Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Jumat, 03 Desember 2010

Tanah Warisan (Chapter 5)


TANPA sadar anak muda itu mengangguk-anggukkan kepalanya. Kemudian ia bergumam lagi. "Pohon Jati itu masih ada disana, masih sama seperti kira-kira sepuluh tahun yang lalu."

Perlahan-lahan kepalanya terangguk-angguk. Kemudian kakinya yang kotor oleh debu, mulai bergerak-gerak terayun selangkah mendekati perkampungan Desa Gwangju. Tetapi anak muda itu tidak segera masuk ke dalam perkampungan itu. Sejenak ia masih dibayangi oleh keragu-raguan.

Karena itu, maka kemudian, sambil beristirahat ia ingin melihat, apakah ia masih berhak untuk memasuki desa itu kembali. Perlahan-lahan diletakkannya dirinya, duduk di bawah pohon jati. Diikutinya setiap gerak yang tertangkap oleh matanya. Anak-anak yang berlari sambil membawa binatang yang baru saja digembalakannya. Orang-orang tua yang pulang dari sawah, dan anak-anak muda yang kembali, setelah mereka bersembunyi digubug-gubug peristirahatan mereka.

Tiba-tiba dadanya berdesir ketika ia melihat seorang gadis lewat beberapa langkah didepannya sambil menjinjing sebuah keranjang. Sepertinya ia baru pulang dari sawahnya, memetik daun singkong. Sekilas anak muda itu merasa bahwa ia pernah mengenal gadis itu. Tentu saja semasa kanak-kanak. Hampir sepuluh tahun yang lalu. Tanpa sadar tiba-tiba ia berdiri dan melangkah mengikutinya. Dan hampir tanpa sadar pula ia memanggil. "Kim So Eun."

Gadis itu terkejut, sehingga langkahnya pun terhenti. Ketika ia berpaling dilihatnya seorang anak muda berdiri tegak dibelakangnya. Sejenak gadis yang bernama Kim So Eun itu berdiri dengan tegangnya. Ia tidak segera dapat mengenali, siapakah yang telah memanggilnya itu. "Kau tentu saja tidak mengenal aku lagi bukan, Kim So Eun?" tanya anak muda itu.

Kim So Eun mencoba mengingat-ingat. Namun akhirnya bibirnya yang tipis itu bergerak menyebut sebuah nama, "Jung Yunho."

Tetapi sekali lagi Kim So Eun terkejut ketika ia melihat wajah itu benar-benar berkerut-kerut. Bahkan tampaklah bahwa anak muda itu menjadi kecewa. Sambil menggelengkan kepalanya ia menjawab, "Bukan Kim So Eun. Aku bukan Jung Yunho anak setan itu."

"Oh," Kim So Eun menutup mulutnya dengan sebelah tangannya, "Jadi kau, adiknya. Kim Bum."

Kepala anak muda itu terangguk lemah. Terdengar suaranya parau. "Ya, aku Kim Bum."

"Aku hampir tidak dapat mengenalimu lagi Kim Bum," kata Kim So Eun sambil melangkah mendekat.

"Kau sudah sedemikian besar dan gagah. Kemanakah kau selama ini? Kau dan kakakmu Jung Yunho telah menghilang dari Desa kami lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Wajahmu benar-benar mirip dengan wajah kakakmu. Dimana kita masih kanak-kanak, tidak terlampau sulit membedakan, yang manakah Jung Yunho dan yang manakah Kim Bum, karena umurmu terpaut agak banyak dari kakakmu. Tetapi wajah itu sukar dibedakan kini."

"Apakah kau pernah melihat Jung Yunho akhir-akhir ini?" tanya Kim Bum.

Kim So Eun menggeleng, "Tidak. Tetapi menurut bayangan angan-anganku, wajahnya tidak terpaut banyak dengan wajahmu. Apalagi kau tampak jauh lebih tua dari umurmu".

Kim Bum mengangguk-anggukkan kepalanya, "Ya. Aku bekerja berat selama ini. Tetapi bukankah Jung Yunho pergi jauh lebih dahulu dari kepergianku."

Kim So Eun mengingat-ingat sebentar. Jawabannya kemudian. "Ya. Aku ingat sekarang. Jung Yunho memang pergi lebih dahulu dari kau. Waktu itu aku masih terlampau kecil. Karena itulah maka aku tidak begitu ingat lagi akan wajah itu. Tetapi wajah itu benar-benar seperti wajahmu sekarang. Bahkan semasa kecil wajahmu itu tidak seperti wajahmu kini."

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...