Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Jumat, 14 Januari 2011

Disasters Beautiful Mistress (Chapter 9)


Keesokan harinya, tepat pada saat sang surya mencapai titik tertingginya di atas bumi, Kepala prajurit Daehan Minguk Pangeran Lee Sungmin muncul di rumah juru ukir Master Gong Yoo atau lebih dikenal dengan Shinhwa. Sesuai permintaan Master Gong Yoo, Pangeran ini datang berkuda seorang diri dan tidak mengenakan pakaian keprajuritan.

“Paman Shinhwa, aku sudah datang. Mana keponakanmu. Tentunya saat ini aku akan menerima berita menggembirakan!” kata Pangean Lee Sungmin begitu berhadapan dengan Master Gong Yoo.

“Tak lama setelah pangeran pergi hari kemarin, saya telah menemui Han Ji Eun dan menceritakan apa yang menjadi maksud pangeran. Dia tidak memberikan kata putus. Tapi percayalah pangeran, Han Ji Eun pasti bersedia menjadi istri pangeran. Hanya saja katanya dia ingin bicara langsung dengan pangeran…..”

“Kalau begitu panggil dia kemari agar segala pembicaraan dapat dilakukan secara cepat,” kata Pangeran Lee Sungmin pula penuh tidak sabar.

“Gadis itu tidak ada di sini,” jelas Master Gong Yoo.

Kedua mata Pangeran Lee Sungmin membesar dan alisnya naik terjungkat.

“Apa maksudmu Paman? Keponakanmu tak ada di sini?’

“Betul…. Menjelang siang tadi dia pergi ke telaga Myeongdong di timur Daehan Minguk. Dia menunggu di sana dan berpesan agar pangeran datang menemuinya di situ. Dia sengaja memilih tempat tersebut karena bisa bicara bebas. Tak ada yang melihat, tak ada yang mendengar…..Apakah pangeran berkenan datang ke situ menemuinya?”

Pangeran Lee Sungmin tertawa lebar. “Tentu saja! Tentu saja aku akan menemuinya di telaga itu!” jawabnya. Lalu tanpa menunggu lebih lama dia cepat-cepat meninggalkan rumah Master Gong Yoo, memacu kudanya kencang-kencang menuju ke timur.

Telaga Myeongdong merupakan sebuah telaga kecil tetapi dalam. Di sekelilingnya terdapat batu-batu besar berwarna hitam, pohon-pohon tinggi berdaun lebat. Daun-daun yang aneka warna dari pepohonan memantul ke dalam air hingga air telaga itu terlihat seperti berwarna-warni.

Ketika sampai di sana, Pangeran Lee Sungmin segera melihat sesosok tubuh yang elok duduk di atas sebuah batu, membelakanginya. Pengeran ini melompat turun dari kudanya, langsung mendapatkan perempuan yag duduk di atas batu. “Sudah lamakah kau menungguku di sini Han Ji Eun…..?” pangeran menegur.

Orang di atas batu yang memang adalah Han Ji Eun alias Shin Min Ah memberi hormat, namun dia tidak turun dari batu besar itu. Pangeran Lee Sungmin ikut duduk di atas batu, dekat sekali dengan Han Ji Eun hingga dia dapat mencium bau harum yang keluar dan menebar dari tubuh serta rambut sang dara.

“Indah sekali pemandangan di telaga ini,” kata sang pangeran.

“Apakah pangeran sering datang kemari?” tanya Shin Min Ah.

“Aku sering lewat di sekitar sini namun tak pernah mampir, apalagi duduk-duduk di batu seperti saat ini…”

“Apakah pangeran tidak marah karena berlancang diri menyuruh pangeran datang kemari?”

“Kalau aku marah, aku tak akan datang. Lagi pula yang akan kutemui adalah calon istriku sendiri!”

Shin Min Ah tersenyum, membuat sang pangeran tambah mabuk kepayang. “Jadi pangeran rasa pasti kalau saya suka dan bersedia menjadi istri pangeran yang ketiga?”

“Aku merasa pasti. Eh, memang kenapa sampai kau bertanya begitu? Mungkin….?” Pangeran Lee Sungmin merasa tak enak. Matanya memandang tak berkedip lalu tangannya menjamah bahu Shin Min Ah.

Kembali sang dara tersenyum. “Saya ingin memperlihatkan sesuatu. Bolehkah…..?’

“Tentu, tentu saja. Apa ang ingin kau perlihatkan Han Ji Eun?” mendadak saja darah sang pangeran terasa panas dan dadanya berdebar. Tangannya yang memegang bahu turun mengusap bagian bawah leher Shin Min Ah. Tangan kanan Shin Min Ah saat itu turun ke pinggang memegang tali yang mengikat pakaiannya, makin keras debar jantung sang pangeran. Gadis ini hendak membuka pakaiannya. Lalu…..ingin memperlihatkan auratnya? Namun Shin Min Ah sama sekali tidak membuka tali ikatan pakaiannya itu dia mengeluarkan sebilah pedang. Lalu diperlihatkan pada Pangeran Lee Sungmin seraya bertanya “Tahukah pangeran, apa yang ada di tangan saya ini?”

“Pedang! Sebilah pedang!” sahut Pangeran Lee Sungmin.

“Maksud saya pedang apa? Biasanya setiap senjata itu selalu diberi nama…..dapatkah pangeran menerangkannya?”

Pangeran Lee Sungmin memang pernah mendengar tentang Pedang Choishinsei. Tapi seumur hidup dia belum pernah melihatnya. Karenanya tentu saja dia tak tahu nama pedang yang diperlihatkan Shin Min Ah.

“Sulit bagiku menerka pedang itu. Apakah itu penting? Dan ada hubungannya dengan maksudku mengambilmu jadi istri?”

“Betul sekali pangeran. Senjata ini ada hubungannya dengan maksud pangeran itu….”

“Kau….kau akan memberikannya padaku atau bagaimana?” tanya Pangeran Lee Sungmin. Makin lama makin tak mengerti dia apa yang sedang dituju oleh gadisjelita itu.

“Apakah pangeran ingin memilikinya?’ tanya Shin Min Ah.

“Ah….kau baik sekali. Aku benar-benar sangat terkesan akan sifat pribadi dirimu, Han Ji Eun. Tapi aku tak menginginkan pedang itu. aku menginginkan dirimu…..” jari-jari tangan sang pangeran yang mengelus-elus leher sang dara bergerak turun, menyapu di bagian dada yang membusung lembut.

“Pangeran belum melihat badan pedang ini. Akan saya perlihatkan pada pangeran,” kata Shin Min Ah lalu perlahan-lahan mencabut Pedang Choishinsei dari sarungnya.

Begitu pedang keluar dari sarangnya, sinar merah memancar menyilaukan dan hawa panas membersit membuat Pangeran Lee Sungmin terkesiap dan bergerak mundur, menatap senjata itu dengan pandangan kagum.

“Senjata luar biasa!” katanya memuji. Ini pasti senjata sakti…..”

“Benar pangeran. Ini memang senjata sakti. Dan akan saya buktikan kesaktiannya!” selesai berkata begitu, tiba-tiba Han Ji Eun alias Shin Min Ah menusukkan Pedang Choshinsei ke dada Pangeran Lee Sungmin. Pangeran ini berseru kaget dan cepat menepis dengan tangan kanannya. Meskipun dia dapat menyelamatkan dada namun lengannya tersayat dalam. Darah mengucur deras. Hawa sangat panas seperti memanggang tubuhnya. Pangeran ini menjerit kesakitan. Kulit tubuhnya perlahan-lahan tampak menghitam. Pakaiannya berubah kecoklatan seperti hangus. Pangeran Lee Sungmin menjerit terus. Karena tak sanggup lagi menahan hawa panas yang membakar tubuhnya, dia lari menceburkan diri ke dalam telaga Myeongdong. Namun air telaga yang sejuk itu tak dapat melenyapkan hawa panas tersebut. Tubuh sang pangeran nampak menggeliat. Tangan dan kakinya mengejang. Asap mengepul dari tubuh itu tak beda sebuah benda panas dicelupkan ke dalam air. Tak lama kemudian tubuh itu tak bergerak lagi dan perlahan-lahan tenggelam lenyap dari permukaan telaga.

Han Ji Eun alias Shin Min Ah jatuhkan diri, berlutut di tepi telaga seraya mengacungkan Pedang Choishinsei yang masih terbungkus darah. Dari mulutmya terdengar ucapan.

“Ayah…..ibu! Korban pertama jatuh sudah! Doakan agar anakmu dapat melanjutkan pembalasan agar sakit hati dan dendam berkesumat terbalaskan. Agar tahta Kerajaan kembali ke tangan kita……”

Masih ada beberapa patah kata lagi sebenarnya akan diucapkan gadis itu. namun telinganya yang tajam mendengar suara semak belukar terkuat, disusul oleh langkah-langkah kaki datang mendekat. Shin Min Ah melompat bangkit dan berbalik. Pedang Choishinsei siap di tangan.

“Kau!” seru gadis itu ketika melihat siapa yang tegak di depannya.

“Kau juga!” balas orang yang barusan datang. “Apa yang kau perbuat disini…..?’

“Kau tak layak bertanya yang bukan urusanmu!” Dalam hatinya Shin Min Ah bertanya-tanya apakah pemuda di hadapannya itu tahu atau menyaksikan apa yang terjadi.

“Kau betul. Aku tak layak mencampuri urusanmu. Hanya saja tadi aku mendengar suara orang menjerit-jerit….. dari arah sekitar sini.”

“Mungkin hanya pendengaranmu yang menipu diri sendiri. Tak ada yang menjerit di sini. Barangkali juga suara setan yang kau dengar. Lagi pula bukankah kau sendiri mengaku berotak miring. Jadi apa pun yang kau dengar hanya perasaan belaka!”

Pemuda di hadapan Shin Min Ah yang bukan lain adalah Lee Joon Ki tertawa tergelak.

“Ya, beginilah nasib orang yang otaknya miring. Tapi aku melihat darah di pedang sakti itu. Eh, kau masih saja main-main dengan benda itu. Bukankah sudah kukatakan agar disimpan baik-baik…..?”

Shin Min Ah memasukkan Pedang Choshinsei ke dalam sarungnya tanpa membersihkan noda darah. Lalu menyimpannya di balik punggung.

“Nah, sudah kusimpan!” katanya. “Sekarang kau pergilah dari sini. Antara kita tidak ada apa-apa lagi!”

“Eh, mentang-mentang kau kini berdandan dan berpakaian cantik bagus…..”

Shin Min Ah tak lagi mengacuhkan Lee Joon Ki. Dia melangkah ke balik serumpun semak belukar. Dari balik semak-semak ini dia mengambil sebuah buntalan. Dari buntalan dikeluarkannya sehelai pakaian dan celana putih, juga sehelai sapu tangan besar berwarna putih yang biasa dipakai untuk ikatan atau penutup kepala. Dengan cepat Shin Min Ah mengenakan pakaian putih itu. Lalu menyingsingkan pakaian wanitanya tinggi-tinggi sehinga kakinya sampai sebatas pertengahan paha terlihat jelas dan membuat sepasang mata Lee Joon Ki terbuka lebar-lebar menyaksikan pemandangan ini. Sebaliknya seperti tak acuh Shin Min Ah terus saja mengenakan celana panjang putih. Selesai berpakaian dia menutupi kepalanya dengan sapu tangan. Lalu dari kantong baju putih diambilnya sebuah kumis palsu, langsung dipasangnya di bawah hidung.

Sambil garuk-garuk kepala Lee Joon Ki berkata “Kau ini harusnya seorang pemain sandiwara yang cekatan!”

“Dengar pemuda otak miring…..!” kata Shin Min Ah. Sikapnya tegas tapi justru membuat Lee Joon Ki tak dapat menahan tawa. “Aku akan meninggalkan tempat ini. Awas kalau kau berani mengikuti!”

“Kau benar-benar gadis aneh! Apa arti semua ini……?!” tanya Lee Joon Ki.

Tapi dia tak mendapat jawaban. Sang dara berkelebat dan lenyap di balik belukar tinggi. Ketika Lee Joon Ki bergerak hendak mengejar, sebuah benda laksana anak panah melesat menyambar ke arah kepalanya. Cepat-cepat ksatria ini merunduk selamatkan diri. Benda itu ternyata patahan sebuah ranting kayu.

“Gadis aneh tapi nekad!” desis Lee Joon Ki.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...