Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Jumat, 14 Januari 2011

Disasters Beautiful Mistress (Chapter 6)


Saat itu malam telah menjelang fajar menyingsing. Di kejauhan langit sebelah timur tampak mulai terang kemerahan. Keadaan di pesawahan meskipun masih diselimuti kegelapan namun dalam jarak sampai sepuluh langkah seseorang masih dapat melihat cukup jelas orang lain di hadapannya.

Memandang ke depan Ksatria Tongkat, Song Joong Ki dan Shin Min Ah melihat seorang pemuda berpakaian putih-putih dan berambut gondrong tegak menyeringai sambil memegang Pedang ChoShinsei di tangan kanannya.

“Pemuda kurang ajar! Siapa kau berani-beraninya ikut campur urusan orang!” bentak Ksatria Tongkat. Lelaki itu marah bukan main.

Namun sebagai orang pandai yang banyak pengalaman dia tak mau gegabah. Jika seseorang berhasil mendahului kecepatan gerakannnya bahkan sekaligus sempat membuatnya terhuyung, berarti orang itu memiliki tingkat kepandaian yang bukan main-main.

“Manusia lancang ini harus dihajar! Lee Eunhyuk biar aku yang memberi pelajaran padanya!” yang bicara adalah Song Joong Ki. Suaranya keras hampir berteriak.

“Bagus Song Joong Ki, kau berilah pelajaran padanya!” kata Ksatria tongkat. Diam-diam dia sengaja memberi kesempatan pada Song Joong Ki padahal tujuan sebenarnya adalah untuk melihat sampai di mana kehebatan pemuda yang barusan muncul, dan begitu muncul berhasil merebut pedang sakti.

Dengan sikap garang Song Joong Ki melompat. Tangan kanannya bergerak menyambar rambut si pemuda untuk dijambak sementara tangan kanan kirimkan jotosan ke dada.

Buukk!

Tinju Song Joong Ki tepat melabrak dada pemuda baju putih. Tapi anehnya justru dialah yang kemudian jatuh terjengkang, di atas pematang sawah sambil merintih pegangi tangan kanannya yang tampak lecet. Sementara pemuda yang barusan dihantam tetap tegak tak bergeming malah masih menyeringai seperti tadi!

Malu, kesakitan dan merasa seperti dipermainkan membuat Song Joong Ki naik darah. Dia bangkit berdiri. Begitu tegak diahantamkan kaki kanan ke selangkangan si pemuda. Yang diserang keluarkan siulan nyaring lalu kaki kirinya melesat ke depan, mengangkat betis Song Joong Ki kuat-kuat ke atas. Akibatnya tak ampun lagi Song Joong Ki melintir dan terlempar ke dalam sawah berlumpur. Tubuhnya jatuh menelungkup, sekujur wajah dan tubuhnya sebelah depan habis belepotan.

Ksatria Tongkat Dari Selatan alias Lee Eunhyuk gigit-gigit bibirnya. Kalau tidak menyaksikan sendiri tentu dia tak akan percaya ada seorang tokoh ksatria istana kelas tiga di buat mainan oleh seorang pemuda tak dikenal.

“Orang muda, kau belum menjawab pertanyaanku. Katakan siapa dirimu….!” Ksatria Tongkat buka suara kembali.

Bukan menjawab sebaliknya pemuda yang ditanya malah membalik membelakangi sang Ksatria Tongkat, lalu melangkah ke hadapan Shin Min Ah.

“Adik, apakah pedang ini milikmu….?”

Sesaat Shin Min Ah diam saja. Kemudian dia menganggukkan kepala.

“Ini senjata bagus. Harganya tak ternilai dan kehebatannya pasti luar biasa. Ambillah dan simpan baik-baik. Jangan sampai kelihatan bangsa pencuri atau perampok seperti dua monyet itu…..”

Karena si pemuda bicara dengan suara keras seenaknya saja tentu kata-katanya itu terdengar oleh Ksatria Tongkat.

“Keparat! Kau benar-benar mencari penyakit pemuda edan….!”

Tapi untuk sesaat Ksatria Tongkat tidak tampak bergerak dari tempatnya. Orang ini benar-benar cerdik. Dia sudah sanggup menilai kehebatan pemuda tak dikenal itu. Lalu saat itu dilihatnya Shin Min Ah telah pula memegang Pedang Choishinsei. Kalau dia menyerang berarti bukan pemuda itu yang mencari penyakit, tapi dirinya sendiri. Maka dengan tubuh menggeletar menahan marah dia tetap berdiri di tempatnya.

“Saudara budi pertolonganmu tak kulupakan. Siapakah kau sebenarnya?” Shin Min Ah ajukan pertanyaan.

Yang ditanya tertawa dan garuk-garuk kepala. “Aku cuma seorang pemuda pengangguran dan luntang-lantung. Datang jauh dari Gunung Seongjusan….”

“Siapapun kau adanya kau tentu punya nama….”

“Aku Lee Joon Ki….”

“Apakah itu namamu yang sebenarnya!” desis Shin Min Ah.

“Begitulah adanya. Monyet itupun menyebutku pemuda edan. Nah, aku tak lebih dari itu. Adik, kau tentu dalam perjalanan jauh. Kau sudah dapatkan pedangmu kembali. Mengapa tidak segera pergi meninggalkan tempat ini.”

“Eit! Tunggu dulu! Aku datang kemari untuk menangkapmu dan menyita pedang itu. Jika kau memang ingin pergi boleh saja. Tapi tinggalkan nyawa dan Pdang Choishinsei!” Yang bersuara adalah Ksatria Tongkat.

“Ho….ho!” Lee Joon Ki tertawa mengejek. “Bicaramu hebat sekali Tuan! Siapa kau yang mengaku memiliki nyawa dan harta orang lain?”

“Aku Lee Eunhyuk. Bergelar Ksatria Tongkat Dari Selatan. Kepala Prajurit ketiga dari istana Daehan Minguk!”

“Hmmmm….. begitu?” ujar Lee Joon Ki seperti tak acuh padahal Ksatria Tongkat mengira pasti si pemuda akan terkejut bahkan akan menjerit mengetahui siapa dia adanya.

“Seorang tokoh ksatria tinggi istana beraninya melawan perempuan. Dan ternyata tidak mampu menghadapi gadis ingusan seperti itu!”

Wajah Ksatria Tongkat Dari Selatan menjadi merah padam. Lee Joon Ki tanpa memperdulikan sang Ksatria Tongkat, membalik dan melangkah mendekati Shin Min Ah.

“Mengapa belum pergi? Tinggalkan tempat ini. Jika orang aneh bertongkat itu menghalangimu aku akan memberi pelajaran padanya!”

Lee Joon Ki melihat ada pancaran rasa tidak senang di wajah sang dara. Sesaat setelah menatap wajah si pemuda, Shin Min Ah lalu berkelebat tinggalkan tempat itu. namun Ksatria Tongkat cepat memapas sambil hantamkan tongkatnya ke tangan Shin Min Ah yang memegang Pedang Choishinsei. Maksudnya untuk memukul jatuh pedang itu tidak kesampaian karena dari samping dua tangan yang kokoh menelikung pinggangnya, membuat tubuhnya terpuntir. Ketika dia merasakan tubuhnya hendak dilemparkan ke dalam sawah berlumpur Ksatria Tongkat tusukkan tongkat bamboo kuningnya ke perut Lee Joon Ki. Ini adalah satu serangan yang benar-benar mematikan. Bukan saja perut sang ksatria muda itu akan bobol, tapi tongkat akan terus menembus sampai ke belakang punggungnya!

“Mampus!” seru Ksatria Tongkat.

Tapi dia Tertipu.

Dengan kecepatan luar biasa Lee Joon Ki jatuhkan diri ke tanah dan menyelusup di bawah selangkangan lawan. Bagitu sang Ksatria Tongkat berada di belakangnya, tanpa menoleh Lee Joon Ki lepaskan satu jotosan keras ke pinggang Ksatria Tongkat. Terdengar sang Ksatria Tongkat mengeluh kesakitan. Sebelum tubuhnya terhuyung ke depan, dia masih sempat hantamkan tumit kiri ke bahu lawan hingga Lee Joon Ki pun terjerambab namun cepat mengimbangi diri, membuat lompatan dan dilain saat sudah tegak berdiri.

Saat itu Ksatria Tongkat telah pula berdiri. Tubuhnya bergetar menahan gejolak amarah. Seumur hidup baru hari ini dia dikalhkan oleh lawan, seorang pemuda yang tidak dipandangnya sebelah mata!

“Orang muda! Kau telah membuat kesalahan besar terhadap Kerajaan!”

“Begitu?” seringai Lee Joon Ki. “Coba katakan apa kesalahanku!”

“Pertama, kau berani mencampuri urusan seorang petinggi istana! Kedua kau berani melawan dan menciderai dua tokoh ksatria istana yaitu aku dan Song Joong Ki! Dan ketiga, ini kesalahanmu yang besar yang tak bisa diampunkan! Kau menolong seorang pemberontak besar. Berarti pada dirimu juga jatuh cap sebagai pemberontak! Untuk semua itu kau layak dibunuh!”

Lee Joon Ki manggut-manggut beberapa kali lalu tertawa gelak-gelak. “Jalan pikiran, pertimbangan dan ucapan seseorang memang bisa saja berbeda. Tapi tidak disangka kalau hari ini aku berhadapan dengan seorang kepala prajurit istana yang mempunyai jalan pikiran, pertimbangan bahkan ucap keputusan yang benar-benar gila!”

“Jangan terlalu menghina, keparat!” bentak Ksatria Tongkat.

“Tunggu dulu! Ucapanku belum habis!” Lee Joon Ki balas menghardik. “Aku tidak ada urusan dengan segala macam pemberontak. Aku tidak merasa telah membuat kesalahan pada segala macam kerajaan. Semua yang kulakukan semata adalah tindakan membela keadilan. Mana bisa aku berpangku tangan melihat seorang perempuan hendak dicelakai oleh seorang berkepandaian tinggi!”

“Alasan kuno! Jangan menganggap kau seorang ksatria sejati! Kepentingan kerajaan adalah lebih utama dari kepentingan pribadi. Apapun alasannya!”

“Lalu…..?” tanya Lee Joon Ki pula.

“Kau harus mampus sebelum matahari muncul pagi ini!”

“Orang bertongkat yang aneh!” maki Lee Joon Ki. Lalu tanpa perdulikan orang dia balikkan diri untuk meninggalkan tempat itu.

Tapi Ksatria tongkat yang sudah tidak dapat lagi menahan amarah dan kesabarannya sudah melompat kirimkan serangan dengan tongkat bambunya. Senjata ini ditusukkan ke depan. Namun setengah jalan mendadak berubah menjadi sambaran pulang balik, merupakan gebukan pada tubuh Lee Joon Ki kiri kanan!

Tentu saja Lee Joon Ki tak bisa berdiam diri melihat serangan ganas ini. Setelah membuat lompatan mundur untuk hindarkan hantaman lawan, ksatria ini lepaskan satu pukulan tangan kosong dengan kekuatan seperempat tenaga dalam. Dia terkejut ketika angin pukulan yang deras itu dihantam punah oleh angin deras yang keluar dari tongkat lawan. Tak dapat tidak kepala prajurit istana tingkat ketiga itu telah mengerahkan lebih dari setengah tenaga dalamnya. Maka begitu pukulannya luput Lee Joon Ki bersiap lepaskan pukulan susulan. Tapi Ksatria tongkat menyongsong lebih cepat. Tongkatnya langsung dihantam ke arah tangan kanan si pemuda hingga Lee Joon Ki terpaksa tarik pulang pukulannya sambil melangkah ke samping. Justru tongkat sang Ksatria secara aneh tiba-tiba membabat ke bawah lengannya dan bret! Baju putih Lee Joon Ki robek besar!

Hal ini membuat Lee Joon Ki bersurut mundur sambil usap dadanya. Untung ujung tongkat hanya menyambar pakaiannya, tak sampai menggurat atau melukai kulit dan daging dadanya. Hal ini sudah cukup membuat murid Master Park Shin Yang dari Gunung Seongjusan ini harus mengambil keputusan. Akan terus melayani sang Ksatria Tongkat atau pergi saja dari situ, mengabil sikap mengalah.

Sebaliknya, keberhasilannya merobek pakaian lawan membuat Ksatria Tongkat Dari Selatan jadi bersemangat dan berkeyakinan, apapun tingkat kepandaian yang dimiliki si pemuda, dia pasti dapat membereskan pemuda itu. apalagi Song Joong Ki yang masih terkapar di tepi sawah sempat berteriak membakar “Bunuh dia Lee Eunhyuk! Pemuda keparat itu harus dibunuh!”

“Kau dengar itu anak muda? Umurmu tak lama lagi….!” Ujar Ksatria Tongkat. Lalu kembali dia menyerbu. Tongkatnya beputar aneh mengeluarkan deru keras dan siuran angin kencang. Lee Joon Ki berkelebat cepat. Pada satu kesempatan yang tidak disiasiakannya pemuda ini lepaskan pukulan “Benteng Topan Melanda Samudera.”

Ksatria Tongkat terkejut ketika dia mendengar suara angin menggemuruh seolah-olah tampat itu diserang angin puyuh yang dahsyat. Dia sabetkan tongkat bambunya ke depan. Kuda-kuda kedua kakinya diperkuat. Ketika merasakan tubuhnya tak bisa bertahan dan hampir terseret angin kencang itu maka dia hantamkan tangan kiri ke arah lawan dengan pengandalan tenaga dalam yang ada.

Terjadilah hal yang hebat. Daerah persawahan itu bergetar seperti dihantam angina topan. Air dan lumpur beterbangan ke udara. Ksatria Tongkat berseru keras. Dia melompat ke atas menghindari hantaman angin deras yang menerpa. Tapi begitu melompat begitu tubuhnya terseret dan tunggang langgang di udara. Terpental jatuh masuk ke dalam lumpur sawah. Dadanya mendenyut sakit.

Pemandangannya berkunang-kunang. Dia mencoba berdiri. Tapi kedua kakinya terasa goyah dan tak sanggup diluruskan. Akhirnya dengan nafas megap-megap Kepala Prajurit ketiga istana ini hanya bisa merangkak dalam lumpur, berusaha menggapai tepi pematang sawah. Lee Joon Ki sendiri meskipun tidak jatuh tapi sekujur tubuhnya sampai ke rambut penuh lumpur sawah.

“Keparat! Jangan lari kau!” teriak Ksatria Tongkat ketika dilihatnya Lee Joon Ki melangkah meninggalkan tempat itu sementara matahari telah muncul di ufuk timur dan daerah pesawahan itu kini menjadi terang.

Lee Joon Ki usap lumpur yang menempel di wajah dan pakaiannya. Lumpur yang memenuhi telapak tangannya kini kemudian dilemparkannya ke arah sang Ksatria Tongkat, tepat menghantam pipi dan mata kirinya, membuat sang Ksatria Tongkat menggerang bukan saja karena sakit tapi lebih dari itu karena amarah dan penasaran bukan kepalang. Seumur hidup baru sekali ini dia dihantam babak belur seperti itu. Tak berhasil mencegah Lee Joon Ki meninggalkan tempat itu akhirnya Ksatria Tongkat berteriak pada Song Joong Ki.

“Bantu aku mencari tongkat bambuku!” Senjata andalannya itu terlepas dan mental entah ke mana sewaktu angin pukulan sakti Lee Joon Ki melabrak dirinya tadi.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...