Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Selasa, 24 Mei 2011

Romance Zero (Chapter 24)



MALAM itu menjadi malam yang sangat romantis untuk mereka berdua. Suasana kamar hotel yang nyaman. Musik yang lembut. Sampanye yang manis dan hangat.

Sayangnya kenikmatan yang didambakan Lee Min Ho tak mampu diwujudkannya. Dia sudah terlampau lemah untuk memuaskan Kim So Eun.

"Maaf, Angel," bisiknya kecewa setelah sia-sia berjuang. "Rasanya aku sudah tidak sanggup lagi. Penyakit sialan ini sudah menggerogoti seluruh tubuhku. Aku tidak punya tenaga lagi. Batereku sudah habis."

"Untuk apa memaksakan diri, Lee Min Ho?" Kim So Eun membelai-belai wajah Lee Min Ho yang basah oleh keringat Dia tersenyum lembut. Senyum yang sangat menghibur. "Kita kan tidak tergesa-gesa. Masih banyak waktu untuk mencharge bateremu."

Sebenarnya jauh di dalam hatinya Kim So Eun merasa lega. Setelah pertemuan kembali dengan Kim Bum, dia sudah tidak sanggup lagi bermesraan dengan lelaki lain. Dia hanya tidak sampai hati mengecewakan Lee Min Ho. Ingin memberikan apa yang didambakannya. Mungkin cuma tinggal beberapa kali lagi.... Kim So Eun tidak berani memikirkannya.

Tetapi kali ini pun Lee Min Ho sudah tidak mampu melakukannya. Padahal Kim So Eun sudah berusaha menyembunyikan keengganannya. Dia pura-pura bergairah. Pura-pura terangsang. Walaupun sebenarnya dia tidak merasakan apa-apa. Dia malah merasa tersiksa setiap kali membayangkan wajah Kim Bum. Betapa sakit tatapan matanya.

Betapa murung wajahnya. Betapa menderitanya dia dibakar cemburu dari kemarahan.

"Seharusnya malam ini menjadi malam yang sangat indah," bisik Lee Min Ho penuh penyesalan.

"Kenapa kau pikir malam ini kurang indah?" rajuk Kim So Eun pura-pura kesal. "Kita hanya berdua di sini. Tidak ada orang lain. Apa lagi yang kurang?''

"Wang Suk Hyun," Lee Min Ho tersenyum pahit. "Aku merindukannya."

"Ada saatnya dia harus memberikan kesempatan kepada ayah-ibunya untuk berdua saja. Urusan orang besar," Kim So Eun tersenyum ketika membayangkan kata-kata yang sering diucapkannya kepada Wang Suk Hyun itu. "Dia pasti mengerti."

"Wang Suk Hyun memang pintar," selalu ada senyum di bibir Lee Min Ho setiap kali dia membayangkan si kecil Wang Suk Hyun. "Dia harus jadi sarjana, Angel."

"Sarjana?" Kim So Eun tidak mampu menahan tawanya meskipun hatinya tengah gundah. "Sekolah saja belum!"

“Tapi kau harus janji akan menyekolahkannya sampai jadi sarjana."

"Bagaimana kalau dia lebih senang main band?" Kim So Eun berusaha bergurau. Berusaha mencairkan keharuan yang sudah menggumpal di dada. Pada saat maut hampir menjemput, Lee Min Ho masih memikirkan masa depan anaknya!

"Boleh kalau cuma hobi. Tapi dia harus jadi sarjana. Katakan itu amanat Ayahnya sebelum meninggal."

"Kata siapa kau tidak sempat melihat dia jadi sarjana? Katamu di samping aku dan Wang Suk Hyun, kau akan memerangi penyakitmu, kan?"

"Aku akan berjuang sekuat tenaga," sahut Lee Min Ho sambil tersenyum pahit. "Makanya kita harus cepat menikah. Supaya batereku cepat terisi lagi."

"Baiklah, sebut saja waktunya."

"Kau mau pesta yang meriah atau menikah tamasya ke Eropa?"

"Terserah kau saja."

Asal jangan ke Barceloneta, keluh Kim So Eun pedih.

"Aku lebih suka menikah tamasya."

"Aku abstain."

"Enak saja," Lee Min Ho memeluk Kim So Eun dengan mesra. "Kau dan Wang Suk Hyun harus ikut urun rembuk."

"Wang Suk Hyun?" Kim So Eun tersenyum. "Rasanya dia cuma ingin ke kebun binatang."

"Aku rindu, Angel."

"Dengan siapa? Gajah? Monyet? Macan?"

"Tentu saja dengan Wang Suk Hyun. Siapa lagi?"

"Biar Bae Soo Bin kurang tidur malam ini." Kim So Eun tersenyum pahit.

"Jangan-jangan kita juga tidak bisa tidur. Kita jemput saja dia."

"Besok saja. Malam ini milik kita berdua."

* * *

Tetapi ketika keesokan paginya Kim So Eun dan Lee Min Ho menjemput Wang Suk Hyun, mereka menyesal tidak menjemputnya tadi-malam.

Wang Suk Hyun menyambut kedatangan mereka sambil menangis. Dia menunjukkan lengannya yang diplester.

"Kenapa?" cetus Kim So Eun antara kaget dan bingung. Dia mengangkat wajahnya menatap Bae Soo Bin. "Dia digigit apa, Oppa?"

"Diambil darah," sahut Bae Soo Bin tersendat.

"Diambil darah?" belalak Lee Min Ho panik. "Wang Suk Hyun sakit apa, Hyung?"

Refleks Kim So Eun memegang dahi putranya. Tidak. Tidak panas. Tidak ada demam. Jadi mengapa harus periksa darah?

"Itu yang aku tidak tahu," sahut Bae Soo Bin murung. "Ketika aku pulang, Yoon Eun Hye sudah pergi."

"Yoon Eun Hye Eonni?" geram Kim So Eun sengit. "Yoon Eun Hye Eonni yang membawa Wang Suk Hyun?"

"Periksa darah?" sela Lee Min Ho cemas. "Untuk apa?"

"Yoon Eun Hye tidak bisa dihubungi. Ponselnya dimatikan."

Dan mereka belum sempat memecahkan teka-teki ulah Yoon Eun Hye ketika dia muncul di ambang pintu. Kim So Eun tidak dapat lagi menahan kemarahannya.

"Kenapa anakku diambil darahnya, Eonni?" geramnya kesal.

"Untuk membuktikan dia bukan anak Kim Bum," sahut Yoon Eun Hye datar. Dibalasnya tatapan Kim So Eun yang berapi-api dengan dingin. "Dia anak Park Jung Min, kan? Kau berzina juga dengan dia?"

Mendidih darah Kim So Eun. Hampir ditamparnya wanita itu kalau dia tidak ingat di sana ada Wang Suk Hyun.

"Bawa Wang Suk Hyun ke dalam, Lee Min Ho," pintanya menahan marah. "Aku ingin bicara dengan Yoon Eun Hye Eonni."

"Mereka tidak perlu pergi," cetus Yoon Eun Hye puas. "Supaya mereka juga tahu dari tempat sampah mana kau berasal!"

"Jangan menghina Angel, Nunna!" geram Lee Min Ho dalam nada mengancam. Dia memang sakit parah. Tenaganya sudah jauh berkurang. Tapi rasanya dia masih mampu menghajar perempuan tidak tahu diri ini.

"Apa hakmu melarangku menghina adik iparku sendiri?" Yoon Eun Hye menoleh ke arah Lee Min Ho dengan sinis. "Aku lebih berhak daripada kau!"

"Yoon Eun Hye!" sela Bae Soo Bin cemas. Khawatir istrinya akan membuka rahasia yang akan membuat Lee Min Ho shock.

"Apa?" Yoon Eun Hye berpaling kepada suaminya dengan kesal. "Kau juga mau melindungi perempuan bejat ini?"

"Nunna!" bentak Lee Min Ho sengit. Napasnya tersengal didesak kemarahan. "Jaga mulutmu!"

"Masuk, Lee Min Ho!" perintah Bae Soo Bin tegas. "Biar aku yang mengurus istriku!"

“Tidak perlu!" sanggah Yoon Eun Hye pedas. "Aku bisa mengurus diriku sendiri! Biar saja adikmu di sini. Biar dia tahu perempuan macam apa yang ingin diwarisinya hartamu!"

"Ambil saja hartamu!" potong Kim So Eun berang. Tapi berhentilah merusak hidup orang lain!”

"O, begitu?" seringai sinis bermain di bibir Yoon Eun Hye. "Kau sendiri sudah merusak hidup adikku! Bahkan membunuh ayah kami!"

"Apa maksud Nunna?" bentak Lee Min Ho gusar. "Jangan menghina istriku!"

"Istrimu?" ejek Yoon Eun Hye dingin.

"Yoon Eun Hye!" hardik Bae Soo Bin cemas.

"Dia istri adikku! Dan Kim Bum masih hidup! Perempuan celaka ini sudah dua kali berzina! Dengan teman adikku. Sahabat karib suaminya sendiri. Dan kau, adik suamiku!"

"Yoon Eun Hye!" teriak Bae Soo Bin kalap. Dia sudah hendak menampar istrinya. Tetapi Yoon Eun Hye dengan gesit mundur ke belakang.

"Ralat kalau ucapanku salah," tantangnya garang. "Ini bukan fitnah. Aku bisa membuktikan anak ini bukan anak Kim Bum! Bisa membuktikan suaminya masih hidup! Dan mereka masih terikat pernikahan yang sah!"

Wajah Lee Min Ho langsung memucat. Bae Soo Bin dan Kim So Eun takut sekali melihatnya. Mereka khawatir Lee Min Ho jatuh pingsan. Apalagi Wang Suk Hyun yang berada dalam pelukan Kim So Eun langsung lari merangkul kaki ayahnya. Seolah-olah dia punya firasat, ayahnya dalam bahaya.

"Lee Min Ho," sergah Bae Soo Bin sambil menghambur menghampiri adiknya. "Jangan dengarkan perkataan istriku. Kami bisa menjelaskannya padamu...."

"Apa lagi yang harus dijelaskan?" ejek Yoon Eun Hye puas. "Semuanya sudah jelas!"

"Yoon Eun Hye!" suara Bae Soo Bin berubah ganas. "Menyingkir dari sini!"

Mula-mula Yoon Eun Hye hendak membangkang. Tetapi melihat tatapan mata suaminya, mendengar nada suaranya, dia tahu, sudah waktunya mematuhi perintah Bae Soo Bin. Untuk pertama kalinya Yoon Eun Hye melihat ketegasan suaminya. Dan entah mengapa dia merasa senang.

Jadi dia segera menyingkir. Lagi pula bukankah semua sudah beres? Dia sudah membereskan misinya.

Bae Soo Bin tidak menghiraukannya lagi. Dia sedang memeluk adiknya yang terhuyung lemas.

"Lee Min Ho," bisik Kim So Eun dengan perasaan bersalah. "Beri aku waktu untuk menjelaskan semuanya...."

Tetapi Lee Min Ho hanya menatapnya dengan nanar.

"Jawab saja pertanyaanku," desisnya lemah. "Benarkah semua yang dikatakannya?"

"Dengar, Lee Min Ho," potong Bae Soo Bin cemas. "Angel sudah lama ingin menjelaskannya padamu...."

"Jawab..." napas Lee Min Ho mulai tersengal. Bibirnya membiru. Cuping hidungnya bergerak.

Kim So Eun hanya mampu mengangguk sambil menahan air matanya. Dadanya sesak meredam tangis.

Lee Min Ho memejamkan matanya. Tidak ingin melihat Kim So Eun mengangguk. Tapi bahkan dengan mata terpejam dia masih dapat melihat anggukan itu. Bahkan berulang-ulang.

Wanita yang dicintainya masih istri orang. Mereka masih resmi menikah. Dan laki-laki itu adik ipar Bae Soo Bin.

Wang Suk Hyun anak haram. Anak gelap Angel dengan teman suaminya.

"Kim Bum sudah bilang akan menceraikan istrinya, Lee Min Ho," tukas Bae Soo Bin tergesa-gesa. Takut Lee Min Ho keburu pingsan. "Kalian bisa segera menikah. Jangan khawatir...."

Terlambat. Lee Min Ho sudah tidak dapat mendengarnya lagi.

* * *

Dokter Jae Hee menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Seharusnya dia belum boleh meninggalkan rumah sakit," keluhnya agak menyesal. "Kondisinya memburuk sangat cepat."

"Rencananya kami akan segera menikah, Dok," gumam Kim So Eun sedih. "Katakan terus terang, Dokter, apakah rencana kami terlalu muluk?"

"Waktu itu tidak," sahut Dokter Jae Hee muram. Tapi sekarang jangankan menikah. Bernapas saja sudah sangat sulit. Dia harus masuk ICU. Kalau sampai nanti siang napasnya bertambah sesak, kami harus memasang ventilator."

"Ventilator?" desis Kim So Eun gugup.

"Mesin pernapasan. Karena Tn. Lee Min Ho sudah tidak dapat bernapas dengan paru-parunya sendiri."

Ya Tuhan, keluh Kim So Eun getir. Betapa cepat Kau mengirim Malaikat Maut-Mu!

"Boleh saya menemuinya, Dokter?" tanya Kim So Eun gemetar menahan kesedihannya. Aku harus minta maaf. Aku harus menjelaskan segalanya. Sekarang. Sebelum dia pergi...

"Sekarang masih di UGD. Sebentar lagi kami kirim ke ICU."

Tetapi tak ada lagi yang dapat disampaikan Kim So Eun. Napas Lee Min Ho sudah demikian sesaknya sehingga slang oksigen yang dimasukkan ke hidungnya pun tak dapat lagi membantu pernapasannya.

Kim So Eun hanya mampu menggenggam tangannya ketika Dokter Jae Hee mengganti slang oksigennya dengan masker oksigen. Tapi tindakan ini pun tak mampu menolong banyak. Lee Min Ho begitu sulitnya bernapas seperti sedang tenggelam di air.

Kim So Eun tidak sampai hati menyaksikannya. Dia ingin menghambur keluar. Menangis tersedu-sedu di ruang tunggu. Tetapi dia sadar, inilah saat-saat terakhir Lee Min Ho. Dan selama dia masih diizinkan berada di dekatnya, dia tidak akan menyingkir. Kim So Eun ingin menjadi orang terakhir yang berada di samping Lee Min Ho pada saat dia berlalu.

Memang tak sempat lagi minta maaf. Tak sempat menjelaskan semuanya. Keadaan Lee Min Ho sudah terlampau parah.

Dia masih sadar. Dan tampaknya masih mengenali Kim So Eun. Tetapi dia sudah tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun.

Hanya matanya yang menatap Kim So Eun sekilas. Mata yang menyimpan kesakitan dan penderitaan.

Tak ada rasa marah dalam mata Lee Min Ho. Tak ada kilasan dendam pada saat Kim So Eun melantunkan permintaan maafnya.

Tampaknya penderitaan dan dusta tak mampu melunturkan kebesaran jiwanya. Kebaikan jarinya. Dia tetap Lee Min Ho yang berhati mulia.

Ketika setengah jam kemudian napasnya semakin sesak, dia segera dibawa ke ICU. Dan Kim So Eun terpaksa menunggu di luar sementara dokter dan perawat menolongnya.

Bae Soo Bin duduk di sampingnya. Tetapi sejak tadi dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Hanya suara Wang Suk Hyun yang mengisi ruang tunggu yang sunyi itu. Dia tidak henti-hentinya menanyakan ayahnya.

"Ayo kita lihat Ayah, Bu!" rengeknya berulang-ulang.

Sudah dua kali perawat mengusirnya. Anak kecil sebaiknya tidak dibawa ke rumah sakit. Apalagi ke ICU. Biarpun cuma di ruang tunggu.

Tetapi dia harus dibawa ke mana lagi? Kim So Eun tidak tahu kepada siapa dia harus menitipkan anaknya.

Bae Soo Bin sudah tidak dapat diajak bicara. Dia diam saja seperti tunggul. Wajahnya kosong. Sekosong tatapan matanya.

Dia baru membuka mulutnya ketika satu jam kemudian seorang perawat keluar dari ruang ICU dan menghampiri Kim So Eun.

"Keluarga Tn. Lee Min Ho?"

"Saya kakaknya," suara Bae Soo Bin terdengar kering tapi sangat tegas. "Dia bukan siapa-siapa."

Tanpa menoleh lagi pada Kim So Eun, dia mengikuti perawat ke dalam.

Dokter Jae Hee yang sedang duduk bersama Dokter Cha Seung Won dari ICU menatap Bae Soo Bin dengan heran.

"Di mana istrinya?"

"Dia bukan istrinya," sahut Bae Soo Bin mantap. "Mereka belum menikah. Saya kakak kandung Lee Min Ho."

"Kalau begitu tolong Tuan tanda tangani surat izin operasi ini. Karena kami akan segera memasang endotrakheal tube*) dan menghubungkannya ke mesin ventilator. Karena tindakan ini membutuhkan pembiusan, kami perlu izin keluarga Tn. Lee Min Ho."

*) Endotracheal Tube (ETT) adalah sejenis alat yang digunakan di dunia medis untuk menjamin saluran napas tetap bebas, ETT banyak digunakan oleh dokter dengan spesialisasi anestesi dalam pembiusan dan operasi. ETT dimasukkan kedalam trakea pasien untuk memastikan tidak tertutupnya trachea sebagai saluran pernapasan dan udara pernapasan dapat masuk kedalam paru-paru. ETT adalah alat yang paling tepercaya dalam menjamin saluran napas tetap bebas.

"Apa tindakan ini berbahaya, Dok?"

"Pasti ada risikonya. Apalagi untuk pasien dalam keadaan separah Tn. Lee Min Ho."

"Mungkinkah pernapasannya pulih kembali?"

"Kami tidak bisa menjanjikan apa-apa, Tuan. Tapi kami berusaha melakukan yang terbaik."

"Izinkan saya bertemu dengan adik saya, Dok."

"Jangan lama-lama, Tuan. Kita sedang berkejaran dengan waktu."

* * *

Ketika melihat Bae Soo Bin keluar dengan kepala tertunduk, Kim So Eun tahu waktunya tidak lama lagi. Lee Min Ho akan segera meninggalkan mereka. Lelaki yang baik itu akan segera pergi. Membawa kekecewaan dan sakit hati.

Mengapa aku selalu menyakiti hati pria yang mencintaiku, keluh Kim So Eun sendu. Mengapa aku selalu meracuni hidup mereka?

Bae Soo Bin duduk di kursi sambil menutup wajahnya. Dia menangis.

Perlahan-lahan Kim So Eun menghampirinya. Duduk di sampingnya. Dan memegang lengannya.

"Jika masih ada kesempatan, bolehkah aku menemui Lee Min Ho sekali lagi, Oppa?" pintanya lirih. "Aku akan minta maaf dan menjelaskan semuanya...."

"Tidak perlu," Bae Soo Bin menarik lengannya dan menjauhkan duduknya. Matanya yang berkaca-kaca menatap pilu ke arah pintu ruang ICU. "Lee Min Ho sudah tidak membutuhkannya lagi."

Tetapi ketika menjelang tengah malam perawat memanggil mereka, Bae Soo Bin mengambil Wang Suk Hyun yang sudah terlelap dalam gendongan Kim So Eun dan mengisyaratkannya untuk masuk.

"Barangkali Lee Min Ho ingin kau yang mengantarnya ke gerbang kematian," katanya menahan tangis.

Kim So Eun tidak mampu mengucapkan terima kasih karena tenggorokannya telah tersumbat air mata. Dia hanya mampu bangkit mengikuti perawat menghampiri tempat tidur Lee Min Ho.

Begitu masuk, aroma kematian sudah terasa pekat menyergap. Dengung monitor laksana desah napas Malaikat Maut yang sudah menunggu di tepi tempat tidur.

Lee Min Ho terbujur kaku di ranjang. Tidak bergerak sedikit pun. Pipa pernapasan mencuat dari mulutnya. Menciptakan kengerian yang tak mungkin lagi dapat dilupakan Kim So Eun.

"Tn. Lee Min Ho sudah koma," kata Dokter Cha Seung Won dengan suara perlahan. Sementara seorang perawat masih sibuk mengecek monitor alat-alat vitalnya. “Tekanan darahnya sudah menurun terus. Sekarang tinggal 60/30. Saya rasa waktunya tidak lama lagi."

Sambil menahan tangis Kim So Eun melangkah ke sisi pembaringan. Dia membungkuk dan mencium tangan Lee Min Ho.

"Maafkan aku, Lee Min Ho," bisiknya dengan air mata berlinang. "Seharusnya sejak dulu kuceritakan...."

Lee Min Ho tidak pernah memperoleh kesadarannya kembali. Malam itu juga dia mengakhiri penderitaannya. Dia pergi ke suatu tempat untuk bertemu kembali dengan anak-istrinya.

Tidak seorang pun tahu apakah dia masih sempat meminta sesuatu kepada kakaknya sebelum kehilangan kesadarannya. Ataukah mungkin dia mengamanatkan keinginan terakhirnya beberapa hari sebelumnya.

Yang jelas, harta Lee Min Ho di Paris seluruhnya diberikan kepada Wang Suk Hyun sesuai surat wasiatnya. Karena begitu dia tahu hidupnya tidak akan lama lagi, Lee Min Ho langsung membuat surat wasiat baru. Wang Suk Hyun akan menerima warisannya pada saat umurnya dua puluh satu tahun.

Bukan itu saja. Bae Soo Bin juga menjual rumahnya. Membagi dua hasil penjualannya. Dan memberikan uangnya kepada Kim So Eun.

"Bukan untukmu," katanya kepada Kim So Eun. "Untuk Wang Suk Hyun. Warisan ayahnya."

Karena memang hanya hubungan kasih sayang Lee Min Ho dan Wang Suk Hyun yang tak pernah berubah.

Sayang Wang Suk Hyun tidak sempat melihat ayahnya pergi. Karena dia sedang tidur nyenyak. Tetapi Kim So Eun percaya, dalam tidurnya Wang Suk Hyun pasti melihat Ayahnya datang.

Ayahnya permisi pergi seperti biasa kalau dia pergi kerja. Bedanya kali ini dia tidak pernah kembali. Mungkin suatu saat nanti, kalau benar di balik tapal batas kehidupan ada akhirat, mereka dapat berjumpa kembali. Karena Kim So Eun yakin, surga disediakan untuk orang sebaik Lee Min Ho.

Wang Suk Hyun masih sempat minta permen kepada ibunya. Dan memasukkannya ke peti mati Lee Min Ho.

Kalau Ayah bangun nanti, pasti akan dimakannya permen itu. Dia akan menjulurkan lidahnya seperti biasa. Dan menciut-ciut kepedasan.

Kim So Eun berusaha menahan air matanya di depan Wang Suk Hyun. Dia sedih kehilangan Lee Min Ho. Tetapi Kim So Eun tahu, Wang Suk Hyun-lah yang paling kehilangan. Kalau suatu hari dia sadar ayahnya tidak akan pernah kembali. Kalau Wang Suk Hyun merindukan Ayah, dia hanya dapat melihat fotonya. Dan semua benda yang ditinggalkannya.

Tetapi Kim So Eun percaya, dari semua yang ditinggalkan Lee Min Ho untuk Wang Suk Hyun, cintanyalah yang terbesar.

Cinta itu yang membuat Lee Min Ho memaksa kakaknya untuk menyerahkan warisannya kepada anaknya. Tidak peduli sekeras apa istri Bae Soo Bin memprotes.

Yoon Eun Hye memang sangat marah dan mereka terlibat pertengkaran terus-menerus sampai akhirnya setahun kemudian mereka bercerai.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...