Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Kamis, 20 Januari 2011

Sword Death (Chapter 1)


”JANGAN kau menurutkan nafsu hatimu, putraku Lee Joon Ki! Berlakulah tenang dan bijaksana serta pergunakan kekuatan batinmu untuk mengalahkan nafsu yang hendak menguasaimu. Manusia harus dapat mengendalikan dan menguasai nafsu, karena kalau sampai kau dikuasai oleh nafsu, kau akan menjadi gelap amta, kemarahan dan angkara murka akan membawamu ke jalan gelap.

Dugaanmu itu tak beralasan, Lee Joon Ki, seperti juga saudara - saudaramu Jang Geun Suk, Yoon Shi Yoon, dan yang lain-lain, kaupun putra Raja Lee Bum Soo dan kaupun seorang pangeran di Kerajaan Sungkyunkwan. Demikianlah ucapan yang dikeluarkan dengan suara perlahan dan halus oleh Permaisuri Kerajaan Sungkyunkwan yang bernama Ratu Kim Ha Neul.

"Tidak bunda, tidak !" bantah Lee Joon Ki dengan suara keras sambil menggeleng-gelengkan kepala dan memandang kepada wajah ibundanya dengan tajam. "Bunda menyembunyikan sesuatu dariku. Bunda, bukankah aku putra bunda, yang sudah bunda kandung selama sembilan bulan, sudah bunda rawat dan didik dengan penuh kasih sayang dan kesabaran? Aku dapat merasakan kehangatan darah bunda yang mengalir di dalam tubuhku, dapat menangkap kemesraan pandang mata bunda yang menembus sampai ke dalam lubuk hatiku. Aku tidak meragukan bahwa aku adalah putra bunda sejati. Akan tetapi Ayahanda Raja Lee Bum Soo........................' Berbeda sekali sinar matanya apabila memandang kepadaku, seakan - akan aku ini seorang asing baginya. Bahkan....................sering kali aku melihat api panas mengandung kebencian bercahaya dari matanya apabila ia memandang kepadaku."

" Lee Joon Ki............! Jangan kau berkata demikian, nak! "

"Nah, bunda menangis lagi, menitikkan air mata yang hendak bunda sembunyikan dariku. Dua titik air mata yang menempel di atas pipi bunda itu lebih jujur, karena mereka membisikkan sesuatu kepadaku, sesuatu yang mengerikan! Bunda, aku sudah cukup dewasa, cukup tabah untuk mendengar dan menghadapi sesuatu yang hebat. Mengapa bunda khawatir menyampaikan sesuatu yang bunda sembunyikan itu kepadaku? Mengapa bunda tidak juga mau membuka rahasia yang menyelimuti kehadiranku di atas bumi ini? Bundaku sayang, harap bunda ingat bahwa aku yang bunda beri nama Lee Joon Ki ini, terlahir di atas bumi bukan atas kehendakku! Bunda mempunyai tanggung jawab pula atas kelahiranku di dunia, bertanggung jawab atas segala derita yang harus kupikul selama hidupku, selama aku belum kembali ke alam asal. Sekarang aku menderita, bunda, menderita karena gelisah dan ragu - ragu tentang asal - usul kelahiranku, maka sudah menjadi tanggung jawab bunda pula untuk meringankan derita ini!"

Mendengar tuntutan pemuda yang duduk bersimpuh di hadapannya itu, sang permaisuri menjadi makin terharu dan tak dapat ditahan pula membanjirnya air mata dari sepasang matanya yang masih indah dan bening.

”Putraku ........................ Lee Joon Ki, mengapa kau memaksa bundamu menggali kebusukan yang telah terpendam selama belasan tahun? Apa gunanya segala kebusukan itu digali dan dikeluarkan lagi? Hal ini hanya akan mendatangkan cemar kepadamu, Kepadaku, kepada keluarga kita! Kau sudah besar, mengapa kau masih mudah terpengaruh oleh rasa iri hati? Ayahandamu memberi pedang pusaka kepada Jang Geun Suk dan Yoon Shi Yoon, mengapa hal ini menyakiti hatimu benar? Kau tidak diberi pedang pusaka, tidak apa, anakku, bundamu masih dapat memberi sebilah pedang pusaka yang tiada duanya di seluruh Kerajaan Sungkyunkwan ini. Lihat, Pedang pusaka ini adalah Pedang pusaka ciptaan mendiang Master Park Shin Yang yang sakti. Pedang ini ampuh sekali, putraku, boleh diumpamakan sekali digunakan dapat membuat sungai menjadi kering dan gunung akan menjadi tumbang. Lenyapkanlah iri hatimu, nak, dan terimalah Pedang pusaka Master Park Shin Yang ini.”

Ratu Kim Ha Neul menyerahkan sebilah pedang yang terbungkus dengan sutera kuning. Lee Joon Ki menerima pedang itu dengan wajah masih muram, akan tetapi ketika ia membuka bungkusan kuning itu dan melihat ukirang sarung pedang yang indah, ia menjadi girang sekali. Ia memegang gagang pedang dan hendak dicabutnya, akan tetapi tiba-tiba terdengar pekik ibundanya mencegah,

"Jangan, Lee Joon Ki! Jangan kau mencabut pedang itu di hadapanku! Aku tak tahan melihatnya!”

Dengan heran Lee Joon Ki memandang ibundanya yang menutup muka dengan kedua tangannya seakan - akan tidak mau melihat pemandangan yang amat mengerikan. Lee Joon Ki mencabut pedang itu dan memandangnya dengan penuh perhatian. Tiba - tiba tangannya yang memegang gagang pedang itu menggigil. Ada sesuatu yang aneh pada pedang itu, seakan-akan ia melihat darah bertetes-tetes menitik dari ujungnya! Cepat-cepat ia masukkan kembali pedang pusaka ciptaan Master Park Shin Yang itu ke dalam sarungnya, kemudian ia bertanya kepada bundanya yang masih menutup kedua matanya dengan tangan,

"Bunda, darah siapakah yang menodai ujung Pedang ini?"

Ratu Kim Ha Neul menggigil mendengar suara itu. "Tidak, tidak ada darah Lee Joon Ki, jangan kau bertanya yang bukan - bukan!" Permaisuri ini menurunkan kedua tangannya dan Lee Joon Ki melihat betapa wajah bundanya menjadi pucat sekali dan kedua matanya merah karena menahan tangis.

Lee Joon Ki merubah posisi duduknya mendekati bundanya. Ia menyembah dan mencium kaki bundanya, lalu berkata,
"Bunda, junjungan hamba yang tiada duanya di alam ini, tiada gunanya bunda menyembunyikan lebih lama lagi rahasia itu kepada hamba."

Ratu Kim Ha Neul menundukkan wajahnya. "Anakku, Lee Joon Ki, kau tentu telah mendengar desas - desus yang tidak baik. Sampai berapa jauhnya berita berbisa memasuki telingamu.”

"Aduh, bunda, bunda yang kusayang! Masih sajakah bunda bertega hati membiarkan anak kandung bunda menderita dalam kebimbangan? Aku tahu dan yakin bahwa Ayahanda Raja Lee Bum Soo yang sekarang menjadi suami bunda bukanlah ayahku yang sesungguhnya!?

"Lee Joon Ki!" Ratu Kim Ha Neul menjerit kaget.

"Sesungguhnya, bunda. Aku telah mendengar riwayat bunda ketika Sungkyunkwan masih belum seperti sekarang keadaannya. Ketika bunda masih menjadi istri Raja Park Shi Hoo di Gyeongbokgung. Aku telah mendengar itu semua, betapa Raja Muda Park Shi Hoo terbunuh oleh kepala pasukan pengawalnya sendiri, Ayahanda Raja Lee Bum Soo yang sekarang bertakhta di Kerajaan Sungkyunkwan ini! Dan melihat Pedang Master Park Shin Yang ini........................ah, bunda, mataku tidak buta melihat perbedaan wajahku dengan mereka itu! Coba bunda lihat wajah anakmu ini, bandingkan dengan wajah Ayahanda Raja Lee Bum Soo, dengan Yoon Shi Yoon, dengan Jang Geun Suk. Adakah persamaannya? Bunda, bunda, kalau rahasia itu tersembunyi di dalam sebuah kamar, maka pintu kamar telah terbuka sebagian dan ananda telah mengintai dan melihatnya sedikit. Bunda tinggal membukakan saja pintu itu agar aku dapat memandang jelas, agar hatiku tidak menjadi gelisah dan bimbang. Kasihanilah ananda, dan ceritakanlah, siapakah sesungguhnya ayahku yang sebenarnya!"

"Ampun para Dewa!" Ratu Kim Ha Neul mengeluh. "Benarlah peribahasa yang menyatakan bahwasanya asap tak mungkin dapat terbungkus! Apa gunanya kusembunyikan lagi?" Ia lalu mengelus - elus kepala putranya. yang berlutut di depan kakinya, lalu berkata, "Anakku, sesungguhnyalah. Kau bukanlah putra Raja Lee Bum Soo yang sekarang bertakhta di singgasana Kerajaan Sungkyunkwan. Kau adalah putra Raja Park Shi Hoo yang telah meninggal dunia sebelum kau lahir.

Lee Joon Ki memeluk kaki bundanya dan mencium ujung kaki itu.

"Terima kasih bunda, atas keterangan yang amat berharga ini! Jadi kalau demikian, mendiang ayahku telah dibunuh oleh Lee Bum Soo yang kemudian merampas bunda menjadi permaisurinya?"

"Stt, Lee Joon Ki, jangan terlalu keras kau bicara! Hal itu telah lama terjadi dan kau tidak boleh menyebutkan nama Ayahandamu demikian saja. Kau telah menjadi pangeran di Sungkyunkwan, dan semua rakyat jelata menganggap kau sebagai putra sang baginda raja sendiri!”

Senyum mengejek menghias wajah Lee Joon Ki yang tampan.

"Memang benar putranya, ibunda, putra tiri! Sudah sepantasnya anak tiri dikesampingkan! Bunda, pernah aku mendengar dongeng tentang anak tiri yang dimasak dan direbus dalam kuali panjang, pengganti daging domba. Masih baik aku tidak direbus dan dapat hidup sampai dewasa.”

"Lee Joon Ki!”

"Bunda, jangan kepalang tanggung, mohon bunda ceritakan bagaimana Raja Lee Bum Soo membinasakan mendiang ayahanda!"

Bukan main sedih dan hancurnya hati Ratu Kim Ha Neul mendengar pertanyaan putranya itu. Ia amat mencintai putranya itu, akan tetapi ia juga mencinta suaminya, yang sekarang Raja Lee Bum Soo.

"Putraku Lee Joon Ki yang tampan, tenangkanlah hatimu, sabarkan perasaanmu. Hal itu telah amat lama terjadi dan seperti kataku tadi, tak perlu barang busuk yang telah terpendam bertahun - tahun digali lagi.

Hanya malapetaka dan kecemaran yang akan kita dapat dari penggalian itu. Ayahmu telah meninggal dunia, dan kau telah menjadi Pangeran Kerajaan Sungkyunkwan. Untuk apakah kau mengetahui segala peristiwa yang telah lama dilupakan orang itu?"

"Orang - orang boleh melupakan hal itu, bunda, akan tetapi aku tidak. Bahkan bunda sendiri boleh melupakan hal itu, namun aku tetap takkan dapat melupakannya."

"Lee Joon Ki........................!"

Pemuda itu memandang kepada bundanya yang menangis lagi dan berkatalah ia dengan suara memohon,

"Ampunkan ananda, - bunda! Biarlah mata hamba menjadi buta. telinga hamba menjadi tuli, dan biarlah hamba dikutuk dewata kalau hamba telah menyakiti hati dan perasaan bunda. Ananda tidak bermaksud menyinggung hati bunda, karena bunda tidak bersalah. Bunda sudah menjadi permaisuri, bahkan telah menjadi ibu suri, sudah tentu bunda harus setia terhadap suami dan raja! Ampunkan hamba, bunda !"

Ratu Kim Ha Neul mendekap kepala putranya di atas pangkuannya.

"Tidak, puteraku, dewata takkan mengutukmu, bahkan dewata akan melindungimu, akan berkasihan kepadamu yang tak berayah kandung lagi. Biarlah kuceritakan tentang pembunuhan itu, anakku. Ayahmu, Park Shi Hoo, Raja Park Shi Ho di Kerajaan Gyeongbokgung itu, telah dibunuh oleh Raja Lee Bum Soo yang dulu ada Panglima Kerajaan Gyeongbokgung dengan pedang pusaka ciptaan Master Park Shin Yang pemberianku tadi!”

"Apa ....................?" Lee Joon Ki memandang pedang itu dengan mata terbelalak dan ia mencabut pedang itu dari sarungnya.

"Jangan, Lee Joon Ki!" kembali Ratu Kim Ha Neul menjerit sehingga Lee Joon Ki sadar kembali dan cepat - cepat menyimpan pedang pusaka itu ke dalam sarungnya. "Ingat, putraku, kau adalah pangeran yang terbesar di antara semua pangeran. Kaulah yang kelak akan menggantikan kedudukan Raja Lee bum Soo, jangan kau melakukan hal - hal yang tidak patut."

Kembali Lee Joon Ki tersenyum, akan tetapi kali ini senyumnya merupakan ejekan. "Putera mahkota? Lamunan kosong, bunda. Dari sikap dan pandangan Raja Lee Bum Soo, aku yakin bahwa kelak tentu sang Raja akan memilih putranya sendiri menjadi raja. Aku?? Ah, hanya anak tiri, anak tiri yang patut direbus di kuali panjang !"

"Lee Joon Ki!"

Akan tetapi pemuda itu telah mengundurkan diri dan berlari keluar dari kamar bundanya yang memandangnya dengan penuh kegelisahan, kemudian permaisuri yang malang itu menjatuhkan diri di atas pembaringan dan menangis sedih.

***

Beberapa pekan kemudian semenjak terjadi peristiwa di dalam kamar Ratu Kim Ha Neul itu, terjadilah sebuah peristiwa yang amat hebat dan menggemparkan. Baginda Raja Lee Bum Soo telah dibunuh oleh seorang Prajurit!

Hal ini terjadi ketika sang Raja sedang makan pada petang hari. Seorang prajurit yang menyamar sebagai pelayan dan melayani sang Raja makan, tiba - tiba menyerangnya dan dengan sebilah pedang yang mengeluarkan cahaya berapi, punggawa itu menusuk dada sang Raja. Melihat Pedang itu, Raja Lee Bum Soo menjerit dan roboh mandi darah, lalu menghembuskan napas terakhir di saat itu juga.

Pada petang hari itu, kebetulan sekali Pangeran Lee Joon Ki masih duduk bercakap - cakap dengan para pengawal sang Raja di ruang depan. Mendengar jeritan mengerikan ini, Pangeran Lee Joon Ki lalu melompat dan dengan diikuti oleh para pengawal, ia lari menuju ke ruang makan sang Raja. Mereka melihat seorang prajurit hendak melarikan diri. Lee Joon Ki cepat menubruknya, merampas pedang itu dan dengan sekali tusuk saja robohlah prajurit itu, menggeletak di depan kaki Lee Joon Ki. Prajurit itu sebelum menghembuskan napas terakhir, masih kuasa memandang ke arah Lee Joon Ki dan berkata,

"Pedang itu..................Pedang itu...akan membunuhmu pula kelak! Pengkhianat........" Akan tetapi sebuah tusukan ke dua membuat kata - kata itu terbenam kembali ke dalam mulutnya.

Maka tersiarlah berita bahwa sang Raja telah dibunuh oleh seorang prajurit yang memberontak dan bahwa pemberontak itu telah terbunuh pula oleh Pangeran Lee Joon Ki! Hanya Ratu Kim Ha Neul, permaisuri yang malang itu saja yang dapat menduga bahwa prajurit itu tentulah suruhan Lee Joon Ki sendiri yang membalaskan dendam mendiang ayahnya kepada ayah tirinya, dan bahwa untuk menutup rahasianya, ia membunuh prajurit itu! Hancur luluh hati Ratu Kim Ha Neul sehingga ia sering kali menderita dan yang akhirnya membawanya ke alam baka, menyusul suami pertama dan suami ke duanya yang semua menjadi korban pedang pusaka Master Park Shin Yang. Sesungguhnya, Raja Lee Bum Soo terbunuh pula oleh pedang pusaka yang ampuh itu, yang dipinjamkan oleh Lee Joon Ki kepada prajurit tadi. Kalau bukan pedang pusaka Master Park Shin Yang itu, belum tentu prajurit tadi berhasil membunuh Raja Lee Bum Soo yang sakti dan kebal itu.

Oleh karena sang baginda Raja Lee Bum Soo tewas secara mendadak tanpa meninggalkan pesan sesuatu, maka menurut adat, Pangeran Lee Joon Ki sebagai putra sulung diangkat menjadi raja di Sungkyunkwan.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...