Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Selasa, 18 Januari 2011

Oleander Flowers (Chapter 1)


Matahari sudah memanjat semakin tinggi. Sinarnya yang mulai menggatalkan kulit menerpa tanah yang lembab di bawah pohon-pohon bunga yang tumbuh di taman yang asri.

Angin yang lembut serasa berbisik lamat-lamat tentang gadis yang sedang berduka, yang sedang duduk diatas sebuah kursi panjang disebelah sebatang bunga mawar yang berwarna merah muda.

Putri Raja Lee Joon Hyuk, Raja di Gwangmyeong sedang merenungi luka di hatinya.

Biasanya ia duduk dan bercengkerama bersama ibundanya, dan kadang-kadang bahkan bersama ayahandanya pula di taman. Kadang-kadang ibundanya sendiri merawat pohon-pohon bunga di taman itu. Bunga mawar, bunga anggrek, bunga krisan dan yang mendapat perawatan khusus adalah segerumbul bunga melati di sudut taman, yang diberi pagar kayu serta terawat rapi.

Tetapi hari itu Putri Kim So Eun duduk sendiri, meskipun jaraknya tidak lebih dari lima langkah, tetapi gadis itu seakan-akan, tidak menyadari kehadiran seorang pelayan istana yang duduk mangamatinya.

“Putri! Pelayan istana itu bergeser mendekat.

Gadis yang sedang berduka itu tidak berpaling kepadanya.

“Putri Kim So Eun!

Putri Kim So Eun masih saja berdiam diri.

“Putri masih nampak selalu berduka!

Putri Kim So Eun menarik nafas panjang, perlahan-lahan ia berpaling, namun kemudian tatapan matanya kembali menerawang, memandang ke kejauhan.

“Sudahlah Putri, jangan memperpanjang duka, biarlah Putri berusaha menyembuhkan luka itu, hamba tahu putri, bahwa luka itu tentu terasa sangat pedih, tetapi putri tidak seharusnya membiarkan diri putri tersiksa oleh duka!

“Aku tidak dapat segera melupakannya, Goo Hye Sun! sahut Putri Kim So Eun tanpa berpaling “ibunda pergi terlalu cepat!

“Tidak seorangpun dapat mengelak kematian, putri. Jika Yang Maha Pencipta memanggilnya menghadap, maka kita, tidak dapat mengelak ataupun menunda barang sesaat, kapanpun saat itu datang, siang, malam, pagi dan senja hari pada saat langit temaram dipajang di langit!

“Aku mengerti, Goo Hye Sun. Nalarku dapat berkata seperti yang kau katakan itu, tetapi perasaanku sulit aku kendalikan. Kenapa tiba-tiba saja ibunda pergi untuk selamanya!

“Ampun putri, jika hamba boleh mengatakan bahwa ibunda memang dikehendaki olah Yang Maha Pencipta kembali kepadanya. Karena itu, kita menyerahkannya dengan ikhlas!

“Apakah kau dapat berkata seperti itu jika ibumu yang dipanggil menghadap, Goo Hye Sun? Aku masih ingat ketika dua tahun yang lalu, nenekmu meninggal. Ketika seorang keluargamu datang memberitahukan kepergian nenekmu itu, maka kau langsung menangis, berguling-guling di tanah tanpa dapat ditenangkan, sehingga akhirnya kau jatuh pingsan. Bukankah saat itu, bahkan ibunda sendiri berusaha menenangkan hatimu. Ibunda juga mengatakan sebagaimana kau katakan kepadaku!

“Hamba putri. Tetapi waktu itu, berita meninggalnya nenek hamba itu datang dengan tiba-tiba. Hamba tidak pernah mendengar kabar bahwa nenek sakit. Sepanjang pengetahuan hamba, nenek hamba selalu sehat. Bahkan sebulan sebelumnya, ketika hamba mendapat kesempatan pulang selama tiga hari, nenek masih pergi ke sungai untuk mencuci pakaian. Kemudian, seperti biasanya setiap nenek ke sungai, maka di saat nenek pulang, tentu membawa sebuah batu. Bahkan nenek menganjurkan setiap anggota keluarganya yang pergi ke sungai, juga membawa sebuah batu sebesar buah kelapa!

“Batu?!

“Ya, putri!

“Untuk apa?!

“Dalam setahun, nenek dapat membuat pagar halaman rumah dari batu yang telah kami kumpulkan. Sehari, tiga orang diantara keluarga kami ke sungai, maka kami akan mengumpulkan tiga buah batu sebesar buah kelapa. Bahkan anak-anakpun telah dibiasakan melakukannya pula, yang tentu saja membawa bebatuan yang lebih kecil!

“Ternyata nenekmu seorang yang cerdik, Goo Hye Sun!

“Ya, putri, karena itu berita kematiannya sangat mengejutkan!

“Setelah itu, lebih dari setengah tahun kau masih nampak murung!

Pelayan Istana itu terdiam.

“Goo Hye Sun, Ibunda baru seratus hari yang lalu meninggal!

“Hamba Putri!

“Cintaku kepada ibunda tidak akan berakhir disaat ibunda pergi!

“Putri, tetapi benar kata orang, bahwa kita jangan terlalu dalam terbenam ke dalam duka, selain bagi ketenangan putri sendiri, jika kelihatan lebih ceria, akan sangat berpengaruh bagi ayahanda Putri, bagi Raja Lee Joon Hyuk!

Kim So Eun menundukkan wajahnya.

Raja Lee Joon Hyuk akan dapat kembali memusatkan perhatiannya kepada tugas-tugas yang diembannya. Tentu kadang-kadang terbersit pula kenangannya terhadap Ibunda Putri. Tetapi kecerahan wajah Putri akan menjadi penghiburan yang sangat berarti bagi Raja Lee Joon Wook. Demikian pula sebaliknya, sehingga akan timbul pengaruh yang baik timbal balik!

“Goo Hye Sun...?!

“Hamba Putri"

“Kau Pintar sekali, Goo Hye Sun!

“Ampun Putri. Ketika nenekku meninggal, ibu hamba menjadi sangat bersedih sebagaimana hamba. Kami berdua selalu murung. Bahkan setelah hamba kembali ke taman ini. Jika ibu datang menengok hamba, maka kami masih saja menangis bersama-sama mengenang kematian nenek. Ayah hambalah yang menasehati hamba dan ibu hamba agar kami tidak tenggelam ke dalam duka. Jika wajahku cerah, Ibu akan terhibur. Sebaliknya jika wajah Ibu cerah, aku akan terhibur.!

“Apakah wajahmu tiba-tiba menjadi cerah?!”

Pelayan Istana itu terdiam. Bahkan ia menundukkan wajahnya dalam-dalam.

“Aku sadari sepenuhnya bahwa apa yang kau katakan itu benar. Tetapi seperti yang aku katakan bahwa nalar dan persaanku masih belum sejalan. Aku mengerti semua yang dikatakan oleh seseorang yang mencoba menenangkan hatiku. Menghiburkan agar hatiku menjadi tenang. Tetapi perasaanku ternyata bersikap lain!

“Putri Kim So Eun. Itulah yang harus Putri Kim So Eun usahakan. Keseimbangan antara nalar dan perasaan!

“Siapa yang mengatakan itu Goo Hye Sun?!

“Orang-orang tua yang mencoba menenangkan hati hamba pada waktu itu, Putri!

“Goo Hye Sun, Bukan maksudku bahwa aku tidak mau mencobanya. Aku sudah mencoba, tetapi ternyata hatiku tidak cukup tegar untuk mengimbangi nalarku!

“Jika saja Putri berusaha dan tidak berputus asa. Kembalikan persoalannya kepada Yang Maha Kuasa!

Putri Kim So Eun tidak sempat menjawab, tiba-tiba saja perhatiannya tertarik kepada suara seruling yang seakan-akan menjerit tinggi. Mengalun bagaikan mengapung diatas angin yang semilir di taman yang asri itu.

“Kau dengar suara seruling itu, Goo Hye Sun?

“Saatnya anak-anak menggembalakan ternaknya!

“Dimana mereka menggembala? Suara itu terlalu dekat, Agaknya suara itu bersumber dari balik dinding Istana ini!

“Apakah Putri Kim So Eun tertarik kepada suara seruling itu?!

“Suaranya menyenuh hati. Aku ingin tahu, siapakah yang telah meniup seruling itu!

“Tentu seorang anak yang sedang menggembala, Putri!

“Tentu tidak sedekat itu, suara itu terdengar dekat seakan-akan aku dapat menjangkaunya dengan jari-jariku.

“Suara itu terbawa oleh angin!

“Goo Hye Sun..!

“Hamba Putri Kim So Eun!

“Bukalah pintu belakang Istana!

“Pintu belakang Istana..?!

“Ya..!

“Apakah itu diperkenankan...?!

“Atas perintahku!

“Akan tetapi hanya dalam keadaan yang sangat penting saja pintu itu dibuka.!

“Bagiku, suara seruling itu sangat menarik hatiku. Aku merasa perlu untuk melihat. Seandainya yang meniup seruling itu seorang anak gembala, maka alangkah senangnya ayah dan ibunya mempunyai anak yang mampu meniup seruling seperti itu. Dengarlah Goo Hye Sun. Suara seruling itu bagaikan terbang tinggi, melintasi awan yang sedang berarak, menggapai lapisan-lapisan langit yang lebih tinggi, sehingga menyentuh bulan yang sedang tersenyum manis.!

“Angan-angan Putri Kim So Eun, seperti bunga yang sedang mekar, melambung tinggi menggapai rembulan. Tetapi sekarang siang hari Putri.!

“Apakah angan-anganmu tidak pernah melayang-layang bersama awan yang bergerak di langit itu Goo Hye Sun..?!

“Ah, Indahnya mimpi-mimpi Putri Kim So Eun, Karena itu Putri, lupakan duka yang sedang Putri rasakan,!
“Karena itu, bukalah pintu belakang istana itu, Goo Hye Sun!

Pelayan Istana itu nampak menjadi ragu-ragu.

“Aku yang bertanggung jawab, Goo Hye Sun. Apalagi hanya sesaat, aku hanya ingin melihat, siapakah yang membunyikan seruling dibalik dinding Istana ini!

Pelayan Istana itu tidak dapat mengelak lagi, karena itu, maka Pelayan itupun pergi ke pintu belakang istana, diangkatnya kayu palang yang digunakan untuk mengunci pintu belakang istana itu, sehingga sejenak kemudian, maka pintu itu pun telah terbuka.

Ketika Putri Kim So Eun menjenguk keluar dinding Istana, maka Kim So Eun itupun terkejut.

“Kim Bum Oppa?!

Suara seruling itupun terhenti, seorang anak muda yang sedang duduk disebelah pintu belakang istana itupun bangkit berdiri. Hampir diluar sadarnya, maka Kim So Eun pun melangkah keluar.

“Putri, putri akan pergi kemana..?!

“Aku tidak pergi kemana-mana, Goo Hye Sun, aku hanya akan berdiri di pintu!

Pelayan istana itupun bergeser pula mendekati Kim So Eun yang sedang berdiri di pintu. Namun Pelayan itu terhenti ketika melihat seorang anak muda yang berdiri termangu-mangu diluar pintu.

“Kim Bum Oppa, Kenapa Oppa berada disini..?!

“Sudah lama aku duduk disini, Kim So Eun, aku tidak berani masuk lewat pintu gerbang!

“Kenapa Oppa, jika kau mohon ijin kepada ayahanda untuk menemui aku, ayahanda tentu mengijinkannya!

“Aku sangsi, Kim So Eun. Seandainya aku mohon kepada Raja Lee Joon Hyuk, maka aku tentu akan diusirnya!

“Kau berprasangka buruk terhadap ayahanda!

“Kau tahu, apa yang akan terjadi dengan ayahku?!

“Kenapa dengan Patih Lee Bum Soo?

“Oleh ayahandamu, ayahku telah disingkirkan jauh keluar dari Kerajaan ini!

“Kim Bum Oppa, Persoalannya pasti bukan persoalan pribadi. Aku yakin, bahwa ayahanda akan bersikap baik kepadamu!

“Aku mengerti Kim So Eun..!

“Tetapi kau sekarang sudah berada diambang pintu taman. Apakah keperluanmu?!

“Jangan berpura-pura tidak tahu, Putri Kim So Eun!

Kim So Eun menundukkan wajahnya.

“Kim So Eun, aku datang untuk menemuimu, aku ingin mendengar jawabanmu atas pernyataan yang pernah aku katakan kepadamu!

"Kim Bum Oppa! Suara Kim So Eun menjadi dalam sekali. “Kau tahu, bahwa aku baru saja kehilangan ibundaku!

“Aku tahu Kim So Eun, tetapi bukankah sudah ada jarak waktu sampai hari ini!

“Tetapi aku masih belum dapat melupakan saat-saat kepergian ibundaku!

“Kau harus menghadapi kenyataan Kim So Eun, sepeninggal Ratu Lee Young Ah, matahari masih beredar di jalurnya. Matahari itu tidak dapat berhenti karena seorang gadis sedang berduka. Aku sudah menyatakan, bahwa aku ikut kehilangan sepeninggal Ratu Lee Young Ah. Ibundamu sangat baik kepadaku, meskipun ia tahu, bahwa ayahku adalah seorang yang tidak pantas tinggal di Istana ini, tetapi hari-hari akan berlanjut, hidupku dan hidupmu!

“Aku mengerti, Kim Bum Oppa. Duka keluargaku memang tidak dapat menghentikan matahari yang berputar sesuai dengan iramanya sendiri, tetapi aku dapat berlindung dibawah rimbunnya dedaunan untuk menghindari terik sinarnya, hanya untuk sementara di saat hatiku belum siap menerimanya!

“Sudah berapa kali aku mendengar jawabanmu seperti itu, Kim So Eun!

“Maafkan aku, Kim Bum Oppa. Aku tidak berniat melukai hatimu, tetapi aku minta waktu!

Wajah Kim Bum menjadi tegang, tetapi iapun melangkah sambil berdesis.

“Aku adalah anak orang buangan, Kim So Eun. Aku tidak dapat berkata apa-apa lagi, aku minta diri!

“Oppa!

"Bukankah aku harus menunggu? Aku akan menunggu Kim So Eun. Sampai pada suatu saat hatimu tidak lagi disaput awan kelabu. Meskipun aku tidak tahu, sampai kapan aku harus menunggu!

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...