Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Kamis, 09 Desember 2010

Meraba Matahari (Season 1)


Season 1
Putra Mahkota


Ketika kabut mulai terkuak, maka cahaya fajarpun mulai mewarnai langit, namun titik-titik embun masih bergelayutan diujung dedaunan.

Dinginnya malam masih terasa, meskipun perlahan-lahan pucuk-pucuk pepohonan bagaikan bermunculan dari kegelapan di lembah-lembah perbukitan.

Di lereng bukit berbatu padas, dua orang anak muda yang berloncatan, saling menyerang dan bertahan, kedua-duanya memiliki bekal ilmu yang tinggi. Kaki-kaki mereka dengan tangkasnya melesat dari bongkah-bongkah batu padas ke bongkah-bongkah yang lain, seakan-akan terbang berputaran diantara bebatuan.

Sekali-kali serangan merekapun mengena, sekali-kali berbenturan dengan keras sekali sehingga keduanya tergetar dan terodorong mundur berberapa langkah.

Namun ketika cahaya langit menjadi semakin terang, maka keduanyapun menjadi semakin garang, tangan-tangan mereka yang luput dari sasaran dan menyentuh batu-batu padas di tebing, maka tebing itupun telah berguguran. Pepohonan bagaikan diguncang, cabang dan ranting yang tersentuh tangan kedua anak muda itupun berpatahan.

Bukit dibawah kaki mereka seakan-akan telah bergetar.

Seluruh tubuh anak muda itu sudah basah, bukan oleh embun saja, tetapi oleh keringat yang bagaikan diperas dari tubuh mereka. Untuk mengatasi rasa sakit dan nyeri, maka keringat merekapun menjadi semakin banyak mengalir.

Ketika seorang diantara mereka meloncat dengan cepatnya menyerang dengan kakinya dan tepat mengenai dada lawannya, maka lawannya telah terdorong mundur beberapa langkah. Tubuhnya membentur sebongkah batu padas, sehingga kemudian terbanting jatuh.

Dengan tangkasnya yang seorang lagi telah memburunya. Pada saat lawannya akan bangkit, maka kakinyapun telah terayun bersamaan dengan tubuhnya yang berputar.

Tetapi ternyata serangannya itu tidak mengenai sasaran, karena lawannya dengan cepat bergesar dan bahkan menjatuhkan dirinya.

Kaki yang sudah terlanjur terayun dengan derasnya itu telah menghantam batu padas pada tebing bukit padas itu.

Batu padas itupun telah pecah berserakan, untunglah bahwa lawannya dengan cepat berguling, melesat dan sekali berputar diudara, kemudian bangkit berdiri beberapa langkah dari tebing yang runtuh itu.

Bahkan dengan cepat pula, anak muda itu telah meloncat dengan tangan terjulur lurus. Jari-jarinya yang lurus merapat telah berhasil menyusup pertahanan lawannya mengenai lambung.

Lawannya terdorong mundur sambil menyeringai menahan sakit, namun pada saat anak muda itu siap memburu, terdengar suara tepuk tangan dari sela-sela bebatuan di bukit itu.

Kedua anak muda yang bertempur itupun berhenti dan berloncatan mundur mengambil jarak.
Keduanya pun kemudian berdiri tegak menghadap kepada orang yang bertepuk tangan itu. Serentak keduanya pun mengangguk hormat.

Seseorang yang sudah melewati usia setengah abad berdiri tegak sambil tersenyum memandang kedua orang anak muda itu. Orang itu masih terlihat kokoh meskipun rambutnya yang selembar-selembar berderai di bawah ikat kepalanya sudah memutih.

“Sudah cukup, kalian sudah berlatih hampir setengah malam, kalian berdua tentu sudah letih, mungkin di beberapa bagian tubuh kalian terasa sakit, nyeri dan barangkali pedih, marilah, kita pulang untuk berisitirahat.”

“Ya guru.” jawab keduanya hampir berbarengan.

Keduanya pun kemudian berjalan bersama di belakang orang tua itu.

Bertiga mereka berjalan di jalan setapak, di lereng perbukitan yang membujur sejajar dengan pantai lautan yang berombak ganas.

“Lihatlah murid-muridku.” berkata orang tua itu. “Gelombang itu bagaikan gejolak kehidupan, ia tidak pernah berhenti, susul menyusul dan silih berganti.”

Sambil berjalan diatas jalan sempit di perbukitan, mereka menyaksikan debur ombak yang tidak pernah ada hentinya, jika angin berhembus semilir, maka gejolak ombak itu memang agak mereda, tetapi jika langit menjadi buram, angin mulai menderu, maka prahara pun datang mendorong ombak yang semakin besar, sehingga seolah-olah beribu bukit berterbangan bertimbun di tepian. Namun kemudian kembali meluncur hanyut ke kedalaman lautan yang luas.

“Lihatlah gunung itu.” Orang tua itu berkata lagi.

Anak-anak muda itupun kemudian memandang kekejauhan. Sebuah gunung yang tinggi menjulang menggapai langit, mega-mega putih yang mengalir dari selatan, bagaikan telah tersangkut di ujungnya yang menjadi kemerah-merahan oleh cahaya matahari pagi yang mulai terbit.

“Didalam gejolak kehidupan yang kadang-kadang bagaikan diguncang oleh prahara, hati kita harus tetap sekukuh dan seteguh gunung itu.” Orang tua itu berkata lagi.

Sambil berjalan kedua orang anak muda itu masih juga memandangi gunung yang berdiri tegak dan tidak tergoyahkan oleh prahara dan badai, tidak tergeser oleh angin pusaran dan tidak menggeliat oleh panasnya api.

Beberapa saat kemudian, ketiga orang itu sudah mulai menuruni tebing perbukitan yang curam. Tanah berbatu padas dibawah kaki mereka kadang-kadang terasa licin oleh embun, tajamnya bebatuan terasa menusuk telapak kaki mereka.

Tetapi mereka sudah terbiasa, jari-jari mereka bagaikan mampu mencengkeram jika tanah terasa licin oleh embun. Tajamnya bebatuan terasa menusuk telapak kaki mereka.

Sekali-sekali mereka harus meloncati celah-celah perbukitan, menelusuri relung-relung yang tajam.

Beberapa saat kemudian, mereka telah berada di lahan yang datar. Dijalan persawahan yang rata. Disekitarnya terdapat batang-batang padi yang hijau menebar sampai keujung pandang.

Ketiga orang itu berjalan dengan cepatnya melintasi pematang sawah menuju kesebuah perguruan yang terpencil, sebuah perguruan kecil yang letaknya terpisah dari sebuah perguruan yang terhitung besar.

Atas ijin Master Ahn Jae Wook, Master Kang Shin Il mendirikan sebuah perguruan kecil saja yang letaknya terpisah dari Perguruan Kangsan. Hubungan Master Kang Shin Il dengan Master Ahn Jae Wook cukup akrab, bahkan keduanya sudah menjadi seperti saudara sendiri.

Apalagi umur merekapun sebaya. Jika mereka bertemu, pembicaraan diantara merekapun selalu sejalan.

Disamping beberapap orang murid yang jumlahnya banyak, Master Kang Shin Il mempunyai dua orang murid utama. Dua orang murid yang dibanggakan oleh Master Kang Shin Il karena keduanya memiliki banyak kelebihan dari anak-anak muda sebayanya.

Keduanya adalah Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa, kakak beradik, putra Kaisar Ryu Seung Ryong dari Kerajaan Seongnam.

Kakak beradik itu umurnya tidak bertaut banyak, ketika Kim Hyun Joong belum dapat berjalan, ibunya sudah mengandung lagi, maka beberapa bulan kemudian lahirlah adiknya. Juga seorang laki-laki yang diberi nama Jung Yong Hwa. Dengan demikian maka umur mereka hanya bertaut kurang dari dua tahun.

Keduanya tumbuh dengan baik sebagaimana putera seorang kaisar. Sejak mereka mulai mengenali lingkungannya, maka Kaisar Ryu Seung Ryong sudah menugaskan orang-orang pintar untuk mendidik mereka dalam berbagai macam ilmu. Namun kemudian, menginjak remaja, maka merekapun telah diserahkan kepada Master Kang Shin Il. Seorang yang memilih satu lingkungan kehidupan di sebuah padepokan yang sepi.

“Aku titipkan anak-anakku kepadamu, Master Kang Shin Il.” Kata Kaisar Ryu Seung Ryong.

Master Kang Shin Il yang sedikit lebih tua dari Kaisar Ryu Seung Ryong itu menarik nafas panjang, Master Kang Shin Il adalah saudara tertua seperguruan dari Kaisar Ryu Seung Ryong.

“Terima kasih atas kepercayaan Kaisar Ryu Seung Ryong kepadaku, tetapi aku sendiri ragu, apakah aku akan dapat memikul kepercayaan itu. Sehingga hasilnya sesuai dengan keinginan Kaisar Ryu Seung Ryong.”

Kaisar Ryu Seung Ryong tersenyum, katanya “Aku mengenalmu dengan baik, kau pun mengenalku dengan baik pula.”

Master Kang Shin Il tertawa, katanya “Baiklah, aku akan membawa kedua putra Kaisar Ryu Seung Ryong itu ke perguruanku. Pada saat mereka menjadi dewasa penuh, aku akan membawa mereka kembali”

“Apakah selama itu mereka tidak boleh sekali-sekali pulang untuk menengok keluarganya? Ibunya tentu akan sangat merindukannya”

“Tentu, Kaisar, mereka berada di perguruanku tidak sebagai tawanan atau orang buangan, sehingga tidak boleh meninggalkan tempat. Tetapi mereka akan menjadi murid-murid utama perguruanku”
sejak saat itu, empat tahun lalu, dua orang remaja putra Kaisar Ryu Seung Ryong itu berada di perguruan yang dipimpin oleh Kang Shin Il. Namun seperti yang dimaksudkan oleh Kaisar Ryu Seung Ryong, bahwa sekali-sekali merekapun pulang karena keluarganya merindukannya.

Namun bukan saja kerinduan seorang ayah dan ibu, tetapi setiap Jung Yong Jwa dan Kim Hyun Joong pulang, Kaisar Ryu Seung Ryong selalu menilik kemajuan kedua orang putranya yang diasuh oleh Kang Shin Il itu.

Setiap kali Kaisar Ryu Seung Ryong tersenyum, ia bangga dengan kemajuan yang pesat dari kedua orang puteranya itu, kepercayaannya kepada saudara perguruannya tidak sia-sia.

Master Kang Shin Il sendiripun merasa bangga terhadap kedua orang muridnya itu, pada saat-saat terakhir, Master Kang Shin Il telah sampai pada puncak ilmu yang dapat diajarkannya kepada kedua orang muridnya yang telah menjadi dewasa penuh itu.

Sebagaimana yang dijanjikan kepada Kaisar Ryu Seung Ryong, jika keduanya telah menjadi dewasa penuh, maka mereka akan dibawa kembali ke Kerajaan.

Beberapa saat kemudian, mereka bertiga telah memasuki sebuah perguruan yang tidak begitu besar. Dipagi hari, sebagian murid perguruan Kangsan sibuk menimba air mengisi kendi-kendi air, ada yang sibuk di dapur merebus air, yang lain berada di kandang ternak dan di kandang kuda.

Ketika para murid-murid itu melihat Master Kang Shin Il bersama dengan Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa memasuki perguruan, merekapun mengangguk hormat.

“Teruskan kerja kalian anak-anak” kata Master Kang Shin Il. “Kalian adalah anak-anak yang rajin dan terampil. Dengan demikian, maka perguruan kita akan selalu terpelihara kebersihannya. Jika Master Ahn Jae Wook datang kemari, maka ia akan tetap mengagumi kebersihan perguruan kita”

Master Kang Shin Il pun langsung pergi ke pusat bangunan perguruan itu bersama Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa.

“Duduklah nak, ada sesuatu yang ingin aku katakan kepada kalian”

Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa termangu-mangu sejenak, tidak biasanya Master Kang Shin Il bersikap demikian bersungguh-sungguh seperti itu.

Demikianlah, maka sejenak kemudian, Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa telah duduk menghadap Master Kang Shin Il.

Kedua anak muda itu masih belum mengeringkan keringatnya, bahkan di beberapa bagian tubuh mereka masih terasa nyeri dan pedih. Ada beberapa luka yang menggores pada saat-saat tubuh mereka membentur batu-batu padas, bahkan kening Jung Yong Hwa masih nampak memar.

“Anak-anakku” kata Master Kang Shin Il, “Jika kalian ingat, maka hari ini adalah hari ulang tahun kelahiranmu Kim Hyun Joong. Kim Hyun Joong pada hari ini genap berusia dua puluh lima tahun, sedangkan kau Jung Yong Hwa dalam beberapa bulan lagi akan berusia genap dua puluh empat tahun, karena selisih usia kalian berdua tidak ada dua tahun.”

“Ya guru” Kim Hyun Joong mengangguk hormat “Aku ingat, bahwa hari ini adalah hari ulang tahunku, tetapi menurut pendapatku, aku tidak merasa perlu mengadakan peringatan khusus pada hari ulang tahun ini, guru. Agaknya cukuplah jika aku sempat mengingatnya saja”

Master Kang Shin Il tertawa, katanya “Aku mengerti nak. Kau tentu tidak memerlukannya, yang ingin aku sampaikan adalah, bahwa kau sudah dewasa penuh, demikianlah pula dengan Jung Yong Hwa”

“Ya, guru”

“Dengarlah, ketika Kaisar Ryu Seung Ryong menitipkan kalian berdua di perguruanku ini, aku mengatakan, bahwa pada saat kalian sudah dewasa penuh, maka aku akan membawa kalian kembali ke kerajaan.”

Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa menundukkan kepalanya.

“Nah, sekarang kalian sudah dewasa sepenuhnya, meskipun umur Jung Yong Hwa terpaut sekitar satu setengah tahun, tetapi menurut pendapatku, Jung Yong Hwa juga sudah dapat danggap dewasa sepenuhnya. Sementara itu ilmu yang aku ajarkan kepada kalian berduapun sudah tuntas. Kalian berdua adalah murid-muridku yang terbaik”

Keduanya terdiam, mereka sadar, bahwa dengan demikian mereka harus meninggalkan perguruan yang telah mereka huni sekitar empat tahun.

Selama empat tahun mereka menghirup udara di perguruan itu. Selama empat tahun mereka teguk airnya. Mereka makan hasil buminya dan selain semuanya itu, mereka telah menyadap ilmu pula dari gurunya, Master Kang Shin Il.

“Anak-anakku.” kata Master Kang Shin Il ketika dilihatnya kedua anak muda itu menunduk dalam-dalam “Sebenarnya perguruan ini bukan tempat terbaik bagi kalian. Kalian adalah putra-putra Kaisar Kerajaan Seongnam. Disini kalian bekerja keras untuk menyadap ilmu, sekarang, ilmu itu telah ada di dalam diri kalian, tentu saja hanya sebatas kemampuanku untuk menurunkan ilmu itu kepada kalian.” Master Kang Shin Il berhenti sejenak, lalu katanya lagi. “Nah, karena itu, sudah saatnya kalian pulang kerumah kalian di Kerajaan Seongnam.”

Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa memang menyadari, bahwa pada suatu saat mereka memang harus meninggalkan perguruan ini, mereka harus kembali ke Kerajaan, apalagi ayah mereka, Kaisar Ryu Seung Ryong akan menjadi semakin tua, sehingga kehadiran mereka di Kerajaan Seongnam akan sangat diperlukan.

Pada tahun-tahun terakhir mereka berada di perguruan itu. Telah terjadi pergeseran kekuasaan di Kerajaan Sungkyunkwan, Kaisar Song Jae Ho, saudara tertua Kaisar Ryu Seung Ryong, telah meninggal. Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa, meskipun mereka masih berada di perguruan, namun mereka sempat pergi ke Kerajaan Sungkyunkwan bersama ayah dan ibu mereka untuk menghadiri pemakaman Kaisar Song Jae Ho. Merekapun sempat menghadiri acara pengangkatan yang menetapkan putra Kaisar Song Jae Ho, Pangeran Park Yong Ha untuk menggantikan kedudukan ayahnya, bergelar Kaisar Park Yong Ha di Kerajaan Sungkyunkwan.

“Anak-anakku.” kata Master Kang Shin Il. “Besok aku akan mengantar kalian pulang, aku akan menyerahkan kembali kalian kepada ayah kalian, Kaisar Ryu Seung Ryong. Sehingga apa yang aku ajarkan kepada kalian, sesuai dengan kehendaknya.

Kim Hyun Joong menark nafas dalam-dalam, dengan nada rendah ia pun kemudian berkata “Kami mengucapkan beribu-ribu terimakasih, guru. Disini kami sudah mendapatkan apa saja yang kami perlukan sebagai bekal hidup kami dikemudian hari.”

“Sebenarnya kami sudah terlanjur merasa terikat dengan kehidupan di perguruan ini, guru.” kata Kim Hyun Joong Lagi.

Master Kang Shin Il tersenyum, katanya “Jika aku menyerahkan kalian kepada ayah kalian, bukan berarti bahwa hubungan kita telah terputus. Kalian dapat datang kapan saja ke perguruan ini, kalian dapat bermalam disini atau bahkan tinggal disini beberapa hari asalkan ayah kalian mengijinkannya.”

“Ya, guru.” sahut Jung Yong Hwa sambil mengangguk hormat.

“Sejak dini hari tadi, aku sudah melihat kemampuan kalian berdua, apa yang dapat aku tuangkan kepada kalian, telah aku lakukan. Menurut pendapatku, pada suatu saat kalian menjadi dewasa seperti sekarang ini. Ilmu kalianpun telah menjadi matang pula. Karena itu, aku berkesimpulan, bahwa kalian memang sudah waktunya untuk kembali ke kerajaan. Mungkin ayah kalian memerlukan bantuan kalian dalam menjalankan pemerintahannya karena ayah kalian sudah menjadi semakin tua.”

“Nah, sekarang mandilah, aku sudah menyiapkan serbuk yang dapat meredakan rasa sakit pada tubuh dan dapat meneyembuhkan luka-luka kalian, terbarkanlah serbuk itu ke dalam bak mandi.”

“Ya, guru.”

“Marilah, kita ambil serbuk penghilang rasa sakit.”

Master Kang Shin Il pun kemudian telah memberikan masing-masing sebuah bumbung kecil yang berisi serbuk ramuan dari berbagi macam daun dan bunga yang terdapat di kebun belakang perguruannya, berdasarkan atas pengamatan dan penelitian dan pengalaman yang lama, maka Master Kang Shin Il telah dapat membuat ramuan yang akan sangat berarti bagi kedua orang anak muda itu.

Sebenarnya, setelah mandi dengan menaburkan serbuk didalam bumbung itu di bak mandi yang telah penuh diisi air, maka terasa alangkah segarnya tubuh mereka. Perasaan sakit, nyeri dan pedihpun telah hilang, meskipun sejak dini hari mereka berlatih dengan mengerahkan segenap tenaga dan kemampuan mereka diatas perbukitan yang berbatu padas.

Setelah mandi dan berbenah diri, maka merekapun duduk di ruang dalam bersama Master Kang Shin Il, ada beberapa pesan yang disampakan oleh Master Kang Shin Il kepada kedua orang anak muda itu, karena hari itu adalah hari terakhir mereka di perguruan.

“Nah, berbicaralah dengan para murid-murik perguruan yang lain.” kata Master Kang Shin Il kemudian, bahwa besok kalian akan pergi meninggalkan perguruan ini.”

“Baik, guru” jawab Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa hampir berbarengan.

Sejenak kemudian, Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa telah berada diantara para murid-murid perguruan yang lain. Ada diantara mereka yang sudah bersiap berlatih, tetapi ada pula yang masih melakukan tugas-tugas rutin mereka.

Para murid-murid perguruan itu terkejut ketika mereka mendengar pernyataan Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa, bahwa besok mereka akan meninggalkan perguruan.

“Kalian berdua tidak akan kembali lagi kemari?” tanya salah seorang murid perguruan Kangsan.

“Tidak, maksudku, masa berguru kami sudah selesai, tetapi bukan berarti bahwa kami tidak akan pernah datang ke perguruan ini lagi, sekali-sekali kami tentu akan datang kemari.” jawab Kim Hyun Joong.

“Ada ikatan yang tidak dapat dengan serta-merta kami putuskan.” sambung Jung Yong Hwa.

Namun bagaimanapun juga, kepergian Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa membuat para murid perguruan Kangsan itu merasa kehilangan, setidak-tidaknya untuk sementara.

Esok harinya, pada dini hari, Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa telah bangun. Mereka segera mempersiapkan diri. Hari itu, mereka akan diantar oleh Master Kang Shin Il kembali ke Kerajaan Seongnam.

Kedua putra Kaisar Ryu Seung Ryong itu menyadari, bahwa kehidupuan di Kerajaan menurut gelar lahiriah tentu jauh lebih baik dari mereka dapatkan dalam kehidupan di perguruan itu yang tidak mereka dapat di Kerajaan. Di perguruan mereka hidup dalam suasana tenang dan damai. Tidak ada masalah yang dapat menimbulkan pertengkaran. Bukan berarti bahwa di perguruan itu tidak akan ada perbedaan pendapat. Tetapi mereka menanggapi perbedaan pendapat itu dengan sikap yang tenang. Kadang-kadang ada perbedaan pendapat yang sulit dipertemukan meskipun dengan bantuan beberapa orang guru yang lain. Namun dalam keadaan demikian, mereka yang berbeda pendapat itu akhirnya sepakat untuk berbeda pendapat. Yang satu tidak memaksakan pendapatnya kepada yang lain. Apalagi dengan menyatakan kebenaran pendapatnya bagi semua orang.

Sebelum matahari terbit, maka kedua orang anak muda itupun sudah siap. Demikiian pula Master Kang Shin Il. Kuda-kuda yang akan mereka pergunakan telah disediakan pula di samping halaman perguruan Kangsan.

“Kita akan singgah sebentar di rumah Master Ahn Jae Wook, sebaiknya kalian minta diri kepada Master Ahn Jae Wook.”

“Baik, guru.”

Ketika matahari terbit, maka merekapun meninggalkan perguruan Kangsan setelah Master Kang Shin Il memberikan beberapa pesan kepada muridnya. Seorang murid yang tertua, bukan saja umurnya, tetapi juga masa bergurunya telah diserahi untuk memimpin adik-adik seperguruannya.

“Mungkin aku akan bermalam di kerajaan.” kata Master Kang Shin Il kepada para muridnya.
Demikianlah, maka beberapa saat kemudian, Master Kang Shin Il, Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa pun telah melarikan kuda mereka menuju rumah Master Ahn Jae Wook.

Kedatangan Master Kang Shin Il bersama muridnya pagi-pagi sekali pada saat matahari baru terbit, telah mengejutkan Master Ahn Jae Wook.

“Maaf, Master Ahn Jae Wook.” kata Master Kang Shin Il .“Mungkin kami mengganggu atau bahkan mengejutkan Master Ahn Jae Wook, sebenarnya kami hanya ingin minta diri. Hari ini Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa akan kembali ke Kerajaan Seongnam.”

“Maksud Master Kang Shin Il, kembali pulang ke Kerajaan dan tidak datang lagi ke perguruan?”

“Waktu mereka tinggal di perguruan sudah habis. Seperti yang aku janjikan, aku akan mengembalikan mereka setelah mereka dewasa. Karena sekarang mereka sudah dewasa, dan tidak ada lagi yang dapat aku ajarkan kepada mereka, maka aku akan membawa mereka kembali ke kerajaan dan menyerahkannya kepada ayah mereka.”

“Kami berdua mengucapkan terima kasih atas segala kebaikan hati Master Ahn Jae Wook.” kata Kim Hyun Joong kemudian.

“Apa yang telah aku lakukan? aku tidak berbuat apa-apa bagi kalian berdua. Nah, aku hanya dapat mengucapkan selamat jalan bagi kalian berdua. Semoga apa yang kalian dapatkan dari perguruan Kangsan yang dipimpin oleh Master Kan Shin Il akan dapat berarti bagi kalian berdua di masa datang. Baktiku kepada Kaisar Ryu Seung Ryong.”

“Terima kasih, Master Ahn Jae Wook, mudah-mudahan kita masing-masing selalu dirahmati oleh ALLAH Subhanallahi Wataala disepanjang hidup kita.”

Master Ahn Jae Wook tersenyum, setiap kali ia melihat kedua orang anak muda putra Kaisar Ryu Seung Ryong itu hatinya selalu bergetar. Master Ahn Jae Wook sendiri mempunyai lima orang anak, tetapi semuanya perempuan. Semuanyan telah bersuami pula. Tetapi Master Ahn Jae Wook yang baru mempunyai tiga orang cucu itu, ternyata semuanya juga perempuan.

“Aku ingin mempunyai keturunan laki-laki, semoga ALLAH menganugerahkan aku dengan cucu laki-laki.”

Tetapi Master Ahn Jae Wook masih berharap, salah seorang anaknya sedang mengandung, ia berharap anak yang akan lahir itu laki-laki. Jika anak itu perempuan, maka ia masih akan tetap memohon seorang cucu laki-laki.

Demikian, maka sejenak kemudian, Master Kan Shin Il bersama dengan Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa pun telah melarikan kuda mereka menuju ke Kerajaan Seongnam.

Ketika mereka meninggalkan perguruan Kangsan, masih terdengar kicau burung-burung liar yang hinggap di pepohonan. Sementara itu, matahari pun memanjat semakin tinggi, daun padi yang hijau subur, yang bergetar disentuh angin pagi, nampak berkilat-kilat memantulkan cahaya matahari.

Sementara embun masih nampak bergelayutan di ujungnya yang menunduk.

Master Kan Shin Il, Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa pun memang tidak melarikan kuda mereka terlalu kencang. Meskipun jarak yang akan mereka tempuh cukup panjang, namun mereka merasa bahwa perjalanan mereka tidak akan mengalami hambatan.

Mungkin mereka akan berhenti sebentar untuk beristirahat. Mungkin ada kedai yang memadai serta yang sekaligus dapat merawat dan memberikan makan kepada kuda-kuda mereka.

“Sebelum senja kita akan sampai.” kata Master Kan Shin Il.

“Jika kita berhenti beristirahat?”

“Ya, kita akan berhenti beristirahat sekali atau dua kali. Mungkin kita tidak sangat memerlukan kesempatan untuk beristirahat. Tetapi agaknya kuda-kuda kita memerlukannya.”

Sedikit lewat tengah hari, Master Kan Shin Il yang mengajak kedua orang anak muda itu untuk beristirahat di sebuah kedai. Menurut Master Kan Shin Il, kedua anak muda itu tentu tidak akan ada yang mengajaknya berhenti, sementara itu kuda mereka sudah nampak agak letih dan haus.

Ternyata sebuah kedai yang terletak tidak jauh dari sebuah pasar, menyediakan tenaga yang dapat merawat, memberi makan dan minum kuda yang kelelahan, maka mereka bertigapun telah berhenti di kedai itu sambil menyerahkan kuda-kuda mereka kepada seorang yang memang ditugaskan untuk itu.

Kehadiran Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa di kedai itu sama sekali tidak menarik perhatian, karena keduanya mengenakan pakaian orang kebanyakan. Keduanya sama sekali tidak menunjukkan ciri-ciri bahwa keduanya adalah putera seorang Kaisar.

Namun didalam kedai itu Kim Hyun Joong, Jung Yong Hwa dan Master Kang Shin Il tertarik kepada pembicaraan beberapa orang yang lebih dahulu berada di kedai itu, mereka menceritakan bahwa keadaan Kerajaan Seongnam mulai tidak aman. Sekali-sekali terdengar berita tentang perampokan di jalan-jalan yang sepi. Bahkan ada perampok yang berani melakukannya disiang hari.

“Guru.” desis Kim Hyun Joong “ Apa selama ini guru tidak pernah mendengar berita seperti itu?”

Master Kang Shin Il menggeleng, katanya perlahan-lahan “Yang aku ketahui selama ini Kerajaan Seongnam adalah sebuah kerajaan yang tenteram. Tidak terdapat gejolak kejahatan yang pernah mengusik ketenangan kehidupannya.”

“Tetapi menurut orang itu..?”

Master Kang Shin Il mengangguk-angguk.

Sebenarnya mereka mendengar dengan jelas, bahwa Kerajaan Seongnam mulai disentuh oleh perbuatan-perbuatan jahat.

“Tetapi semuanya itu baru kita dengar dari pembicaraan orang di sebuah kedai, guru.” kata Kim Hyun Joong.

“Ya. Mudah-mudahan yang terjadi sebenarnya tidak seperti yang kita dengar itu.”

“Mungkin yang terjadi itu tidak terjadi di Kerajaan Seongnam, guru.” berkata Jung Yong Hwa. “Atau jika perampokan itu bernar terjadi mungkin di daerah perbatasan Kerajaan Seongnam dan Kerajaan Sungkyunkwan. ”

“Ya, meskipun demikian, jika di dekat perbatasan telah terjadi kerusuhan, maka yang tinggal selangkah itu tentu akan segera terjadi pula.”

Jung Yong Hwa mengangguk sambil menjawab. “Ya, guru.”

“Bagaimanapun juga apa yang kita dengar ini akan kita laporkan kepada Kaisar Ryu Seung Ryong. Apa salahnya kita berjaga-jaga orang-orang itu tentu bukan sekedar membual, meskipun mungkin yang terjadi tidak tepat seperti apa yang mereka perbincangkan itu.”

“Guru.” kata Jung Yong Hwa. “Kita juga akan melewati jalan di dekat perbatasan dengan Kerajaan Sunkyunkwan kan?”

“Ya, tetapi mudah-mudahan kita tidak menemui hambatan.”

Demikianlah, beberapa saat kemudian, setelah mereka minum dan makan serta kuda-kuda mereka pun sudah puas beristirahat serta sudah kenyang pula, maka mereka bertigapun melanjutkan perjalanan mereka menuju pusat pemerintahan Kerajaan Seongnam.

Sejenak kemudian, kuda-kuda mereka telah berlari lagi menyusuri jalan-jalan berbatu. Mereka bertiga memutuskan untuk mengambil jalan terdekat, meskipun bukan jalan yang terbaik. Jalan yang mereka lalui justru akan melewati semak belukar, bahkan melewati sebuah hutan rimba yang berada di perbatasan.

Rasa-rasanya mereka justru ingin membuktikan, apakah yang dibicarakan oleh orang-orang yang berada di kedai itu memang benar.

“Mungkin kita mendapatkan kesan-kesan tertentu yang dapat membenarkan atau justru bertentangan dengan yang dibicarakan oleh orang di dalam kedai itu.” kata Kim Hyun Joong.

Master Kang Shin Il tidak mencegahnya, sebagai putra seorang Kasiar, keduanya tentu ingin mengetahui keadaan sebenarnya dari wilayah kekuasaan ayahnya.

Kuda mereka masih berlari, sekali-sekali jalan menanjak naik, namun kemudian jalan pun menurun dengan tajamnya. Sekali-sekali mereka menyeberangi sungai yang tidak begitu besar sehingga airnya pun tidak begitu dalam.

Ketika matahari mulai beranjak turun, maka Jung Yong Hwa pun berkata “Kita akan segera sampai di jalan yang terdekat dengan perbatasan, Hyung.”

“Ya, Jung Yong Hwa. Dekat dengan perbatasan Kerajaan Sungkyunkwan yang sekarang pemerintahannya dipegang oleh Raja Park Yong Ha.”

“Apakah keadaan di Kerajaan Sungkyunkwan manjadi semakin memburuk sepeninggalnya Raja Song Jae Ho, sehingga terjadi kerusuhan di beberapa tempat, bahkan mengalir ke Kerajaan Seongnam?”

“Kita belum tahu pasti Dongsaeng.”

“Bagaimana menurut pendapat guru? apakah Raja Park Yong Ha tidak mampu mengendalikan Kerajaan Sungkyunkwan setangkas Raja Song Jae Ho?”

“Aku kurang mengenal Raja Park Yong Ha. Tetapi Aku mengetahui bahwa Raja Park Yong Ha berguru kepada seorang yang aku kenal dengan baik.”

“Atau ada orang yang tidak menyenanginya sehingga dengan sengaja menimbulkan keresahan?”

“Masih banyak yang perlu kita ketahui, muridku.”

Ketiganyapun terdiam sejenak, kuda-kuda mereka masih berlari di jalan yang semakin dekat dengan hutan yang panjang.

Namun tiba-tiba saja Jung Yong Hwa itupun berkata “Hyung, jangan-jangan justru kerusuhan itu terjadi di Kerajaan Seongnam, baru merembes ke Kerajaan Sungkyunkwan”

“Jika demikian, kita harus dengan cepat bukan saja menumpasnya, tetapi juga mencari sebabnya.”

“Ya.” Jung Yong Hwa mengangguk-angguk.

Ketika kemudian mereka mendekati sebuah tikungan, pada jarak terdekat dengan hutan yang memanjang, Master Kang Shin Il berkata “Berhati-hatilah, murid-muridku.”

Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa yang patuh kepada gurunya itu memperlambat kudanya. Ketika mereka sampai di kelok jalan, maka keduanya benar-benar berhati-hati.”

Untunglah, bahwa Master Kang Shin Il telah memberi peringatan kepada mereka. Sehingga mereka menarik kendali kuda mereka. Beberapa langkah dari tikungan terdapat akar-akar hutan yang menyilang jalan. Akar-akar hutan yang sengaja diikat pada dua batang pohon yang berseberangan setinggi dada orang yang berkuda.

Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa yang berada di depan segera berhenti dan meloncat turun. Mereka sadar, bahwa mereka berhadapan dengan bahaya yang dapat mencancam jiwa mereka.

Master Kang Shin Il kemudian turun pula dari kudanya, jika saja mereka tidak berhati-hati, maka akar-akar hutan akan dapat menjebak mereka, sehingga mereka akan terpelanting dari kuda-kuda mereka.

Dengan geram Kim Hyun Joong berkata “Jika apa yang dikatakan orang di kedai itu bukan sekedar dongeng. Sekarang kita hadapi kenyataan itu disini. Bukankah kita masih tetap berada di Kerajaan Seongnam?”

“Ya, Hyung. Kita masih berada di Kerajaan Seongnam. Jika memang benar, bahwa telah terjadi kerusuhan di Kerajaan Seongnam, kejadian yang sebelumnya belum pernah mengotori udara Kerajaan ini.”

Master Kang Shin Il berdiri termangu-mangu, dipandanginya hutan yang tinggi beberapa langkah saja itu.

Mereka memang berada diruas jalan yang terdekat dengan hutan di perbatasan itu.

Sejenak mereka bertiga berdiri termangu-mangu. Mereka sama sekali tidak berniat dengan cepat menghindar dari kemungkinan buruk menghadapi orang-orang yang telah dengan sengaja menyilangkan akar-akar hutan itu. Bahkan mereka bertiga seakan-akan menunggu, apa yang akan terjadi kemudian memskipun mereka dapat saja merunduk, menyusup dibawah akar-akar hutan itu dan melarikan kuda mereka.

Sebentar kemudian, tiba-tiba saja mereka mendengar suara tertawa, empat orang bertubuh tinggi, berbadan kekar dan berwajah garang muncul dari dalam hutan.

Seorang diantara mereka berkata “Luar biasa, jarang sekali orang yang sempat menghindari jebakan kami. Apalagi orang yang berkuda dari arah tikungan. Tetapi kalian sempat menarik kendali, sehingga kuda kalian berhenti sebelum akar-akar hutan itu melemparkan kalian dari kuda-kuda kalian.”


Bersambung (Season 2 – Kerajaan Seongnam)...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...