Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Kamis, 23 September 2010

Kabut Obsesi Cinta (Part 2)


Part 2
“Cinta Park Shin Hye”


Kabut tipis mulai menyelimuti hutan-hutan kecil di lereng bukit. Angin dingin menusuk tulang hingga ke ulu hati. Pohon-pohon pinus masih basah dan lembab. Api unggun mulai meninggalkan bara berwarna kemerahan. Dengan asap menjulang tinggi.

Di gasebo kecil Jang Geun Suk termangu. Memperhatikan siluet pinus yang berjejer rapi. Bak raksasa yang sangat menakutkan. Sesekali ia mendekap jaket parasutnya. Sambil teringat dengan seorang gadis yang pernah mencuri perhatiannya. Kim So Eun, nama gadis itu. Mahasiswi ekonomi di sebuah universitas swasta.

Pertemuan itu memang begitu singkat. Di sebuah toko buku. Saat Jang Geun Suk menabraknya tanpa sengaja, dan gadis itu memaki-maki Jang Geun Suk seenak hatinya. Jang Geun Suk pun berang dan membalas makian kecil itu. Dan ternyata mereka bertemu lagi di salah satu universitas di Seoul. Pertemuan itu membuat Jang Geun Suk terbayang-bayang dengan gadis judes yang menghardiknya. Kebencian itu pun timbul dengan sendiri. Jang Geun Suk mengolok-olok si Gadis di depan umum. Bahkan di depan mahasiswa lainnya.

Namun kebencian itu mendadak berubah menjadi sebuah kerinduan di hati Jang Geun Suk. Jang Geun Suk berkali-kali mencoba merayunya. Meminta maaf kepada si Gadis. Tapi si Gadis menolaknya mentah-mentah. Ia sama sekali tidak mempedulikan Jang Geun Suk. Meski Jang Geun Suk sangat mengharapkan cinta sang Gadis, namun tetap saja ditolak.

Hal itu membuat Jang Geun Suk sakit hati. Perih rasanya. Terasa kabut-kabut tipis menyelubungi relung hatinya. Entah mengapa kabut-kabut itu semakin menebal, rasanya.

Jang Geun Suk mendesah pelan. Desahan angin menghapus tubuhnya yang beku. Gesekan angin membuat dahan-dahan pinus bergoyang dan riuh dengan suara yang syahdu. Saat menikmati semilir angin, sebuah tangan tiba-tiba saja menutup mata Jang Geun Suk dari belakang. Jang Geun Suk tercekat merasakan tangan dingin yang menutup kedua matanya.

"Kim Bum!" tebaknya asal.

Namun si pemilik tangan diam saja.

Jang Geun Suk berusaha menebaknya lagi. Mungkin hal ini keisengan teman-temannya. "Jung Yong Hwa! Lepaskan tanganmu," tebak Jang Geun Suk lagi.

Namun lagi-lagi orang di belakangnya itu diam saja. Jang Geun Suk mengulurkan tangannya dan menebak lagi. Namun tidak ketebak.

"Sorry, aku sedang tidak ingin bercanda," seru Jang Geun Suk menyerah.

Kemudian tangan itu pun membuka matanya dengan perlahan.

"Hei! Kenapa kau melamun terus," sapa seseorang padanya.

Jang Geun Suk mengucek-ucek matanya. Melihat seseorang di depannya dengan terpana.

"Park Shin Hye?" gumamnya.

Gadis itu tersenyum. Duduk di depannya kemudian.

"Ada apa denganmu akhir-akhir ini, Jang Geun Suk. Aku lihat, kau selalu Melamun. Apa kau sedang kasmaran?" selidik Park Shin Hye.

"Ah, tidak. Aku tidak melamum."

"Sudah, jangan bohongi aku. Buktinya, dari tadi aku perhatikan, kau selalu bengong. Aku tahu ada seorang gadis yang mencuri perhatianmu. Siapa dia, Jang Geun Suk?"

Jang Geun Suk terbelalak sambil menelan air liurnya.

"Melamun? Melamunkan siapa?"

"Sudahlah, tidak usah bohong lagi."

Jang Geun Suk mengerinyitkan keningnya. "Kau tahu dari mana?"

"Aku sudah membaca semua buku catatan harianmu. Maaf, kalau aku lancang."

"Park Shin Hye...! Ja-jadi... kau.... " Jang Geun Suk menatap wajah Park Shin Hye dengan lekat, seperti tidak percaya atas pendengarannya sendiri.

"Maaf, aku tidak sengaja, Jang Geun Suk. Kau marah?"

Jang Geun Suk diam. Hening. Namun hanya sesaat.

"Siapa Kim So Eun? Kau mengenalnya?" tanya Park Shin Hye memecahkan keheningan

"Hm, dia anak ekonomi."

Bibir Park Shin Hye membulat. "Oo."

Hening lagi. Perasaan Park Shin Hye tercabik-cabik. Sesungguhnya dia sangat mengharapkan Jang Geun Suk menjadi kekasihnya. Namun Jang Geun Suk tidak pernah menggubris perasaan itu. Meski perhatian yang diberikan Park Shin Hye sangat lebih untuk Jang Geun Suk, Jang Geun Suk seakan tidak peduli.

Tak berapa lama Jang Geun Suk beringsut dari duduknya. Angin dingin semakin menggila seakan menghunus jantungnya.

"Aku pergi dulu, Park Shin Hye. Aku mengantuk," ucap Jang Geun Suk sambil berlalu meninggalkan Park Shin Hye yang terpaku.

"Tapi, Tunggu... jangan tinggalkan aku sendiri disini Jang Geun Suk."

"Sudahlah, besok saja mengobrolnya," tolak Jang Geun Suk apatis (tanpa perasaan).

Park Shin Hye terpaku. Kali ini hatinya seolah terhempas ke dalam cadas-cadas yang tajam. Namun Park Shin Hye dengan sabar hati menunggu kepastian yang tak pasti. Meski berkali-kali hatinya tersayat pedih karena Jang Geun Suk memikirkan gadis lain, Park Shin Hye tetap saja memberi perhatian penuh terhadap Jang Geun Suk.

Park Shin Hye terpaku memperhatikan Jang Geun Suk yang meninggalkannya begitu saja. Malam seakan menghadirkan giris sunyi yang luar biasa. Tak terasa airmatanya menitik. Dan setiap begitu, maka ia hanya dapat menuangkan baur perasaannya lewat lembar-lembar buku diarinya. Di sana, ia menaburkan kalimat dalam bentuk puisi. Puisi cinta buat Jang Geun Suk.

Ketika hasrat hatiku
mendambakan dirimu
namun bayanganmu
hanya terlintas dalam angan dan mimpiku

Aku begitu mendambakanmu
mengharap kau merajut benang cintaku
agar menjadi sebuah sutra
yang indah dalam hatiku
dan terlukis sejuta namamu
(Di sudut kamar- Park Shin Hye)


Park Shin Hye meremas buku diari yang senantiasa menyertainya kemana pun ia pergi. Hatinya masih berdarah dalam penantian. Pemuda itu terlalu angkuh di dalam obesesinya. Dipandanginya jelaga langit. Gemintang bermain mata dalam kerlap-kerlip abadinya. Mereka indah namun tak tergapai tangan. Seperti itulah Jang Geun Suk sekarang. Ia gemintang yang tak terjamah!

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...