Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Jumat, 14 Januari 2011

Disasters Beautiful Mistress (Chapter 11)


Ketika malam itu Patih Park Leeteuk melaporkan pada Baginda Raja Cha Seung Won bahwa seorang pencari kayu menemukan mayat Song Joong Ki dan dua prajurit di dalam jurang di tepi hutan belantara Seogwipo, raja Cha Seung Won tampaknya tak begitu tertarik. Dia yang sedang kasmaran malah menanyakan keadaan Han Ji Eun calon selirnya itu. sewaktu diberitahu Han Ji Eun tak kurang suatu apa, Baginda Raja tertawa cerah.

“Syukur calon selirku itu berada dalam keadaan baik-baik. Kuharap agar kau mengatur membawanya malam ini juga ke istana…..”

“Baginda RAja,” ujar Patih Park Leeteuk. “Apakah itu tidak terlalu cepat? Kita masih belum menujuh hari atas berpulangnya putra Baginda Raja Pangeran Lee Sungmin…..”

“Soal selirku dan putraku tak ada sangkut pautnya. Lakukan apa yang kuperintahkan. Atau kau ingin membantahku Patih Park Leeteuk?”

“Maafkan saya Baginda Raja. Bukan maksud saya berani membantah. Saya hanya menyampaikan sesuatu yang saya rasa baik. Saya hanya menurut perintah. Bagaimana dengan mayat Song Joong Ki dan dua prajurit itu……?”

“Bagaimana apa lagi? Urus penguburannya. Habis perkara. Kurasa mereka bertiga berkeluyuran malam tadi. Bukannya berjaga-jaga di rumah Shinhwa……”

“Menurut Nn. Han Ji Eun mereka tak pernah sampai ke rumahnya…..”

“Jelas itu satu bukti lagi. Mereka keluyuran. Dihadang para pemberontak yang menyelinap ke dalam Daehan Minguk dan dibunuh!”

“Mungkin begitu Baginda Raja. Namun orang-orang kita masih terus melakukan penyelidikan apa sebenarnya yang terjadi. Ada sesuatu ditemukan dalam saku pakaian Song Joong Ki.”

“Sesuatu apa?”

“Sepucuk surat. Agaknya dalam istana banyak musuh dalam selimut. Untuk jelasnya silahkan Baginda Raja membaca surat yang ditemukan dalam saku Song Joong Ki ini…..” Lalu Patih Park Leeteuk menyerahkan sepucuk surat yang sudah lecek dan kotor.

Lee Eunhyuk

Dengan tewasnya Master Jang Hyuk kekuatan kita jelas berkurang. Karenanya kita harus bergerak cepat sesuai dengan rencana. Sebelum aku mati, aku ingin Raja perampas tahta kerajaan itu menemui ajalnya. Harap kau segera menghubungi orang-orang kita untuk menentukan hari penyerbuan. Jangan lupa mencari tambahan kekuatan baru, terutama dari pihak tokoh-tokoh ksatria istana. Jabatan patih tetap menjadi bagian kau kelak.

Tertanda
Master Hyun Bin.


Kedua mata Baginda Raja terbelalak dan memandang tak berkedip pada patih Park Leeteuk.

“Jadi……Jadi….”

“Baginda Raja sudah membaca semua. Saya tinggal menunggu perintah…..” kata Patih Park Leeteuk ketika melihat memerahnya waja Baginda Raja Cha Seung Won.

“Panggil kepala prajurit pertama dan kedua. Bawa dua lusin perajurit! Tangkap keparat itu sekarang juga. Dan besok pagi gantung dia di alun-alun agar semua melihat apa akibat bagi seseorang yang menjadi musuh dalam selimut!”

“Perintah saya lakukan Baginda Raja. Saya mohon diri!” kata Patih Park Leeteuk.

“Tunggu dulu!” seru Raja Cha Seung Won. “Guru keparat bernama Hyun Bin itu! Kukira sudah mampus dia! Ternyata masih hidup. Apa sampai saat ini orang-orangmu masih belum mengetahui di mana tempat persembunyiannya?”

“Manusia satu itu sulit dilacak. Licin seperti belut…..”

“Sudah! Sudah! Pergi lakukan tugasmu Patih Park Leeteuk. Aku tak mau dengar cerita panjag lebar tentang kehebatan Master Hyun Bin keparat itu. yang perlu menangkap dan memancungnya! Lalu satu hal jangan lupa! Han Ji Eun, gadis yang akan jadi selir baruku harus berada di istana malam ini juga. Aku sudah memerintahkan kepala rumah tangga istana menyiapkan sebuah kamar baru di ujung kanan istana….”

“Baik Baginda Raja. Semua perintah akan saya lakukan….” Kata Patih Park Leeteuk lalu membungkuk memberi hormat dan berlalu dari hadapan raja Cha Seung Won.

Sebagai tokoh ksatria tingkat tinggi istana Lee Eunhyuk alias Ksatria Tongkat Dari Selatan mendapat tempat kediaman dalam lingkungan bangunan-bangunan istana. Rumahnya, sebuah gedung kecil tapi mewah terletak di sebelah timur pintu gerbang. Dia tengah duduk berangin-angin di balai-balai sambil mendengar kicauan burung ketika rombongan utusan Patih Park Leeteuk muncul, langsung menyerahkan surat yang ditemukan dalam saku pakaian Song Joong Ki.

“Ini fitnah busuk keparat!” teriak Ksatria Tongkat seraya menggebrak meja kayu di hadapannya hingga hancur berkeping-keping. Surat itu diremasnya lalu dibantingnya ke lantai. Sepasang matanya membelalak menatap dua orang yang tegak di hadapannya sambil melipat sepasang tangan masing-masing di depan dada.

“Kalian berdua adalah sahabat-sahabatku! Kalian pasti tidak mau mempercayai isi surat itu bukan…..?” kembali sang ksatria tongkat bicara.

“Apa yang tersirat itulah yang nyata Lee Eunhyuk.” jawab laki-laki berpakaian biru. Mulutnya senantiasa komat-kamit melafalkan sesuatu. Dia adalah Kim Heechul, kepala prajurit barisan pertama yang memiliki kepandaian dua tingkat di atas Ksatria Tongkat dan merupakan pimpinan dari seluruh tokoh ksatria istana yang mengabdikan diri pada kerajaan.

Di sebelah Kim Heecgul berdiri seorang lelaki berwajah pucat angker. Kedua pipi dan rongga matanya sangat cekung. Dia dikenal dengan nama Kim Kangin, merupakan Kepala Prajurit barisan kedua dan memiliki kepandaian satu tingkat di bawah Kim Heechul atau satu tingkat di atas Ksatria Tongkat.

Perlahan-lahan Lee Eunhyuk tegak dari kursi yang didudukinya. Dadanya turun naik tanda perasaannya berkobar. Dia memandang berganti-ganti pada kedua tokoh di hadapannya lalu berkata. “Kalian tidak bicara banyak. Jadi…..apakah kalian datang untuk menangkapku? Menangkap sahabat sendiri?!”

“Antara kita tetap sebagai sahabat-sahabat tak terpisahkan Lee Eunhyuk,” sahut Kim Kangin. “Hanya dalam soal tugas harap kau sudi memisahkan persahabatan dan kenyataan.”

“Kami harap kau ikut secara baik-baik. Di hadapan Baginda Raja Cha Seung Won kami akan berusaha membelamu.”

Ksatria Tongkat menyeringai sinis mendengar kata-kata Kim Heechul itu.

“Jika kalian berniat membelaku, kalian tak akan sampai datang kemari! Tidak kusangka, sahabat-sahabat yang kukira sejati malam ini menunjukkan belangnya. Jika kalian hendak menangkapku silahkan!”

Habis berkata begitu Ksatria Tongkat berteriak keras. Tubuhnya melesat ke atas, melewati antara bahu Kim Kangin dan Kim Heecgul dan sampai di taman gedung.

Dua lusin perajurit yang sejak tadi berjaga-jaga segera mengepung, sementara Kim Kangin dan Kim Heechul sudah berkelebat dan tegak mengapit sang ksatria Tongkat.

“Lee Eunhyuk. Aku anjurkan agar kau menyerah secara baik agar tak ada darah yang tertumpah!”

Ksatria Tongkat tertawa panjang. “Mulutmu sungguh manis. Tapi hatimu palsu! Aku lebih suka memilih mati bergenang darah dari pada menyerah!” Sepasang mata Ksatria Tongkat membelalak liar. Pada saat itulah dia melihat sebuah kereta terbuka memasuki pintu gerbang dikawal oleh enam perajurit di bwah pimpinan seorang panglima.

etika melihat gadis cantik yang duduk di atas kereta terbuka itu, entah bagaimana mendadak saja ingatan sang Ksatria Tongkat kembali pada peristiwa perkelahian di malam hari di daerah pesawahan. Darah sang Ksatria Tongkat tersirap. Wajahnya menunjukkan rasa kaget amat sangat. Kalau pada malam sang dara melayat dia masih belum ingat siapa adanya dara itu tapi saat ini mendadak saja ingatannya pulih kembali. Gadis di atas kereta itu, yang diketahuinya hendak diambil selir oleh Baginda Raja Cha Seung Won, sesungguhnya adalah musuh besar kerajaan yang sedang dicari-cari. Yaitu bukan lain ratu pemberontak Shin Min Ah!

Shin Min Ah sendiri merasakan dadanya berdebar sewaktu melihat Ksatria Tongkat memandang tak berkedip ke arahnya.

“Celaka kalau dia sampai mengenaliku,” bathin Shin Min Ah. “Aku datang kemari terlalu cepat. Ternyata Ksatria Tongkat itu belum ditangkap. Surat palsu yang kuselipkan di kantong Song Joong Ki pasti datang terlambat ke tangan raja…..”

Shin Min Ah memalingkan wajahnya, menghindari pandangan Ksatria Tongkat. Namun jalan pikiran sang Ksatria Tongkat justru tampak jernih. Dia ingat ketika memeriksa mayat Song Joong Ki dan dua anak buahnya, ketiga orang itu menemui ajal dengan badan hangus hitam. Berarti luka-luka yang dideritanya akibat tikaman senjata sakti. Dan kini dia tahu. Senjata sakti apalagi kalau bukan Pedang Choshinsei?!

“Gadis pemberontak! Kau mau kemana!” teriak Ksatria Tongkat lalu melompat ke arah kereta. Tentu saja para prajurit dan kepala Prajurit istana yang mengepung cepat merapati kepungannya.

“Kalian semua dengar! Gadis itu adalah Shin Min Ah, ratu pemberontak! Kita harus menangkapnya!” teriak Ksatria Tongkat.

Kim Kangin mendengus. “Jangan coba mengalihkan perhatian Lee Eunhyuk! Justru kaulah yang harus kami tangkap detik ini juga!”

“Tolol! Kalian tidak kenal siapa dia! Aku pernah berkelahi dengan dia. Gadis itu adalah Shin Min Ah, ratu pemberontak yang dicari-cari. Dia memiliki Pedang Choishinsei!”

Kim Heechul tertawa sinis. “Pemberontak tak menuduh pemberontak! Lee Eunhyuk, kau tahu siapa gadis itu? Dia adalah calon selir Baginda Raja Cha Seung Won. Kuharap mulutmu jangan kelepasan bicara yang tidak-tidak!”

“Kalian boleh mencincang aku! Tapi tangkap dulu gadis itu!” teriak Ksatria Tongkat marah dan sangat penasaran karena ucapannya.

Kim Heechul memberi isyarat. Belasan prajurit dan Kim Kangin kembali menyerbu. Terpaksa Ksatria Tongkat menghadapi orang-orang itu dan memutar tongkat bambunya dengan cepat. Dua prajurit terpekik dan terjengkang. Seorang roboh dengan dada mengucurkan darah akibat tusukan tongkat bambu, satunya lagi merangkak di tanah sambil mengerang karena tulang selangkangannya patah.

Meskipun orang-orang yang ada di situ tidak mempercayai kata-kata Ksatria Tongkat, namun dalam hatinya Shin Min Ah yang duduk di atas kereta merasa tak enak. Keadaannya kini sangat terancam. Dia harus mengambil satu keputusan. Selagi para tokoh Ksatria itu sibuk hendak menangkap Ksatria Tongkat dia harus mengambil keputusan, sekaligus melakukannya. Tangannya bergerak perlahan ke arah pinggang. Di situ tersembunyi Pedang sakti Choishinsei.

Di saat itu pula di pintu gerbang pekarangan istana terdengar suara siulan. Sesosok tubuh berkelebat lalu laksana seekor burung hinggap di atas tembok istana, duduk berjuntai menyaksikan perkelahian seru antara para tokoh Ksatria istana. Menurut orang yang duduk di atas tembok itu, dalam waktu singkat sang Ksatria pasti akan konyol dilabrak sereangan-serangan yang begitu banyak. Ketika berpaling ke arah kiri diapun tampak tercengang melihat siapa dara yang duduk di atas kereta terbuka.

“Gadis itu! kini dia ada pula di sini! Kalau dia benar pemberontak, berarti dia berada di sarang harimau! Nekad! Berani betul dia! Apa yang hendak dilakukannya di sini. Tapi eh, dia duduk di atas kereta diiringi para pengawal. Bagaimana mungkin…..?” Karena tak habis pikir orang yang duduk di atas tembok itu menggeleng-gelengkan kepala lalu mengaruk rambutnya beberapa kali. Inilah ciri-ciri Ksatria Pedang Iljimae Lee Joon Ki!

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...