Dengan jantung berdebar akupun masuk ke dalam. Bisa kulihat jelas ada sebuah peti mati yang masih terbuka disana,
“Jangan-jangan Ibu Tiffany meninggal? Kasihan dia.”
Lalu dimana Tiffany?
Mataku tertuju pada sesosok wanita berkerudung putih yang menangis sesenggukkan.
Itu pasti Tiffany, lalu aku mendekatinya.
“Tabahlah Tiffany, relakanlah beliau di sana, supaya beliau bisa pergi dengan tenang.” Dia mengangguk, namun masih saja menangis.
Kulingkarkan tanganku dibahunya, membiarkan Tiffany menangis di dadaku. Aku pun larut dalam kesedihannya.
“Siwon Oppa,” tiba-tiba saja Park Ji Yeon, adik Tiffany yang paling kecil menarik lengan kemejaku. Aku menoleh.
“Tiffany Eonni sudah meninggal, Oppa,” katanya lalu kembali menangis.
Meninggal?!? Lalu siapa yang aku peluk ini??? Aku melepaskan pelukanku lalu kuintip sedikit wajah dibalik kerudung itu.
Ya Tuhan, ternyata Ibu Tiffany!!! Aku pun pingsan seketika.
Nasib, nasib. Tiffany adalah satu-satunya gadis yang bisa menerimaku apa adanya, kini sudah tiada, batinku setelah sadar.
“Ini ada surat dari Tiffany Eonni untuk Siwon Oppa,” kata Park Ji Yeon sambil menyerahkan sepucuk surat untukku.
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar