Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Jumat, 14 Januari 2011

Disasters Beautiful Mistress (Chapter 8)


Siang itu rombongan orang berkuda memasuki halaman rumah Master Gong Yoo, ahli ukir barang-barang perak terkenal di seluruh Daehan Minguk. Di depan sekali seorang lelaki muda, berpakaian sutra, lengkap dengan sebilah pedang di punggung. Lima orang lainnya berpakaian prajurit kerajaan bertindak sebagai pengiring dan pengawal.

Lelaki muda berpakaian mewah itu turun dari kudanya diikuti oleh lima pengawal.

“Kalian tunggu di luar sini. Aku tak akan lama…..” kata si lelaki muda.

Kelima pengiringnya mengangguk patuh. Dengan langkah besar dan tegap lelaki tadi masuk ke dalam rumah. Di pintu depan Master Gong Yoo keluar menyongsong.

“Paman Shinhwa, apakah pesananku tempo hari sudah selesai?” sang tamu ajukan pertanyaan.

Master Gong Yoo Mengaguk hormat sebelum menjawab.

“Sudah siap Pangeran. Hanya menurut saya kalau mungkin bisa diberi satu hari lagi saya akan memperhalus beberapa bagian yaitu pada bagian sayap dan ekornya. Tapi silahkan Pangeran masuk dahulu….”

“Ya, ambillah barang itu. Aku perlu melihatnya dahulu!”

Master Gong Yoo memberi jalan pada tamunya lalu menutup pintu kembali. Setelah mempersilahkan sang tamu masuk maka diapun melangkah ke tengah ruangan, memanjangkan lehernya ke pintu ruang tengah seraya berseru.

“Han Ji Eun….! Bawa kemari pesanan Pangeran Lee Sungmin. Beliau sudah datang untuk melihatnya….”

Pangeran Lee Sungmin hendak menanyakan sesuatu namun mulutnya terkunci ketika di pintu ruangan tengah muncul sesosok tubuh yang elok, dilengkapi paras cantik jelita mempesona. Dihias kepangan rambut hitam berkilat dan menebar bau harum. Yang muncul ini datang membawa sebuah ukiran perak berbentuk seekor burung garuda mengembangkan sayap. Di punggung binatang ini duduk dengan sikap gagah seorang berpakaian perwira tinggi dengan tangan kanan memegang sebilah tombak. Melihat paras perwira pada ukiran perak itu jelaslah mirip Pangeran Lee Sungmin, sang tamu.

Sepasang mata sang pangeran tidak tertuju pada ukiran burung garuda dan patung dirinya di atas punggung binatang itu, tetapi tertancap pada sang dara yang membawanya.

“Han Ji Eun….” Kata Master Gong Yoo. “Ini Pangeran Lee Sungmin. Kepala prajurit Daehan Minguk. Beri hormat padanya…..”

Sang dara yang dipanggil dengan nama Han Ji Eun, yang bukan lain adalah Shin Min Ah membungkuk dalam-dalam. Ketika hendak mengambil sikap duduk di lantai, sang pangeran yang sejak tadi terpana terpesona cepat membungkuk, memegang bahunya dan menyuruhnya berdiri kembali. Ketika Pangeran Lee Sungmin berpaling pada Master Gong Yoo, orang tua ini segera maklum akan arti pandangan itu. Maka diapun memberi keterangan.

“Harap maafkan Pangeran. Saya tak pernah menerangkan kalau saya masih memiliki seorang anak keponakan. Dia baru saja datang dari pantai utara. Saat ini dia hidup sebatang kara. Kedua orang tuanya dan seorang adik lelakinya menemui ajal sebulan yang lalu akibat gunung longsor. Itulah sebabnya saya memintanya datang kemari dan tinggal di sini sambil membantu pekerjaan saya….”

Pangeran Lee Sungmin mengangguk-angguk. Kedua matanya hampir tak berkedip.

“Apakah Pangeran tidak hendak melihat dulu ukiran itu….?’

Sang pangeran yang hampir terlupa akan maksud kedatangannya ke tempat itu seperti tersentak lalu cepat-cepat mengambil ukiran perak dari tangan Shin Min Ah. Sewaktu mengambil benda itu, Master Gong Yoo jelas melihat bagaimana jari-jari tangan sang pangeran sengaja mengelus jari-jari Shin Min Ah.

Pangeran Lee Sungmin memperhatikan ukiran burung garuda dan dirinya hanya sebentar saja. “Bagus! Sangat bagus! Tak perlu diperhatikan lagi paman Shinhwa! Aku cukup senang menerimanya!” Lalu mata sang pangeran kembali mengerling pada Shin Min Ah. Sesaat kemudian dia berkata “Paman Shinhwa, aku ingin berbicara sesuatu denganmu….”

Orang tua juru ukir sudah maklum maksud sang pangeran. Dia memberi isyarat pada Shin Min Ah sambil berkata “Masuklah Han Ji Eun….”

Shin Min Ah memberi hormat pada sang pangeran lalu cepat-cepat masuk ke dalam.

“Paman Shinhwa, kau yakin keponakanmu itu belum bersuami. Betul?”

“Betul pangeran…..”

“Bagus! Kalau begitu tak ada halangan bagiku untuk mengambilnya jadi istri…..!”

Master Gong Yoo tampak terkejut. Walau ini sebenarnya lebih merupakan satu kepura-puraan belaka.

“Pangeran bergurau agaknya…..”

“Aku tidak bergurau paman!”

Orang tua itu tertawa. “Dengar pangeran. Keponakanku hanya seorang turunan rakyat jelata. Bahkan tidak berayah dan tidak beribu lagi. Mana pantas dirinya dijadikan istri pangeran?”

“Soal pantas atau tidak bukan urusan. Lagi pula bagiku itu merupakan hal yang pantas. Lebih dari pantas. Terus terang baru sekali ini aku melihat gadis secantik dia…..”

“Ah, pengeran baru sekali ini saja melihatnya. Belum tentu dia bisa menjadi istri yang baik…..”

“Paman….” Kata Pangeran Lee Sungmin. “Sebagai seorang prajurit mataku sangat tajam. Aku tahu dan yakin sekali, keponakanmu itu seorang yang baik. Katakan padanya aku akan mengambilnya jadi istri!”

“Secepat itukah pangeran?”

“Lebih cepat lebih baik!”

“Ah, saya tak berani mengatakan pada Han Ji Eun…..” ujar Master Gong Yoo lalu pura-pura termenung.

“Jika begitu biar aku yang bilang padanya!”

“Pangeran terlalu mendesak. Berilah waktu dua hari pada saya. Di saat yang baik akan saya sampaikan pada gadis itu maksud pangeran…..”

“Dua hari terlalu lama. Satu hari saja! Besok, siang seperti ini aku akan datang lagi kemari….” Dari dalam kantung besar di pinggangnya Pangeran Lee Sungmin mengeluarkan empat keping mata uang perak dan menyerahkannya pada Master Gong Yoo.

“Ini untuk pembayar ukiran…..”

“Tapi ongkosnya hanya dua keping uang perak pangeran.”

“Aku tahu. Yang dua keping adalah sekedar pemberian dariku.”

“Terima kasih. Pangeran baik sekali….”

“Nah, aku pergi sekarang. Ingat paman Shinhwa. Besok siang aku akan datang.”

“Sebelum pangeran pergi saya ada beberapa permintaan…..”

“Ah, katakanlah. Kau ingin pinjam uang atau apa?”

Master Gong Yoo mengeleng. “Permintaan saya, apakah pangeran bisa datang besok seorang diri saja?”

“Tentu ! kenapa harus begitu paman?” tanya Pangeran Lee Sungmin.

“Saya tak ingin orang lain ikut tahu akan maksud pangeran…..”

“Itu soal mudah. Aku akan datang sendiri ke mari. Tanpa pengawal. Kalau perlu dengan pakaian biasa!”

“Itu lebih baik pangeran. Ketahuilah, sebenarnya Han Ji Eun sudah pernah dicalonkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang pemuda di Kaki gunung Seongjusan…..”

“Lupakan pemuda itu paman. Aku ini jelas sejuta kali lebih baik dari dia…..”

“Saya tahu pangeran. Satu lagi, tentunya kalau nanti Pangeran jadi menikahi keponakan saya, urusan dengan dua istri pangeran yang sekarang janganlah sampai menjadi pangkal silang sengketa di antara keluarga.”

“Ha….ha…..ha…..! Sampai berapa aku punya istri tak ada yang bisa ikut campur. Baik Baginda Raja, apalagi kedua istriku …..”

“Kalau bagitu senang hati saya mendengarnya,” kata Master Gong Yoo pula lalu mengantarkan Pangeran Lee Sungmin sampai di pintu pagar halaman.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...