Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Jumat, 14 Januari 2011

Disasters Beautiful Mistress (Chapter 10)


Hari pertama lenyapnya Pangeran Lee Sungmin mulai mendatangkan keresahan di kalangan istana, termasuk Baginda Raja Cha Seung Won, Panglima Kerajaan dan tentu saja anak istrinya. Siang hari kedua ketika sang pangeran masih juga belum muncul, keresahan itu berubah menjadi kecurigaan. Jangan-jangan sesuatu telah terjadi dengan dirinya. Lalu hal ini dihubungkan dengan keadaan kerajaan yang masih belum aman karena diketahui ada kelompok-kelompok pemberontak yang berusaha menimbulkan kekacauan. Sembilan kelompok pasukan segera dibentuk untuk melakukan pencarian.

Pagi hari ketiga mayat pangeran Lee Sungmin diketemukan terapung di telaga Myeongdong. Daerah kota dan seluruh kerajaan menjadi gempar. Mayat sang pangeran ditemukan dalam keadaan rusak menggembung namun masih dapat dikenali. Apalagi di tepi telaga kemudian ditemukan pula kuda tunggangannya. Yang menjadi pertanyaan mengapa saat itu Pangeran Lee Sungmin hanya mengenakan pakaian biasa. Lalu bekas luka pada tangannya menguatkan dugaan bahwa pangeran ini menemui ajal bukan karena kecelakaan biasa, tapi seseorang telah membunuhnya, lalu melemparkan mayatnya ke dalam telaga. Kerajaan berkabung selama dua minggu!

Sebelum jenazah dimakamkan keesokan harinya, terlebih dahulu disemayamkan di pendopo besar istana. Ratusan pejabat tinggi kerajaan termasuk para Kepala Desa dari berbagai penjuru datang melayat. Bahkan di bawah penjagaan ketat rakyat jelata juga diberikan kesempatan untuk menyatakan rasa duka cita mereka.

Sementara itu para pangliman dibantu oleh tokoh-tokoh ksatria istana secara diam-diam melakuan penyelidikan sebab musabab kematian Pangeran Lee Sungmin.

Larut malam sebelum Baginda Raja Cha Seung Won masuk ke peraduannya Patih Kerajaan diminta datang menghadap. Sesuai dengan suasana yang dihadapi sang patih menduga bahwa pemanggilan itu tentu saja ada seluk beluknya dengan upacara pemakaman besok. Namun alangkah terkejutnya patih ini karena Baginda Raja Cha Seung Woo hanya bicara sedikit, lalu menanyakan sesuatu.

“Patih Park Leeteuk, sewaktu orang banyak diberi kesempatan melayat, aku melihat seorang tua berpakaian serba putih, yang kukenal dengan nama Shinhwa. Ahli ukir barang-barang perak. Apakah kau melihatnya siang tadi…..?”

Patih Park Leeteuk itupun mengangguk. “Tentu saja saya melihatnya, Baginda Raja.”

“Apakah kau juga melihat gadis berparas cantik yang datang bersamanya?” tanya Baginda Raja lagi.

“Ya, saya melihat gadis itu.”

“Siapakah gadis itu Patih Park Leeteuk?”

Tak sempat saya selidiki. Kehadirannya memang menarik banyak perhatian karena kejelitaan parasnya dan kehalusan kulitnya. Apakah Baginda Raja menaruh kecurigaan terhadap gadis itu atau terhadap Shinhwa?”

Raja tersenyum dan mengusap-usap dagunya yang ditumbuhi bulu-bulu kasar. “Jauh dari itu Patih Park Leeteuk. Baru kali ini aku melihat gadis secantik itu. Kurasa dia merupakan perempuan tercantik di seluruh kerajaan….. Apa pendapatmu Patih Park Leeteuk?”

“Saya rasa begitu Baginda Raja,” jawab sang patih.

“Aku ingin menambah perbendaharaan isi istana.”

Mendengar kata-kata sang raja, Patih Park Leeteuk angkat kepala. Kini dia tahu apa sebenarnya maksud Baginda Raja Cha Seung Won memanggilnya. Sungguh tidak habis pikir patih Park Leeteuk itu. Dalam suasana berkabung begitu rupa, malah jenazah Pangeran Lee Sungmin masih belum dimakamkan, sang ayah, Raja di kerajaan itu telah memikirkan bahkan tertarik pada seorang gadis dan bermaksud menikahinya. Dunia hamper kiamat agaknya!

“Kenapa kau terdiam Patih Park Leeteuk?” Baginda Raj Cha Seung Won bertanya.

“Ah….. Saya perlu petunjuk lebih lanjut Baginda Raja.” Kata Patih Park Leeteuk.

“Aku ingin mengambil gadis itu. Apa kau masih belum jelas?”

“Sebagai istri atau selir, Baginda Raja?”

Raja tertawa lebar. “Menurutmu bagaimana?”

“Sebagai istri tentu saja tidak mungkin. Karena maaf Baginda Raja. Baginda Raja sudah punya empat istri. Berarti sebagai selir saja…..”

“Bagus kalau kau mengerti begitu. Sekarang kau kutugaskan untuk menghubungi Shinhwa, menyelidiki siapa adanya gadis itu dan sekaligus mengatakan maksudku mengambilnya sebagai selir……”

“Saya akan melakukannya Baginda Raja. Namun harap maaf mengingat kita masih dalam suasana berkabung, apa maksud itu tidak bisa ditunda sampai empat belas hari?’

“Empat belas hari terlalu lama patih Park Leeteuk. Besok selesai upacara pemakaman kau utus seseorang untuk memanggil Shinhwa dan sampaikan maksudku. Katakan pada orang tua itu, apapun hubungan gadis itu dengan dirinya itu satu kehormatan baginya. Kelak dia akan kuangkat jadi juru ukir istana. Berarti dia akan menerima sejumlah tunjangan setiap bulan dari istana…..”

“Kalau begitu titah Baginda Raja, saya akan melaksanakannya. Saya mohon diri. Hari hampir pagi……”

Sebagai seorang patih ternyata Park Leeteuk bukan seorang yang bisa menahan rahasia. Maksud Baginda Raja hendak mengambil gadis yang datang bersama Master Gong Yoo sebagai selir dituturkannya pada beberapa pejabat istana. Salah seorang yang akhirnya mengetahui hal itu adalah Lee Eunhyuk, tokoh ksatria yang dikenal dengan gelar Ksatria Tongkat Dari Selatan.

“Sebagai seorang Raja tentu saja Baginda Raja bisa berbuat begitu,” kata Ksatria Tongkat berbisik-bisik pada Patih Park Leeteuk. Saat itu mereka bersama yang lainl-ainnya berada di pendopo di mana jenazah Pangeran Lee Sungmin baru saja selesai dimandikan. “Hanya, apakah tidak perlu asal usul gadis itu diselidiki lebih dulu?”

“Seharusnya memang demikian. Namun mengingat dia datang bersama Shinhwa, orang tua yang termasuk dalam daftar bersih, maka hal itu rasanya bisa dilupakan. Hanya menurutku waktunya yang kurang tepat. Terlalu tergesa-gesa memikirkan selir jelita. Padahal putranya dikubur pun belum!”

Ksatria Tongkat hanya tersenyum kecil mendengar kata-kata sang patih. Sebentar-sebentar dia meraba pinggangnya.

“Kelihatannya kau kurang sehat……”

“Sakit pinggangku kambuh lagi,” jawab sang ksatria Tongkat. Padahal rasa sakit di pinggangnya itu adalah bekas hantaman pukulan Lee Joon Ki beberapa hari lalu.

Setelah berpikir-pikir sejenak Ksatria Tongkat berkata “Terus terang gadis itu memang cantik sekali. Kulitnya halus luar biasa. Rambutnya yang hitam tebal dan panjang membuat mata lelaki tak bisa lepas dari memandangi wajah dan auratnya. Tak salah kalau Baginda Raja Cha Seung Won sangat terpikat. Aku rasa-rasanya pernah melihat gadis itu sebelumnya. Tapi sulit kuingat di mana dan kapan……”

Patih Park Leeteuk menepuk-nepuk bahu sang ksatria Tongkat seraya berkata “Itu hanya rasa-rasamu Lee Eunhyuk. Begitu sifat lelaki jika melihat perempuan cantik. Aku khawatir kaupun terpikat…..”

“Kau betul. Tapi siapa yang berani bersaing dengan Baginda Raja?”

Menjelang petang setelah siangnya dilakukan pemakaman jenazah Pangeran Lee Sungmin, seorang utusan Patih Kerajaan datang ke tempat kediaman juru ukir Shinhwa.

“Tn. juru ukir, kau diminta datang menghadap Patih Park Leeteuk sekarang juga,” sang utusan menyampaikan pesan. Diam-diam Shin Min Ah ikut mendengarkan pembicaraan dari ruangan sebelah.

“Jika Patih Kerajaan menyuruh menghadap pasti ada sesuatu yang penting. Mungkin menyangkut soal ukir-mengukir. Apakah sebagai utusan kau mengetahui maksud Patih Kerajaan memanggilku?” tanya Master Gong Yoo. Baginya pemanggilan dirinya hanya berarti dua. Dirinya dicurigai. Atau jeratnya sewaktu membawa Shin Min Ah melayat ke istana sudah tepat mengenai diri Baginda Raja Cha Seung Won yang diketahuinya memang seorang lelaki mata keranjang.

“Saya hanya seorang suruhan Tn. juru ukir. Mana saya tahu maksud Patih. Harap Tuan ikut saya sekarang. Kereta sudah disiapkan di luar……”

“Kereta?” batin Master Gong Yoo. “Hmmmmm……. Kalau begitu mungkin sekali jeratku sudah mengena. Jika bukan untuk satu berita yang kutunggu-tunggu mana mungkin patih mengirimkan keret auntuk menghormatiku. Jika aku dicurigai pasti serombongan pasukan sudah mengepung rumah ini!”

Master Gong Yoo menganggukkan kepala pada utusan yang datang. “Baiklah, sebelum pergi aku akan memberitahukan keponakanku dulu,” katanya.

Beberapa saat sebelum matahari terbenam, Master Gong Yoo kembali, diantar dengan sebuah kereta. Begitu masuk ke rumah, Shin Min Ah langusng menemuinya. Master Gong Yoo mengintai dari balik jendela. Setelah memastikan orang yang tadi mengantarnya telah pergi jauh baru dia membalik dan berkata “Sungguh tidak kusangka. Rencana kita akan terlaksana lebih cepat dari yang diduga. Jerat yang kita pasang telah mengena!”

“Apa yang telah terjadi Master Gong Yoo?”

“Baginda Raja Cha Seung Won melihat Ratu Shin Min Ah sewaktu melayat kemarin. Tadi sore Patih Park Leeteuk meminta saya menghadap. Memberi tahu kalau Baginda Raja telah memutuskan mengambil Ratu Shin Min Ah sebagai selirnya……”

“Kalau begitu kita harus menyusun rencana lebih terperinci. Pertama mengatur saat yang tepat kapan saya harus membunuh Raja Cha Seung Won. Lalu kapan orang-orang kita menyerbu istana mengambil alih kekuasaan……” Shin Min Ah nampak sangat bersemangat.

“Karena waktu hanya sedikit, kita harus bertindak cepat Ratu Shin Min Ah. Malam ini juga saya akan menemui orang-orang kita di pinggir kota. Baginda Raja akan memboyong Ratu Shin Min Ah ke istana dua hari kedepan. Pada malam pertama dia memasuki kamar Ratu Shin Min Ah, itulah saatnya dia harus dibunuh. Saya nanti akan membuatkan peta istana sehingga Ratu Shin Min Ah bisa mudah menyelinap melarikan diri. Menjelang pagi Ratu Shin Min Ah sudah harus muncul kembali memimpin orang-orang kita merebut istana…..”

“Bagaimana dengan tugas juru masak rahasia? Apakah dia mampu menyiapkan racun untuk tokoh-tokoh istana?”

“Orang kita yang satu ini tampaknya penggugup. Saya sudah menarik dia dari istana sebelum kedoknya terbuka. Berarti kita tetap mulai dengan membunuh Raja lebih dulu.”

“Pasukan yang akan menyerbu istana. Apakah jumlahnya cukup kuat?”

“Jumlah pasukan kita memang tidak besar Ratu Shin Min Ah. Namun unsur dadakan selagi mereka berada dalam suasana geger akibat kematian Raja Cha Seung Won membuat kita berpeluang besar untuk mengambil alih kekuasaan….”

“Kalau begitu Master Gong Yoo segera saja berangkat ke pinggir Kota.”

“Memang saya akan segera berangkat saat ini juga. Menurut Patih Park Leeteuk, atas kehendak Raja Cha Seung Won dia akan mengirim beberapa orang petugas untuk menjaga rumah dan sekitarnya malam ini. Saya pergi sekarang Ratu Shin Min Ah….”

“Baik Master Gong Yoo. Hati-hatilah….” Kata Shin Min Ah. Secepatnya Master Gong Yoo keluar, dia segera menutup pintu. Di dalam kamarnya Shin Min Ah mengambil Pedang Choishinsei dan mencabut senjata itu dari sarungnya. Sinar merah menerangi kamar.

“Pedang sakti, kau akan mendapat tugas besar. Setelah itu kau akan kembali menjadi lambang dan tumbal tahta kerajaan!”

Gadis itu cepat sarungkan senjata mustika itu kembali ketika di luar didengarnya suara derap kaki-kaki kuda mendatangi. Tak lama kemudian terdengar suara ketukan di pintu. Shin Min Ah menyelipkan Pedang Choishinsei di pinggang lalu keluar dari kamar.

Ketika pintu depan dibuka, sesosok tubuh tinggi besar tegak di hadapan Shin Min Ah. Orang ini langsung memberi hormat dan dengan kepala agak tertunduk dia berkata.

“Maaf Nona…. Saya diperintahkan Patih Kerajaan untuk memimpin penjagaan di sini malam ini. Saya Song Joong Ki, datang bersama dua orang bawahan….”

Selesai berkata begitu baru orang tersebut mengangkat kepalanya. Setelah jelas-jelas dia melihat wajah gadis di hadapannya maka Song Joong Ki berseru kaget seraya mundur “Bukankah….. bukankah Nona…. Kau….! Kau gadis pemberontak malam itu! Kau Shin Min Ah…..!”

Kata-kata Song Joong Ki hanya sampai di situ. Pada detik Song Joong Ki mengetahui siapa dirinya, Shin Min Ah mencabut Pedang Choshinsei dan secepat kilat menusukkannya ke dada kiri tokoh ksatria istana kelas tiga itu. dua orang prajurit yang ikut bersama Song Joong Ki dan berada di tangga rumah tentu saja terkejut menyaksikan kejadian itu. Keduanya melompati tangga memburu. Namun merekapun disambut dengan tusukan-tusukan senjata sakti hingga menemui ajal menyusul Song Joong Ki. Mayat ketiga orang itu dinaikkan ke atas kuda tunggangan masing-masing.

Setelah berganti pakaian Shin Min Ah menunggu sampai malam turun lebih gelap, lalu dalam kegelapan malam tiga kuda bersama tiga mayat itu dibawanya ke arah timur di mana terdapat sebuah jurang di tepi belantara.

Sebelum Song Joong Ki dilemparkannya ke dalam jurang bersama mayat dua perajurit itu, Shin Min Ah menyelipkan sepucuk kertas ke dalam saku pakaian Song Joong Ki. Dengan seringai puas gadis ini kemudian meninggalkan tempat itu. Di kejauhan terdengar suara anjing melolong. Dinginnya udara mulai menusuk persendian.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...