“Silakan minum, Kim Soo Hyun.” Katanya.
“Manis sekali sirup ini,” Kim Soo Hyun tersenyum setelah meneguk minuman itu. “Semanis orang yang membuatnya.”
“Wah, Bibi Chae Rim pasti senang dipuji begitu.” Han Hyo Joo tertawa kecil. Dia tahu, sebenarnya pujian itu ditujukan untuknya. Tapi, bukankah Bibi Chae Rim yang disuruhnya membuat minuman itu? Sedang dia sendiri, hanya ingin menghindar dari tatapan Kim Soo Hyun, lalu berpura-pura masuk membuat sirup.
Kim Soo Hyun ikut tertawa kecut. Dia tidak menyangka kalau minuman itu dibuat pembantu Han Hyo Joo.
“Han Hyo Joo, bolehkah aku setiap malam Minggu kemari?” tanyanya kemudian.
Han Hyo Joo ingin mengangguk, tapi entah kenapa dia menjawab “
“Boleh saja tapi….,”
“Tapi apa?”
“Tiap hari kan kita ketemu di sekolah.”
“Betul. Hanya saja kalau di sekolah rasanya tidak bebas.”
Han Hyo Joo terdiam. Keheningan menyergap.
“Han Hyo Joo, maukah kau menjadi kekasihku?” pertanyaan Kim Soo Hyun membuyarkan hening. Ditatapnya Han Hyo Joo dengan mata penuh pijar bintang.
Han Hyo Joo menunduk. Rasanya terlalu cepat Kim Soo Hyun mengucapkan kalimat itu. Terlalu tiba-tiba meski dia mendambakan seorang kekasih tapi bukan begitu caranya. Lagipula, dia tidak merasakan adanya debar-debar manis mendengar kalimat itu. Padahal Jeon Boram pernah bilang, kalau kita jatuh cinta pada seseorang, pasti kita merasa berdebar-debar bila dia mengucapkan kata cinta atau kata lainnya yang menjurus kesana. Tapi, aku tidak merasakan hal itu, pikir Han Hyo Joo. Aku ragu, apakah aku juga menyukai Kim Soo Hyun.
“Kim Soo Hyun….,” Han Hyo Joo mengangkat kepalanya setelah membisau beberapa saat. “Aku…ah, beri aku waktu untuk menjawabnya.”
“Oh, tentu saja Han Hyo Joo.” Kim Soo Hyun tersenyum. “Aku akan menanti jawabanmu.”
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar