Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Kamis, 12 Mei 2011

Love Story In Beautiful World (Chapter 4)



Kim Bum mengawasi perempuan yang duduk di depannya. tetapi, Mrs. Son Ye Jin tetap tak acuh. Ruangan dosen itu sepi. Meja-meja besar mengkilat berwarna coklat. Siapa pun duduk di seberang meja itu akan kelihatan angker. Apalagi kalau yang duduk di situ dosen yang sedang menghadapi mahasiswa yang akan ujian. Jika dia dosen pria, dasi yang mencekik leher itu akan menambah perasaannya sebagai orang penting.

Dosen wanita akan sering membuka-buka buku di depan mahasiswa. Tak tahu apa yang tertulis di buku itu, tapi aksi itu memang diperlukan untuk menjadikan dirinya semakin disegani.

Hampir lima menit Kim Bum dibiarkan di seberang meja itu. Mrs. Son Ye Jin masih menulis. Ingin sekali Kim Bum melirik apa yang ditulis dosen wanita itu. Tetapi, etika mahasiswa melarangnya usil mengetahui kerja dosennya. Lalu dia kembali meneliti ruangan itu. Di dinding tergantung potret-potret ukuran kabinet. Potret bekas dekan-dekan fakultas itu. Pada potret yang tergantung nomor tiga dari kiri, Kim Bum lama memberhentikan tatapan matanya. Dia menatap penuh hormat karena ingat kebaikan-kebaikan dekan itu.

Kembali dia menatap Mrs. Son Ye Jin. Ah, gadis tua ini. Berlagak jadi orang penting. Apa sebenarnya yang sedang dikerjakannya? Kim Bum mengusap-usap dagunya. Kenapa harus kesal menghadapi lagak orang penting ini? Kenapa tak menikmati situasi ini? Kecantikan, di mana pun tempatnya, harus dinikmati.

Dagu dosen wanita ini bagus juga. Runcing dan halus. Bagaimana seandainya dielus? Siapa lelaki yang pernah mengelusnya? Dan, bibirnya agak pucat. Ah, sayang. Kepucatan ini pasti lantaran tak ada yang mengulumnya. Padahal bentuk bibir itu cukup mengandung magnet. Lekukannya menunjukkan pasti pemiliknya manja kalau mengeluh dalam kecupan. Ah, lehernya yang jenjang. Leher perempuan kurus. Tetapi, pastilah dia menggial kalau leher itu dicium. Apalagi kalau digosok dengan dagu yang masih ada sisa jenggot dari cukuran. Ya, lehernya ini, bukan main! Dari bentuk leher ini bisa diketahui bahwa pemiliknya seorang melankolis. Introvert. Karena itu akan lunak sekali setelah terkena selahnya. Perempuan ini sekategori dengan Park Ji Yeon. Dingin sebelum dekat, tetapi menggebu-gebu kalau sudah kena. Coba, kalau perempuan ini dikucel-kucel, dia pasti cuma tergial-gial dan mengeluh, "Aduh, Kim Bum….. "

"Well, apa keperluanmu?" Suara Mrs. Son Ye Jin menyentak di tengah ruangan yang sepi itu, dan menyergah masuk ke dalam lamunan Kim Bum.

Tergagap Kim Bum menarik tatapannya yang melekat pada wajah perempuan itu.

"Ya?"

"Soal ujianmu?"

Kim Bum cuma mengangguk.

Mrs. Son Ye Jin meliriknya sekejap, lalu dia membuka mapnya.

"Nomor ujianmu?"

Kim Bum mengeja angka-angka.

"Nilaimu tak mencapai angka minimal. Harus ujian lagi."

"Semua mata kuliah saya sudah lulus. Tinggal mata kuliah anda."

"Lalu?" Suara Mrs. Son Ye Jin tambah dingin.

"Dan saya sudah menempuh mata kuliah anda enam kali.”

"Ya?"

"Saya berharap anda punya kebijaksanaan dalam menilai."

Mata Mrs. Son Ye Jin mengkilat.

"Maksudmu, saya harus meluluskanmu karena dosen-dosen lain sudah melulus kan?"

"Bukan begitu. Saya ingin tahu di mana kelemahan saya," kata Kim Bum.

"Banyak kelemahanmu. Karena tidak pernah menyadari kelemahan itulah kau tidak bisa lulus.”

"Saya sudah belajar. Saya berusaha menjawab semaksimal mungkin dalam ujian yang anda berikan. Dan, seingat saya, saya bisa mengerjakan semua soal."

"Itu menurut pendapatmu. Tapi, siapa yang memberikan penilaian? Saya atau kau?"

Kim Bum terdiam. Dia melihat kemarahan di mata perempuan itu, dan mendengar sinisme pada suaranya. Tetapi, Kim Bum juga marah sebab diperlakukan sekasar itu oleh seorang perempuan.

"Kalau begitu saya ingin diuji lisan."

"Baik. Permintaanmu saya penuhi."

"Dan dihadapkan saksi-saksi."

Mrs. Son Ye Jin mengatupkan bibir dan membanting buku.

"Jadi, Kau anggap penilaian saya selama ini tidak obyektif?"

Kim Bum tak menjawab. Dia cuma berusaha menentang mata perempuan itu.

"Saya tahu kau aktivis mahasiswa. Saya tahu banyak dosen segan kepadamu. Tapi, jangan kira saya pun akan takut. Akan saya buktikan bahwa obyektivitas ilmu bisa ditegakkan di fakultas ini!" ujar Mrs. Son Ye Jin.

“Karena itu saya minta saksi-saksi untuk ujian lisan saya."

"Saya punya otoritas penuh untuk menilai. Tak perlu saksi-saksi."

"Saya tak percaya obyektivitas selama ini."

"Kau menghina otoritas saya ?"

"Jangankan seorang dosen, pemerintah pun akan saya gugat kalau tak berjalan pada keadilan dan kebenaran."

Mrs. Son Ye Jin menggigil.

"Keluar!" katanya keras.

"Saya ingin kepastian. Kapan saya diuji, dan siapa saksi-saksinya."

"Tidak akan ada pembicaraan tentang ujianmu! Selama saya memegang mata kuliah itu, hak untuk menguji ada pada saya. Dan, saya berhak menetapkan siapa yang akan saya uji dan siapa yang tidak!"

"Saya peringatkan Mrs. Son Ye Jin. Tindakan-tindakan otoritas di universitas ini bisa menghadapi kemarahan mahasiswa."

"Kerahkan mahasiswa-mahasiswa itu. Kerahkan! Jangan kira lantaran punya pengaruh di kalangan mahasiswa lantas kau menekan saya!" Wajah Mrs. Son Ye Jin merah. Kemarahan itu malah membangkitkan kecantikan yang selama ini tidur di balik kulit wajahnya. Tetapi, Kim Bum tak menyadari itu. Dia pun dibakar kemarahan. Antara ketakutan pada masa depan dengan sikap kepala batu dosen itu membuatnya putus asa.

"Mrs. Son Ye Jin," katanya gemetar. "Soal ujian ini merupakan ketentuan nasib saya di hari depan. Karena itu saya mempertaruhkan segalanya untuk itu. Mata Kuliah anda menjadi penghalang bagi cita-cita saya. Saya akan berbuat apa saja untuk menghancurkan penghalang itu!"

"Kau mengancam saya?" geram Mrs. Son Ye Jin.

"Bukan mengancam.. Tapi, mengingatkan bahwa akibat Mata Kuliah anda, saya tak berhak menyusun skripsi saya. Karena satu Mata Kuliah saya tak pernah mencapai kesarjanaan saya."

Mrs. Son Ye Jin membuang pandang ke luar ruangan. Dia merapikan mapnya.

"Silakan keluar ," katanya tawar. "Saya harus mengurus persoalan lain. Untuk ujianmu, tunggu saja pengumuman dari tata usaha."

Kim Bum berdiri. Gerahamnya gemeretak saking marahnya. Dia merasakan darahnya membilas-bilas hingga napasnya sesak. Jika dosen itu laki-laki, sudah pantas ditantang duel. Namun, Mrs. Son Ye Jin tak acuh melihat tangan yang mengepal-ngepal di seberang mejanya.

Mrs. Son Ye Jin mengangkat kepalanya. Pandang mata mereka bentrok. Sesungguhnya dosen wanita ini bergidik melihat mata beringas di depannya, tetapi dia bisa mempertahankan diri agar tidak memperlihatkan ketakutannya.

Akhirnya Kim Bumlah yang berbalik dan meninggalkan tempat itu. Di dekat pintu, seorang pegawai tata usaha menatap mencuri-curi ke wajah Kim Bum. Diam-diam pegawai tata usaha itu membenarkan julukan bagi dosen wanita itu: Killer! Bahkan tokoh mahasiswa pun dibantingnya. Bukan main!

Bersambung…

3 komentar:

  1. wowo ..... dosen yg mengerikan'kn kim bum jdi nya gk bsa lulus

    lanjuuutttt ....

    BalasHapus
  2. BagoooooooooooSssssssssssssss...hwhwhhehehe lanjutkan

    BalasHapus
  3. Lum ADE new Post nya yea???..T_T...

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...