Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Jumat, 14 Januari 2011

Disasters Beautiful Mistress (Chapter 12-Tamat)


Baginda Raja Cha Seung Won duduk terkantuk-kantuk di atas kursi sambil menyedot pipa panjang. Bau tembakau yang dibakar memenuhi ruangan besar. Di sebelah kirinya duduk Patih Park Leeteuk. Di sebelah kanan berdiri Panglima Shindong Hee, Panglima pasukan Kerajaan.

“Selirku itu masih belum juga datang. Dan aku mendengar suara ribut-ribut di luar sana…..” kata Baginda Raja pula setelah lebih dulu menghembuskan asap pipanya jauh-jauh ke udara.

“Sebentar lagi selir Baginda Rajaitu pasti sampai,” jawab Panglima Shindong Hee. “Dan suara ribut-ribut di luar itu adalah suara perkelahian mereka yang sedang menangkap Ksatria Tongkat.”

“Hanya menangkap seekor monyet pengkhianat saja mengapa begitu riuhnya seperti tontonan pasar malam!” kata Baginda Raja. Dengan rasa tak sabar dia menyerahkan pipanya pada seorang punggawa lalu bangkit dari kursi, melangkah ke depan istana diikuti oleh Patih Park Leeteuk dan Panglima Shindong Hee.

Sewaktu Baginda Raja sampai di tangga depan istana perkelahian tengah berlangsung seru. Ksatria Tongkat Dari Selatan tampak berlumuran darah di wajahnya sebelah kanan akibat hantaman dari Kim Heechul yang tepat menghantam mata kanannya hinnga pecah dan mengucurkan darah. Dalam keadaan terluka begini sang Ksatria Tongkat mengamuk seperti harimau kemasukan setan. Dia sudah maklum tak bakal bisa lolos dari kepungan dua tokoh ksatria dan delapan prajurit itu. karenanya dia berjibaku. Mati tak jadi apa asal paling tidak salah seorang dari dua ksatria istana itu juga harus meregang nyawa di tangannya. Tongkat Lee Eunhyuk menderu ganas.

Menusuk dan memukul ke perbagai penjuru. Namun di jurus itu dia hanya mampu menghantam dua orang prajurit saja sementara gempuran serangan atas dirinya semakin membahayakan. Pada saat itulah dengan mata kirinya yang masih utuh Ksatria Tongkat melihat Baginda Raja muncul di tangga istana sementara kereta yang membawa Shin Min Ah juga sampai di depan tangga dan berhenti di hadapan raja Cha Seung Woo.

“Baginda Raja Cha Seung Woo!” teriak Ksatria Tongkat seraya melompat mendekati tangga istana. “Awas! Gadis di atas kereta itu adalah Shin Min Ah! Pemberontak yang sselama ini dicari-cari…..!”

Ucapan Lee Eunhyuk alias Ksatria Tongkat hanya sampai di situ. Untuk kedua tangan Kim Heechul berdesing ganas, menghantam batok kepala Ksatria Tongkat hingga manusia yang pernah membaktikan dirinya pada istana ini harus menemui ajal di tangan kawannya sendiri! Ksatria Tongkat terkapar di ujung tangga istana dengan kepala pecah! Serta merta perkelahian pun berhenti.

Kejadian yang mengerikan itu agaknya sama sekali tidak begitu menarik perhatian sang raja. Dia memalingkan kepala ke arah gadis cantik jelita yang duduk di atas kereta, yang sebentar lagi akan diboyongnya ke dalam kamar istana. Dia sendiri yang akan memegang tangan Shin Min Ah, membantunya turun dari kereta lalu membawanya masuk ke dalam istana. Namun maksud sang raja tak pernah kesampaian. Dari atas kereta terdengar suara pekik menggelegar, mengejutkan semua orang. Selagi semua orang terkesiap kaget, tubuh Shin Min Ah tampak melompat. Sinar merah tiba-tiba membersit di sertai hawa panas menebar angker.

“Pedang Choshinsei!” teriak Kim Kangin, Panglima Shindong Hee dan Patih Park Leeteuk, juga Lee Heechul ketika semua mereka melihat benda yang tergenggam di tangan, calon selir yang sebenarnya adalah Shin Min Ah, musuh besar kerajaan. Semua orang memburu. Namun jarak mereka dari raja terpisah cukup jauh. Selagi Baginda Raja tercekat tak mengerti apa yang sebenarnya telah dan akan terjadi, Pedang sakti di tangan Shin Min Ah telah menghujam dalam di pertengahan dadanya!

“Celakalah Kerajaan!” seru Kim Heechul menyaksikan raja Cha Seung Won berlumuran darah sambil memegangi dada, tertegak gontai lalu roboh di anak tangga kedua.

“Baginda Raja Cha Seung Won tewas!” seru Kim Kangin.

Semua yang menyaksikan bagaimana tubuh Baginda Raja sesaat berkelojotan, matanya membeliak. Dari mulutnya keluar ludah membuih lalu sekujur tubuhnya tampak menghitam seperti hangus!

Dalam keadaan seperti itu Shin Min Ah membalikkan diri menghadap orang-orang itu seraya mengacungkan Pedang Choishinsei yang berlumuran darah ke atas.

“Kalian semua dengar!” teriak gadis itu. wajahnya buas dan matanya berapi-api.

“Pedang Choishinsei dalam genggamanku! Berarti tahta kerajaan ada dalam tanganku! Tahta memang menjadi hakku karena raja kalian sebelumnya telah merampas dari ayahku! Kalian harus tunduk semua padaku! Aku Shin Min Ah ratu penguasa di negeri ini!”

“Gadis nekad!” terdengar seruan dari tembok istana. Shin Min Ah melirik dan melihat Lee Joon Ki duduk di atas tembok itu. gadis ini mengomel dalam hati namun dia kembali menghadapi orang-orang itu. dia harus menguasai keadaan dengan cepat. Hanya saja Kim Heechul dan Kim Kangin merupakan orang tokoh pertam ayang tak bisa dibuat tunduk. Dengan ikat kepala diputar di tangan kanan Kim Heechul maju mendekat seraya berkata “Gadis pemberontak! Kau telah membunuh raja Cha Seung Won!

Nyawamu tak bisa diampuni!”

Wutt!!

Ikat kepala hijau berkelebat. Sinar hijau berkelebat, membuat Shin Min Ah terhuyung dan cepat mundur seraya menangkis dengan Pedang Choishinsei. Kim Heechul maklum akan kehebatan senjata di tangan lawan tak berani melakukan bentrokan. Dengan cerdik dia berkelit lalu menggempur lagi dari samping. Sementara itu Kim Kangin, Panglima Shindong Hee, sembilan Panglima lain dan puluhan prajurit telah melakukan pengurungan lalu mulai merangsak maju. Betapapun tingginya kepandaian Shin Min Ah, sekalipun senjata sakti tergenggam dalam tangannya namun menghadapi sekian banyak musuh benar-benar bukan tandingannya. Apalagi pakaian yang dikenakannya saat itu yakni pakaian wanita yang tidak memungkinkannya untuk bergerak leluasa. Dalam waktu dua jurus saja gadis ini sudah terdesak hebat.

Dalam jurus ketiga Pedang Choishinsei terlepas dari tangannya. Senjata mustika sakti ini cepat disambar Patih Park Leeteuk. Shin Min Ah sendiri melompat mundur sambil memegangi tulang lengan kanannya yang patah dihantam ikat kepala Kim Heechul!

“Kalian mau membunuhku?!” teriak Shin Min Ah sambil bersandar ke tiang besar halam istana. “Aku tidak takut mati! Matipun bukan satu kesia-siaan bagiku! Yang penting aku telah membalaskan sakit hati ayah bundaku! Membunuh raja kalian! Perampas tahta kerajaan milik syah ayahku!”

Dua buah pedang, satu tombak, satu jotosan berkekuatan tenaga dalam tinggi ditambah satu hantaman ikat kepala sakti berebut cepat melabrak tubuh Shin Min Ah. Sang dara yang memang nekad dan merasa tidak takut malah sengaja menghadang kematian dengan tabah.

“Gadis nekad! Benar-benar nekad! Gila!”

Terdengar teriakan jengkel dari arah tembok halaman istana. Bersamaan dengan itu menderu suara aneh laksana ribuan tawon mengamuk. Sinar putih perak menyilaukan berkelebat.

Traang…..trang…..trang!

Dua pedang dan satu tombak terbabat putus. Masing-masing pemegangnya terpental dan terpaksa lepaskan senjata mereka yang telah puntung karena gagang-gagang senjata itu mendadak sontak terasa panas seperti terbakar! Kim Kangin kucurkan keringat dingin. Kalau dia tak lekas menarik balik pukulannya, tangan kanannya akan cacat putus seumur hidup! Kim Heechul berseru tegang. Wajahnya pucat ketika dapatkan ikat kepala saktinya kini tinggal seutas benang. Helaian-helaian benang hijau melayang ke udara, jatuh bertebaran di halaman istana. Di depan sosok tubuh Shin Min Ah kini tegak seorang pemuda berambut gondrong sambil memegang sebilah senjata yakni sebilah Pedang yang bernama Pedang Iljimae.

“Ksatria Pedang Iljimae!” seru Kim Kangin dan Kim Heechul. Mereka berdua belum pernah bertemu dengan Lee Joon Ki. Tetapi melihat senjata yang ada dalam genggaman murid Master Park Shin Yang dari gunung Seongjusan ini keduanya segera maklum siapa adanya pemuda itu. kalau tadi mereka hendak bertindak garang maka kini terpaksa menahan diri.

“Ksatria Pedang Iljimae! Tidak disangka seorang bernama besar sepertimu ternyata membantu pemberontak!” tegur Kim Heechul.

“Aku tidak merasa dibantu oleh siapapun!” teriak Shin Min Ah. Lee Joon Ki menyeringai dan melirik sekilas pada sang dara, lalu menimpali. “Aku memang tidak membantunya!”

“Lalu mengapa muncul dan mencampuri urusan kami orang-orang kerajaan?!” tanya Kim Kangin.

Lee Joon Ki garuk-garuk kepala. “Itulah susahnya jadi manusia seperti aku ini. Aku bertindak tanpa memperdulikan siapa adanya gadis ini. Aku hanya tak ingin melihat darah tertumpah dalam ketidakadilan. Seorang gadis ingusan seperti ini hendak kalian bunuh beramai-ramai!”

“Pemuda lancang! Berani kau mengatakan aku!”

Wutt

Shin Min Ah hantamkan jotosan tangan kiri ke punggung Lee Joon Ki. Ksatria ini cepat berkelit ke samping. Tangan kirinya bergerak mengirimkan satu totokan. Detik itu juga Shin Min Ah merasakan tubuhnya kaku tegang.

“Gadis itu bukan gadis ingusan Ksatria Pedang Iljimae,” kata Kim Heechul dengan pelipis bergerak-gerak dan suara bergetar. “Dia adalah gembong pemberontak! Dia telah membunuh raja kami!”

“Kalau begitu kalian uruslah jenazah Baginda Raja!” sahut Lee Joon Ki pula. Lalu dengan gerakan cepat dia menggendong tubuh Shin Min Ah di bahu kirinya, sementara sang dara tidak hentinya berteriak-teriak marah.

“Hendak kau bawa ke mana gadis pemberontak itu…..?” kata Kim Heechul.

“Kemana aku ingin membawanya itu bukan urusan kalian. Aku minta jalan dengan segala hormat!”

Kim Kangin mendengus. “Nama besarmu kami hormati. Tapi jangan kira kami takut untuk melakukan sesuatu!” Habis berkata begitu Kim Kangin memberi isyarat.

Bersama Kim Heechul, sembilan panglima tinggi termasuk Panglima Shindong Hee, ditambah lagi lusinan prajurit, segera menyerbu. Lee Joon Ki sapukan Pedang Iljimae ke depan. Semua yang menyerang jadi kalang kabut dan berserabut mundur. Namun sebatang tombak sempat menusuk bahu kiri Shin Min Ah hingga gadis itu menjerit kesakitan lalu pingsan melihat darahnya sendiri. “Kalau kalian bersikeras dan tak mau menahan diri, darah akan lebih banyak mengucur di istana ini!”

Ancaman Lee Joon Ki itu membuat Kim Kangin dan Kim heechul saling pandang. Akhirnya Kim Heechul berkata “Kau boleh pergi. Tapi gadis pemberontak itu tetap harus kau tinggalkan di sini!”

“Kalian orang-orang kerajaan mau menang sendiri! Ayah dan Ibu gadis ini telah kalian bunuh! Tahta kerajaan kalian rampas! Apa itu masih belum cukup?!”

“Jika kau berpendapat demikian maka biar aku mengadu jiwa denganmu!”

Kim Kangin tak dapat menahan diri lagi dan siap melompati Ksatria Pedang Iljimae Lee Joon Ki.

Namun Kim Heechul cepat memegang bahunya dan membisikkan sesuatu. Kim Kangin meskipun masih penasaran tampak agak kendur amarahnya.

“Ksatria Pedang Iljimae!” kata Kim Heechul. “Saat ini kami perbolehkan kau dan gadis itu pergi. Tapi ingat satu hal. Kami tak akan tinggal diam. Kalian berdua tak bisa lari jauh! Pembalasan kami lebih kejam dari siksa neraka!”

Lee Joon Ki manggut-manggut sambil menyeringai. “Aku akan ingat baik-baik ucapanmu itu. Tapi satu hal dariku, kalian ingat pula baik-baik ucapanku ini. apa yang telah terjadi hari ini kuanggap selesai dan berakhir sampai di sini. Tak ada silang sengketa baru atau segala dendam kesumat. Tapi jika kalian kelak melakukan sesuatu terhadap salah satu dari kami, berarti kalian membuka pintu neraka untuk kalian sendiri!” Habis berkata begitu Ksatria Pedang Iljimae Lee Joon Ki keluarkan siulan panjang, membuat beberapa kali lompatan dan lenyap dari halaman istana.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...