala? Dia pasti membantah, kalau saja ayahnya masih sehat seperti dulu.

Tetapi kini Ayah sudah berbeda. Dia bukan lagi Song Seung Hun Bintang yang perkasa. Tiba-tiba dia diserang stroke. Tubuhnya lumpuh sebelah. Dan dia tidak dapat bicara.

Tetapi dia masih dapat berpikir. Masih punya keinginan. Dan salah satu keinginannya adalah melihat putri sulungnya menikah sebelum dia mati. Tentu saja itu kata ibunya. Karena Ayah sudah tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun. Ibulah yang mendesaknya.

"Ayahmu tidak pernah minta apa-apa," gumam Ibu penuh haru. "Tapi dia pernah bilang, belum rela mati sebelum melihatmu menikah."

Tapi kenapa, protes Yoon Eun Hye penasaran. Karena dia anak perempuan? Kenapa Ayah malah ingin melihatnya menikah, bukan ingin melihatnya jadi direktur?

Jadi percuma membantah. Karena Ayah bukan lawan debat yang seimbang lagi. Kini dia hanya seonggok daging hidup yang harus dikasihani.

Lumpuh memang penderitaan berat. Tapi lebih berat lagi bagi seorang yang selalu aktif seperti ayahnya. Mau tak mau Yoon Eun Hye merasa iba. Jadi dia terpaksa memenuhi keinginan ayahnya. Mungkin keinginannya yang terakhir.

Lalu Yoon Eun Hye bertemu Bae Soo Bin. Duda tanpa anak berumur 45 tahun. Direktur pabrik minuman dalam botol yang hampir bangkrut.

Dan semangat Yoon Eun Hye tergugah. Ada tantangan baru di depan mata. Dia menginginkan pabrik itu. Mengubah segalanya. Citranya. Mereknya. Rasanya.

Jadi dia menerima pendekatan Bae Soo Bin. Bahkan belakangan lamarannya juga. Sekali tepuk dua nyamuk. Yoon Eun Hye bukan saja berhasil memiliki suami. Dia juga berhasil memiliki perusahaan sendiri.

Menyehatkan perusahaan yang sakit membuatnya bersemangat. Dan setelah perusahaan itu bukan hanya bangkit kembali tapi sekaligus mampu masuk bursa, menyelipkan kebanggaan luar biasa bagi Yoon Eun Hye.

Dia tidak meninggalkan pekerjaannya sebagai CEO pabrik minyak goreng. Tapi dia menyupervisi suaminya sebagai direktur perusahaan air minum mereka. Dan hasil duet mereka memang tidak tanggung-tanggung. Perusahaannya dengan cepat mampu menyodok ke atas.

Sekarang pada saat perusahaannya mulai berkembang pesat, ada rayap yang ingin menggerogotinya! Tentu saja Yoon Eun Hye marah. Dia tidak mengerti mengapa suaminya begitu lembek. Adiknya tidak pernah mengurusi ayahnya. Selama hidup juga pada saat kematian datang menjemputnya. Lee Min Ho bahkan tidak pulang untuk menghadiri pemakaman ayahnya. Sekarang dia datang untuk menuntut warisan! Pantaskah permintaannya?

Bae Soo Bin juga kesal pada adiknya. Tentu saja enam puluh persen karena gosokan istrinya. Ayah meninggal dia pulang saja tidak!

Tetapi Bae Soo Bin lelaki yang jujur. Hati kecilnya tidak dapat menyangkal. Separuh rumah dan perusahaan mereka milik Lee Min Ho. Barangkali benar perusahaan mereka sudah hampir jadi bangkai. Tapi rumah ini masih punya harga, kan? Dan harganya lumayan tinggi.

Ayah mereka memang tidak membuat surat wasiat. Kalau dia berkeras tidak mau keluar dari rumah ini dan menjualnya, Lee Min Ho juga tidak bisa apa-apa. Masa dia mau menggugat secara hukum?

Tetapi Bae Soo Bin tidak tega menolak permintaan adiknya. Istri dan anaknya meninggal dengan tragis. Dan kondisi fisiknya sekarang tidak seperti yang dibayangkannya.

Wajahnya pucat kekuningan. Matanya sayu. Tubuhnya jauh lebih kurus. Dan dia tampak lemah.

"Leverku kambuh," kata Lee Min Ho lirih. "Sebentar lagi aku mungkin sudah tidak kuat bekerja. Aku butuh uang untuk anak-istriku."

"Aku tidak tahu kau punya penyakit lever," sergah Bae Soo Bin iba. "Sudah berapa lama?"

"Aku tidak mau membuat Ayah sedih."

"Karena itu kau tidak bilang?" Bae Soo Bin mengeluh berat. "Ayah juga melarangku memberitahukan penyakitnya padamu. Katanya supaya kau tidak sedih. Tapi istriku menyuruhku memberitahumu. Katanya kau harus pulang. Kau kan anaknya juga. Tidak bisa hanya menonton dari jauh."

"Aku menyesal tidak ada di sampingnya waktu Ayah sakit."

"Aku juga menyesal kau tidak pulang waktu Ayah meninggal," sambung Bae Soo Bin agak kesal. "Semua orang menanyakanmu."

“Saat itu aku tidak bisa meninggalkan anak-istriku."

"Kau bisa membawa mereka kemari."

"Anakku masih bayi. Kasihan kalau dibawa naik pesawat."

"Itu bukan alasan. Kau membuat istriku kesal. Kami repot setengah mati waktu Ayah sakit dan meninggal. Kau muncul saja tidak. Sekarang tiba-tiba kau datang minta warisan."

"Aku juga menyesal," desah Lee Min Ho sedih. "Biar aku minta maaf pada istrimu."

"Sekarang dia belum pulang kerja. Datang saja nanti malam."

"Boleh aku tinggal di sini? Daripada menginap di hotel."

"Lebih baik di hotel dulu," sahut Bae Soo Bin resah. "Istriku tidak terlalu ramah."

"Tidak apa. Aku memang harus lebih mengenalnya."

"Yoon Eun Hye orangnya susah. Aku tidak mau kalian ribut."

"Tidak mungkin aku ribut dengan istrimu. Aku akan selalu mengalah. Memang aku yang salah. Pantas kalau dia marah."

Tetapi ketika Lee Min Ho bertemu dengan kakak iparnya, dia sadar, Yoon Eun Hye bukan hanya sulit didekati. Dia sukar dijinakkan.

Perempuan itu bukan hanya tidak ramah. Dia judes. Keras kepala. Dan kejam.

Dia bukan saja tidak kasihan melihat kondisi Lee Min Ho. Dia malah menghasut suaminya.

"Jika dia mati, harta ayahmu jatuh pada perempuan yang belum pernah dilihatnya. Waktu hidup. Bahkan sesudah dalam kubur. Dan anak itu, benarkah anak Lee Min Ho? Kau rela kalau harta yang dicari ayahmu dengan susah payah jatuh ke tangan orang asing?"

"Rasanya kau harus membawa istri dan anakmu kemari, Lee Min Ho," pinta Bae Soo Bin bingung. "Mereka harus memberi respek pada ayah kita. Datang ke kuburannya. Dan berkenalan dengan keluargamu."

"Mereka tidak mungkin datang."

"Mereka harus datang. Kalau kau ingin bagianmu."

"Kenapa kau sekejam ini?" desah Lee Min Ho getir. "Apa artinya mereka datang atau tidak? Ayah sudah meninggal. Ayah pasti mengerti kalau mereka tidak bisa datang ke depan nisannya."

"Tapi istriku tidak bisa mengerti, Lee Min Ho! Dia mau istrimu datang!"

"Yoon Eun Hye hanya tidak ingin memberikan bagianku."

"Aku tidak bisa apa-apa, Lee Min Ho. Aku tidak ingin bercerai. Yoon Eun Hye orangnya keras. Kalau kita tidak menuruti keinginannya, dia tidak bisa memaafkanku. Dan perpisahan hanya tinggal soal waktu."

Artinya tidak mungkin lagi memperoleh warisanku, pikir Lee Min Ho sedih. Aku harus kembali dengan tangan hampa. Karena pasti sia-sia meminta Angel pulang ke Seoul.

"Kalau begitu besok aku kembali ke Paris" cetus Lee Min Ho datar. "Kalau aku mati, sumbangkan saja bagianku ke Panti Asuhan."

“Jangan salah sangka, Lee Min Ho," Bae Soo Bin menghela napas dengan perasaan bersalah. "Bukannya kami menginginkan warisan yang bukan hak kami...."

"Apa bedanya? Aku tidak bisa mengambil apa yang menjadi milikku karena istrimu tidak menginginkannya. "

"Dia hanya ingin istrimu datang. Apa susahnya?"

"Angel tidak bisa pulang," Lee Min Ho menunduk sambil menghela napas berat "Karena visanya sudah lama habis."

"Maksudmu,'' sergah Bae Soo Bin kaget, "dia sudah jadi penduduk gelap di sana?"

"Makanya dia tidak bisa pulang. Karena kalau dia keluar dari Perancis, dia tidak bisa kembali lagi ke sana."

"Lalu bagaimana dia bisa menikah dengan adikmu?" desak Yoon Eun Hye bengis. Dia bukan hanya cerdas. Dia juga pernah studi di Paris. Dia tahu sekali tidak mungkin istri Lee Min Ho masih menjadi penduduk gelap kalau mereka benar sudah menikah!

"Aku juga tidak mengerti," keluh Bae Soo Bin bingung. "Katanya.."

"Hanya ada satu jawaban," potong Yoon Eun Hye tegas. "Adikmu bohong! Mereka belum menikah! Dan anak itu mungkin bukan anaknya!"

Bae Soo Bin melongo bingung. Otaknya benar-benar tidak dapat mencerna semua itu. Mengapa Lee Min Ho harus berbohong? Dia sudah lama menduda. Dia berhak menikah lagi. Tidak ada yang keberatan kalau dia memilih janda beranak satu sekalipun!

“Tanya adikmu," desis Yoon Eun Hye pedas. Dia benci sekali kalau melihat suaminya sedang tertegun bengong begitu. "Dan cari tahu anak siapa yang diakui anaknya itu. Sebelum harta ayahmu jatuh ke tangan orang asing yang bukan darah dagingnya!"

"Aku bertemu Angel bersama anaknya setelah mereka menjadi penduduk gelap di Perancis," sahut Lee Min Ho muram setelah tidak mungkin lagi menyembunyikan rahasianya. Agaknya kakaknya menikahi komputer, bukan manusia. Pintar. Tapi tidak berperasaan. "Aku jatuh cinta padanya. Dan pada Wang Suk Hyun. Dia begitu lucu. Begitu pandai. Begitu malang. Tidak punya ayah. Tidak punya status."

"Mengapa kau tidak segera menikahi perempuan itu?"

"Karena dia harus pulang dulu ke Korea sebelum dapat menikah denganku."

"Kalau begitu suruh dia pulang! Urus pernikahan kalian. Urus warisanmu. Dan kembali ke Paris. Tunggu apa lagi?"

"Angel belum mau pulang. Katanya dia belum mau kembali ke Korea. Aku tidak tahu apa yang ditakutinya. Mungkin dia punya pengalaman buruk di sini. Dan tidak mau mengenangnya lagi. Katanya dia ingin menutup masa lalunya dan membuka lembaran baru hanya bersamaku dan anak kami."

Lee Min Ho mengeluarkan dompetnya dan mengambil selembar foto.

"Lihat anak kami, Hyung. Dia begitu lucu. Begitu menggemaskan. Siapa yang tidak jatuh hati padanya?"

Sekilas Lee Min Ho melirik foto itu. Dan melihat Wang Suk Hyun, hatinya menjerit dicambuk rindu.

Lee Min Ho menyodorkan foto itu pada kakaknya. Foto yang diambilnya ketika mereka pergi bertiga ke La Ville Zoo tahun lalu.

Wang Suk Hyun sedang berpose bersama seekor anak Panda. Tapi orang yang melihat foto itu pasti punya pendapat yang sama. Wang Suk Hyun lebih menggemaskan dari binatang di sebelahnya.

"Dia memang lucu," cetus Bae Soo Bin polos. "Boleh kubawa foto ini pada Yoon Eun Hye? Mungkin setelah melihat anakmu, hatinya luluh. Perempuan mana yang tidak tertarik pada anak selucu ini?"

Tetapi yang membuat Yoon Eun Hye tertarik bukan Wang Suk Hyun. Melainkan wanita yang berjongkok di sampingnya.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...