Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Kamis, 16 Desember 2010

Meraba Matahari (Season 6)


Season 6
Desa Namchoseon


“Maksud Pangeran Kim Hyun Joong?”

“Kita akan pergi berempat, mudah-mudahan kedatangan kita tidak mereka ketahui. Tetapi seandainya mereka tahu, maka merekapun tidak merasa perlu untuk menghindar, karena kita hanya berempat. Selebihnya, beberapa orang prajurit akan datang berurutan dalam pakaian para petani sehari-hari. Seakan-akan mereka sedang melakukan tugas sandi.”

“Aku mengerti maksud Pangeran.” kata Panglima Yesung.

“Nah jika demikian, maka aku minta Panglima semua masing-masing memilih dua prajurit terbaik, perintahkan mereka untuk menyusul kita, tetapi seperti yang aku katakan tadi, mereka berada dalam tugas sandi, agar para perampok itu tidak merubah rencana mereka.”

“Baik Pangeran, kami mengerti maksud Pangeran Kim Hyun Joong.”

“Kapan kita akan berangkat Pangeran?”

“Besok pagi saat matahari terbit, kita akan pergi menghadap ayahanda memberikan laporan tentang rencana kita, kita akan langsung berangkat menuju ke Desa Namchoseon. Bukankah menurut perhitungan kita, para perampok itu akan merambat sampai ke Desa Namchoseon?”

“Ya, Pangeran. Sementara itu, kedua orang prajurit dari basecamp kami masing-masing harus langsung pergi ke Namchoseon.”

“Ya, biarlah mereka berjalan kaki, tetapi mereka tidak boleh berjalan bersama-sama.”

“Baik, baik, aku akan memerintahkan dua orangku yang terbaik untuk berangkat esok pagi, kata Panglima Yesung.

“Mereka harus langsung pergi ke rumah Kepala Desa sementara kita sudah berada di desa itu.”

“Ya, Pangeran.”

Demikianklah, malam itu itu mereka telah mendapatkan kesepakatan, esok pagi, pada saat matahari terbit, mereka akan bersama-sama menghadap Kaisar Ryu Seung Ryong.

Malam itu, Panglima Eunhyuk, Panglima Yesung, Panglima Donghae, telah menunjuk masing-masing dua orangnya yang terbaik. Mereka mendapat perintah khusus untuk menjalankan tugas mereka yang khusus pula.

Demikianlah, maka ketika matahari terbit di keesokan harinya. Kim Hyun Joong bersama Panglima Eunhyuk, Panglima Yesung, dan Panglima Donghae telah menghadap Kaisar Ryu Seung Ryong, meskipun Kaisar Ryu Seung Ryong baru saja bangun dan bersiap-siap untuk mandi, namun kedatangan Kim Hyun Joong dan ketiga orang Panglima itu telah mendapat perhatiannya, sehingga Kaisar Ryu Seung Ryong telah menerima putranya sebelum Kaisar Ryu Seung Ryong sempat mandi.

“Apa rencanamu Kim Hyun Joong?”

Kim Hyun Joong pun telah menyampaikan rencananya yang telah disusun semalam Panglima Eunhyuk, Panglima Yesung, dan Panglima Donghae.

Kaisar Ryu Seung Ryong pun mendengarkan laporan serta rencana Kim Hyun Joong itu dengan sungguh-sungguh, sekali-kali Kaisar Ryu Seung Ryong mengangguk-angguk, namun kadang-kadang nampak dahinya berkerut.

“Aku percaya padamu, Kim Hyun Joong.” kata Kaisar Ryu Seung Ryong.

“Kami mohon doa restu ayahanda.” kata Kim Hyun Joong kemudian.

“Berangkatlah, kau mengemban tugas sebagai seorang putra Kaisar Seongnam.”

Ketika matahari naik, maka Kim Hyun Joong dan ketiga Panglima muda itupun meninggalkan Istana menuju ke Desa Namchoseon yang tidak jauh dari perbatasan dengan Kerajaan Sungkyunkwan.

Berkuda mereka berempat keluar dari pintu gerbang kawasan kerajaan Seongnam, menyusuri jalan-jalan setapak, kuda mereka itupun berlari di bawah panasnya sinar matahari yang semakin terasa menyengat kulit.

Sekali-kali keempat orang itupun berhenti untuk memberi kesempatan kuda-kuda mereka beristirahat.

Namun kemudian keempat orang itupun segera melanjutkan perjalanan, dibawah teriknya sinar matahari, mereka melarikan kuda mereka di jalan berbatu-batu, diantara jalur-jalur jejak roda pedati. Sekali-kali keempat orang itu melewati jalan tidak begitu jauh dari hutan yang lebat. Namun kemudian jalan itu melingkar dan menurun tajam. Tetapi kemudian memanjat naik lereng pegunungan, menyeberangi sungai yang tidak mempunyai jembatan.

Perjalanan mereka memang cukup panjang.

“Kita tidak mendahului prahurit-prajurit yang pergi ke Namchoseon.” kata Kim Hyun Joong. “Atau mungkin mereka berada di pasar ketika kita melewati pasar di Desa seberang sungai itu, apa nama desa itu?”

“Desa Teukbyeolsi, Pangeran. Pasar itu juga bernama pasar Teukbyeolsi.”

Namun Panglima Donghae pun menyahut. “Agaknya mereka tidak mengambil jalan ini, Pangeran. Mereka akan mengambil jalan pintas yang lebih dekat.”

Kim Hyun Joong mengangguk-angguk.

“Meskipun jalan itu agak rumit, tetapi mereka akan cepat sampai di Namchoseon.”

“Barangkali esok pagi mereka baru akan memasuki Desa Namchoseon, Pangeran.” kata Panglima Donghae.

“Jadi mereka harus bermalam di perjalanan?”

“Mereka tentu akan menghentikan perjalanan mereka dan bermalam di mana saja. Jika mereka berjalan terus di malam hari, pada saat kerusuhan sedang menghantui desa-desa, akan dapat timbul salah paham.”

Kim Hyun Joong mengangguk-angguk.

Di sore hari, ketika mereka berempat singgah di sebuah kedai, merekapun mendengar pembicaraan tentang kerusuhan itu, agaknya rakyat Seongnam, terutama di daerah rawan, benar-benar menjadi gelisah.

“Kalian akan pergi kemana anak muda?” tanya seorang tua yang juga sedang berada di kedai itu.

Orang itu tidak menyadari bahwa ia berbicara dengan putra Kaisar Seongnam serta tiga Panglima terpilih di Kerajaan Seongnam, karena mereka sama sekali tidak mengenakan ciri-ciri keprajuritan.
Yang menjawab pertanyaan orang tua itu adalah Panglima Donghae, jawabnya. “Kami akan pergi ke Baekjeong, Tuan.”

Orang tua itu mengeruntukan keningnya, lalu katanya. “Hati-hatilah anak muda, bukankah Baekjeong itu letaknya di sebelah Desa Namchoseon?”

“Ya, Tuan?”

“Kami, di lingkungan ini sedang digelisahkan oleh kerusuhan-kerusuhan yang semakin meningkat.”

“Apa yang telah terjadi disini, Tuan?” tanya Panglima Yesung.

“Perampokan, tidak hanya di jalan-jalan sepi, tetapi para perampok itu dengan berani mendatangi desa-desa, mereka tidak melakukan kejahatan itu dengan diam-diam, tetapi mereka seakan-akan sengaja menantang para penghuni desa yang di datanginya.”

“Nampaknya keadaan sudah parah, Tuan.”

“Ya. Karena itu, pertimbangkan perjalanan kalian. Apakah keperluan kalian ke Baekjeong anak muda?”

“Kami adalah pedagang bebatuan aji, Tuan.”

“Apalagi jika kalian pedagang.” kata orang tua itu. “Sebaiknya kalian menunda perjalanan kalian.”

“Tetapi kami tidak mau kehilangan kesempatan terbaik, Tuan. Kami berjanji untuk membawa barang-barang yang mereka pesan itu hari ini.”

“Kau akan kemalaman di jalan.”

“Tidak akan terlalu malam.”

“Anak muda.” kata orang tua itu, “Mungkin kau belum mendengar apa yang pernah terjadi di daerah ini, kerusuhan dan kejahatan semakin menjadi-jadi. Sementara itu, Kaisar Ryu Seung Ryong nampaknya acuh tak acuh saja, desa-desa sudah menyampaikan laporan, bahwa mereka sudah tidak mampu menanggulangi kejahatan yang semakin tersebar di daerah ini. tetapi tidak ada tindakan apapun yang telah diambil oleh Kaisar, menurut ceritanya, para prajurit telah mendapat pujian ketika mereka turun ke medan perang antara Korea dengan China, tetapi sekarang, di kerajaan itu sendiri, prajurit itu tidak mengambil tindakan apa-apa.”

“Tentu bukan begitu, Tuan.” kata Panglima Eunhyuk. “Pada saatnya Kaisar Ryu Seung Ryong tentu akan memerintahkan prajurit-prajurit untuk mengatasinya.”

“Tetapi kapan? apa pula yang ditunggu? lihatlah, meskipun hanya berseberangan perbatasan, di Kerajaan Sungkyunkwan tidak terjadi apa-apa. Tetapi hampir di sepanjang perbatasan, terutama yang menghadap ke daerah rawan, prajurit meronda hampir setiap saat, sehingga para perampok itu tidak berani menyeberang. Mereka tidak berani melakukan kejahatan di daerah Sungkyunkwan.

“Mungkin Kaisar Ryu Seung Ryong sedang mengumpulkan keterangan-keterangan yang akan sangat berarti bagi langkah-langkah yang akan diambilnya.”

“Itulah yang kami sesalkan, lamban sekali.”

Kim Hyun Joong menarik nafas panjang, tetapi ia tidak menyahut sama sekali agar lidahnya tidak salah ucap.

“Nah, dengar nasehatku, aku adalah penghuni daerah ini sejak lahir, aku tahu benar apa yang sedang bergejolak di daerah ini dan sekitarnya.”

“Tetapi bukankah Baekjeong masih agak jauh dari sini?”

“Ya, tetapi kau akan melintasi daerah rawan itu.”

Panglima Eunhyuk pun tersenyum sambil berkata. “Terima kasih atas peringatan ini, Tuan. Tetapi jangan cemaskan kami, kami akan berhati-hati.”

“Jadi kalian tetap akan pergi ke Baekjeong?”

“Ya, Tuan. Doakan kami agar kami tidak menemui hambatan yang berarti.”

“Aku doakan kalian meskipun kalian tidak mau mendengarkan nasehatku.”

“Bukannya kami tidak mau mendengarkan nasehat Tuan, tetapi kami sudah berjanji kepada seseorang yang sangat baik kepada kami.”

Orang tua itu memandang ke empat anak muda itu dengan kerut di dahi. Tetapi ia pun kemudian tidak berbicara lagi, diangkatnya mangkuknya, kemudian dihirupnya minuman yang ada di dalamnya. Sementara itu, beberapa orang yang lain, yang agak lama berada di kedai itu, telah meninggalkan tempat itu, setelah mereka membayar makanan dan minuman mereka.

Kim Hyun Joong dan ketiga orang Panglima itu sudah merasa cukup beristirahat, demikian juga kuda-kuda mereka, maka mereka pun minta diri kepada orang tua itu.

“Hati-hati anak muda, sebenarnya aku merasa sedih bahwa kalian ternyata akan tetap meneruskan perjalanan.”

“Terima kasih atas perhatian Tuan, tetapi jangan cemas. Dalam beberapa hari aku akan kembali lewat jalan ini pula, sekali lagi, doakan kami, Tuan.”

Ketika Kim Hyun Joong membayar makanan serta minuman mereka, pemilik kedai itupun berkata. “Aku sependapat dengan orang tua itu, anak muda.”

“Tetapi kami tidak dapat berbuat lain, kami sudah berjanji untuk datang hari ini meskipun kami akan sampai di Baekjeong agak malam.”

“Hati-hatilah anak muda.” pemilik kedai itupun berpesan.
Sejenak kemudian, maka empat ekor kuda berlari di jalan-jalan setapak menuju ke Desa Namchoseon.

Namun Kim Hyun Joong kemudian memperlambat kudanya, kepada Panglima Donghae yang berkuda disebelahnya, Kim Hyun Joong pun berkata. “Rakyat benar-benar sudah menjadi gelisah, ayahanda memang agak terlambat mengambil tindakan.”

“Ayahanda agaknya tidak mau tergesa-gesa menanggapi peristiwa yang bagi Seongnam agak mengejutkan dan menimbulkan banyak pertanyaan itu.”

“Tetapi seharusnya ayahanda tidak usah menunggu jawaban dari pertanyan itu, ternyata rakyat sudah menjadi sangat gelisah. Karena itu, kita memang harus bertindak segera.”

“Mungkin kita memang agak lamban, Pangeran, tetapi kita ingin penyelesaian yang tuntas, jika kita melakukannya sebagaimana dilakukan oleh Kerajaan Sungkyunkwan sebagaimana dikatakan oleh orang tua itu, maka penyelesaiannya pun akan mengambang. Waktunya akan menjadi panjang. Tetapi seperti yang Pangeran kehendaki, cara yang kita tempuh ini agaknya memang lebih baik.”

Kim Hyun Joong mengangguk-angguk, namun rasa-rasanya ia ingin lebih cepat sampai di Desa Namchoseon.

Kemudian, setiap keempat ekor kuda itu berlari tidak terlalu kencang, Kim Hyun Joong dan para Panglima itu mendengar derap kaki kuda di belakang mereka.

Ketika mereka berpaling, mereka melihat beberapa orang berkuda berusaha untuk menyusul mereka.

“Kita akan menunggu mereka.” kata Panglima Yesung, “Jika mereka orang-orang jahat, kita akan menyelesaikan mereka disini.” Tetapi Kim Hyun Joong berkata. “Sebaiknya kita melarikan diri saja, aku yakin, kuda-kuda kita tentu lebih baik dari kuda mereka.”

“Kenapa melarikan diri, Pangeran. Bukankah jumlah mereka tidak terlalu banyak, mungkin hanya lima orang atau enam orang saja.”

“Bukan itu soalnya, jika mereka itu bagian dari orang-orang yang sering menimbulkan kerusuhan di daerah ini, jangan mendapat kesan bahwa ada orang-orang yang dapat mengalahkan mereka, biarkan mereka tetap dalam keadaan seperti biasa. Kita harus menghadapi mereka jika mereka datang dalam jumlah yang utuh, sehingga kerja kita akan dapat selesai dengan tuntas.”

“Tetapi, aku belum pernah melarikan diri dari pertempuran, apalagi hanya sekedar sekelompok perampok.” kata Panglima Yesung.

“Sekarang saatnya untuk mencoba.” sahut Kim Hyun Joong sambil tersenyum.

Panglima Yesung termangu-mangu sejenak, namun ketika Kim Hyun Joong, Panglima Eunhyuk dan Panglima Donghae melarikan kuda mereka semakin kencang, maka Panglima Yesung pun menghentakkan kudanya pula.

Keempat ekor kuda itu berlari semakin kencang, beberapa puluh langkah dibelakang mereka, enam orang penunggang kuda mencoba untuk mengejar mereka.

Beberapa lama kedua kelompok orang berkuda itu saling berkejaran di jalan-jalan setapak yang tidak terlalu lebar, bahkan jalan yang telah digores oleh jalur roda pedati yang agak dalam. Namun para penunggang kuda itu cukup terampil mengendalikan kuda mereka.

Beberapa saat kemudian, jalan pun mulai mendaki dan berbelok-belok, mereka melintasi jalan yang tidak terlalu jauh dari hutan.

Ternyata perhitungan Kim Hyun Joong benar, jarak mereka dengan orang-orang berkuda yang memburu mereka semakin lama menjadi semakin jauh, kuda-kuda para Panglima dan miliknya itu memang lebih baik dari kuda yang dipergunakan oleh orang-orang yang memburu mereka.

Beberapa saat kemudian, maka orang-orang yang memburu Kim Hyun Joong dan ketiga Panglima itu menyadari, bahwa mereka tidak akan dapat berhasil memburu sekelompok orang yang akan mereka jadikan korban perampokan itu.

“Kuda-kuda itu berlari seperti anak panah.” geram orang tertua diantara para perampok itu.

“Kuda-kuda mereka tergolong kuda-kuda yang baik, sehingga kuda-kuda kita tidak berhasil mengejarnya.”

“Satu sasaran yang sangat baik.” kata seseorang yang lain.

Ternyata mereka adalah orang-orang yang mendengar pembicaraan ketiga orang Panglima Seongnam dengan orang-orang yang ada di kedai tadi. Orang-orang itulah yang meninggalkan kedai terlebih dahulu untuk mempersiapkan perampokan.

Namun ternyata mereka tidak berhasil mengejar keempat orang yang mengaku pedagang bebatuan aji itu.

“Kita akan menghadang mereka pulang kelak.” geram orang tertua diantara mereka.

“Kapan mereka pulang? Jika mereka pulang, mereka sudah tidak membawa benda-benda berharga itu lagi.”

“Tetapi mereka akan membawa uang.”

“Ya, ya, mereka akan membawa uang.”

“Kita akan mengamati jalan ini, bukankah mereka mengatakan bahwa mereka akan kembali lewat jalan ini beberapa hari lagi?”

“Ya, ya, beberapa hari lagi. Tetapi yang beberapa hari lagi itulah yang tidak pasti.”

“Sejak tiga hari mendatang, kita akan berada di daerah ini.”

“Jika Panglima Choi Siwon memanggil dan menghendaki kita pergi bersamanya?”

“Apa boleh buat, kita akan kehilangan mereka, kecuali kita dapat meyakinkan Panglima Choi Siwon, bahwa sebaiknya kita tetap berada disini.”

“Mustahil, kita tahu watak dan sifat Panglima Choi Siwon yang berhati batu itu.”

Orang tertua diantara mereka itu mengangguk-angguk, katanya. “Sudahlah, marilah kita kembali, kita memang harus melepaskan mereka. Betapapun kita berusaha, kita tidak akan mempu mengejar mereka, jika saja kita mempunyai kuda yang lebih baik.”

Para perampok itupun kemudian dengan kecewa berbalik arah, mereka tidak mempunyai kesempatan untuk memburu calon korban mereka.

Kemudian Kim Hyun Joong yang sudah meyakini bahwa orang-orang yang mengejar mereka berhenti, memperlambat kudanya, kepada para Panglima itu iapun berkata. “Nah, bukankah lebih baik demikian?”

“Tetapi rasa-rasanya hatiku masih belum mau menerima kenyataan, bahwa kita harus melarikan diri dari kejaran para perampok itu.”

“Kita harus memperhitungkan segala kemungkinan dalam keutuhan tugas kita, Panglima Yesung.” kata Kim Hyun Joong. “Memang, jika kita berpijak pada harga diri kita, maka kita tidak akan melarikan diri dan menghadapi mereka. Bahkan jika jumlah mereka lebih banyak sekalipun. Jika kita sekedar berpijak pada harga diri yang berlebihan, tetapi tugas kita tidak terselesaikan, maka itu akan berarti kita lebih mementingkan diri sendiri daripada tugas kita.”

Panglima Yesung mengangguk-angguk sambil berdesis. “Ya, Pangeran.”

“Nah, para perampok itu agaknya orang-orang yang tadi juga berada di kedai. Agaknya mereka mendengar pembicaraan kita, sehingga mereka benar-benar menganggap kita pedagang bebatuan aji yang bernilai tinggi. Dengan demikian, maka mereka tidak akan membuat pertimbangan-pertimbangan baru untuk melanjutkan rencana-rencana mereka, merampok .”

“Ya, Pangeran.” Panglima Yesung masih mengangguk-angguk.

Demikianlah kuda-kuda itu masih berlari terus, sementara itu, matahari pun menjadi semakin rendah.

“Kita akan memasuki Desa Namchoseon setelah gelap.” kata Kim Hyun Joong.

“Ya, Pangeran.” jawan Panglima Eunhyuk, “Kita harus bersiap-siap untuk mengatasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya salah paham.”

“Kita akan langsung pergi menemui Kepala Desa Namchoseon.”

Panglima Donghae mengangguk-angguk.

Langit sudah menjadi buram ketika mereka semakin mendekati Desa Namchoseon. kuda-kuda yang sudah nampak menjadi lelah itu, tidak lagi berlari terlalu kencang.

“Sudah tidak terlalu jauh lagi, Pangeran.” kata Panglima Eunhyuk.

“Kuda-kuda kita sudah letih.” Kata Kim Hyun Joong.

“Beberapa saat lagi kita akan sampai.”

Kim Hyun Joong tidak menjawab, sementara itu senjapun menjadi semakin gelap.

Ketika malam turun, mereka sudah berada di jalan setapak panjang, di lingkungan Desa Namchoseon. Panglima Eunhyuk lah yang kemudian berkuda paling depan, dibelakangnya Kim Hyun Joong, kemudian Panglima Donghae lalu Panglima Yesung.

Kemudian, selagi empat orang berkuda itu masih dalam perjalanan, maka di tempat tinggal Kepala Desa di Namchoseon, beberapa orang petinggi desa sedang berkumpul. Dengan cemas mereka membicarakan perkembangan keadaan yang menurut pendapat mereka menjadi semakin gawat.

“Para Perampok itu semakin lama semakin bergeser ke selatan.” kata Pejabat Lee Hyung Chul.

“Apa maksudmu Pejabat Lee Hyung Chul?” kata Kepala Desa Oh Ji Ho.

“Coba perhatikan Kepala Desa, mereka telah merampok Desa Aegukga. Merekapun bergeser lagi lebih ke selatan, merekapun merampok Desa Byulgukga. Desa yang terkenal dihuni oleh orang-orang yang berani, karena sebagian dari mereka senang berburu di hutan, namun Desa Byulgukga tidak dapat memberikan perlawanan yang berarti. Dua orang diantara mereka yang mencoba memberikan perlawanan telah terbunuh. Setelah itu, Seongmega menjadi sasaran berikutnya, Seongdeok telah mereka rambah pula, terakhir, beberapa hari yang lalu, mereka memasuki sebuah perkampungan di desa tetangga kita. Mereka telah membakar rumah. Hampir saja penghuninya ikut terpanggang, untunglah bahwa jiwa mereka dapat diselamatkan meskipun mereka mengalami luka-luka bakar yang agak parah.”

“Ya, agaknya memang demikian, sasaran berikutnya ada dua pilihan, Desa Sillagukga atau Desa kita, Desa Namchoseon.”

“Menilik kesejahteraan hidup rakyat Namchoseon yang lebih baik, maka para perampok itu akan memasuki desa kita. Kepala desa, aku yakin sekali jika mereka akan merampok di Desa Namchoseon.”

Kepala Desa menarik nafas dalam-dalam, Kemudian, Pejabat Jo Dong Hyuk pun bertanya “Lalu, apa yang harus kita lakukan?”

“Itulah pertanyaannya.” desis Pejabat Lee Hyung Chul.

“Apakah kita akan berdiam diri saja dan membiarkan para perampok itu mengambil apa saja yang mereka senangi dari desa kita ini? Pejabat Lee Hyun Chul. menurut kabar yang dibawa oleh para pedagang di pasar, para perampok itu tidak saja merampok harta benda.”

“Selain harta benda, lalu apa?”

“Di Seongdeok para perampok itu telah menyeret seorang perempuan yang telah mempunyai dua orang anak.”

“Perempuan juga?”

“Ya, memang untuk yang pertama kali mereka lakukan, justru di Seongdeok, tetapi itu akan dapat menjadi kebiasaan mereka, ditempat lain mereka akan merampok sambil mencari korban keliaran mereka, perempuan dan gadis-gadis.”

Pejabat Lee Hyung Chul menarik nafas dalam-dalam, katanya “Ya, aku juga mendengarnya.”

“Jika demikian, apakah kita tidak dapat berbuat apa-apa?”

Kepala Desa Oh Ji Ho menarik nafas dalam-dalam, katanya “Pilihan yang rumit, jika diam saja, maka mereka akan dengan leluasa berbuat apa saja sesuka hati mereka. Tetapi jika kita mencoba melawan, yang terjadi mungkin lebih buruk lagi dari yang pernah terjadi di Desa Byulgukga. Di Byulgukga dua orang terbunuh, disini mungkin korbannya akan lebih banyak lagi.”

“Tetapi adalah kewajiban kita untuk mempertahankan hak dan milik kita.” Kata Pejabat Lee Sang Yoon

“Pejabat Lee Sang Yoon , yang terjadi di Byulgukga adalah bencana ganda, setelah dua orang mati terbunuh, para perampok itu justru menjadi garang karena mereka merasa mendapat perlawanan. Beberapa rumah yang malam itu di bongkar oleh para perampok, beberapa orang terluka, tetapi mereka waktu itu masih belum sempat berpikir tentang perempuan.”

“Kita memang tidak dapat berbuat apa-apa.” desis Pejabat Jo Dong Hyuk. “Kita hanya dapat menunggu perlindungan para prajurit Seongnam yang konon gagah perkasa itu.”

“Kita pun hanya dapat melihat, siapakah yang datang lebih dahulu, para prajurit atau para perampok.”

Namun selagi mereka berbincang, dua orang anak muda dengan tergesa-gesa langsung mengetuk pintu kediaman Kepala Desa Namchoseon-Oh Ji Ho.

Kepala Desa Oh Ji Ho dan para bebahu yang berbicara di ruang dalam terkejut, dengan nada rendah Kepala Desa Oh Ji Ho bertanya “Siapa?”

“Kami Kepala Desa, Lee Hyun Woo dan Lee Joon Ki, kami termasuk diantara mereka yang bertugas mengawasi lingkungan desa ini.”

Kepala Desa Oh Ji Ho kemudian bangkit berdiri dan membuka pintu. Lee Hyun Woo dan Lee Joon Ki berdiri termangu-mangu di depan pintu.

“Ada apa?” tanya Kepala Desa Oh Ji Ho, sementara itu Pejabat Lee Hyung Chul mendekatinya pula sambil bertanya “Apakah ada tanda-tanda buruk yang kalian jumpai?”

“Ada empat orang berkuda memasuki Desa ini, Kepala Desa.”

“Empat orang berkuda? siapakah mereka? Apakah kau tidak bertanya apakah maksud mereka?”

“Mereka mengatakan, bahwa mereka ingin bertemu dengan Kepala Desa.”

“Nampaknya mereka seperti orang baik-baik Kepala Desa, sikap merekapun baik.”

“Antar mereka kemari.”

“Baik, Kepala Desa.”

Kedua orang anak muda itupun dengan tergesa-gesa turun dari pendapa untuk memanggil keempat orang yang akan bertemu dengan Kepala Desa Oh Ji Ho, keempat orang itu masih tertahan di pintu gerbang Desa Namchoseon.

Beberapa saat kemudian, empat orang itupun sudah menuntun kudanya memasuki halaman rumah Kepala Desa Oh Ji Ho, sementara itu, Kepala Desa dan para petinggi telah turun ke halaman untuk menyongsong mereka.

Pejabat Jo Dong Hyuk telah memutar pedangnya ke sebelah kiri.

“Kau mau apa, Pejabat Jo Dong Hyuk?” desis Pejabat Lee Sang Yoon.

“Kenapa apannya?”

“Pejabat Jo Dong Hyuk tadi memutar pedang ke sebelah kiri.”

“Ah, tidak apa-apa, rasa-rasanya punggung ini agak kaku.”

“Aku kira Pejabat Jo Dong Hyuk akan mengamuk dengan pedang pusakanya itu.”

“Jika aku mengamuk, kaulah sasaran yang pertama.”

Pejabat Lee Sang Yoon itupun tertawa tertahan, katanya “Jangan cepat marah.”

Merekapun terdiam, kedua-duanya melangkah semakin dekat, sementara salah seorang diantara keempat orang yang datang sambil menuntun kudanya itu berkata setelah mengangguk hormat. “Kami ingin menghadap Kepala Desa Namchoseon-Oh Ji Ho.”

“Aku Kepala Desa di Namchoseon, Tuan. Apakah maksud Tuan datang di desa ini?”

“Jika Kepala Desa Oh Ji Ho berkenan, kami ingin menghadap untuk menyampaikan beberapa pesan kepada Kepala Desa Oh Ji Ho.”

“Pesan dari siapa?” tanya Pejabat Lee Hyung Chul dengan serta merta.

Seorang diantara keempat orang itupun menjawab “Nanti, kami akan menjelaskan.”

Kepala Desa Oh Ji Ho termangu-mangu sejenak, namun kemudian katanya “Baiklah, marilah, aku persilahkan kalian naik.”

Keempat orang itupun kemudian dipersilahkan naik ke pendapa, sementara itu Pejabat Lee Hyung Chul sempat mendekati Lee Hyun Woo dan Lee Joon Ki yang mengantar keempat orang berkuda itu “Jangan lengah, meskipun wujud dan sikapnya tidak mencurigakan, kita tidak tahu siapakah mereka sebenarnya. Dimana kawan-kawanmu?”

“Dua orang ada di pos sebelah, yang lain di pintu gerbang halaman induk.”

“Baik, kalian berdua jangan pergi dahulu.”

“Baik Pejabat Lee Hyung Chul.”

Kemudian, para tamu, Kepala Desa Oh Ji Ho dan para Pejabat sudah duduk di dalam kediaman Kepala Desa Oh Ji Ho. Agaknya Kepala Desa Oh Ji Ho ingin segera mengetahui siapakah mereka berempat yang malam-malam datang ke Desa Namchoseon.

“Maaf, tuan, tetapi suasana desa ini sekarang memang agak keruh, sehingga kami harus berhati-hati.”

“Kami mengerti Kepala Desa Oh Ji Ho.”

“Siapakah tuan berempat ini, dan apa pula maksud kedatangan kalian kemari?”

“Kepala Desa Oh Ji Ho, kami adalah prajurit dari Seongnam.”

“Prajurit dari Seongnam?”

“Ya, Kepala Desa Oh Ji Ho.”

Jilid 4
Kepala Desa Oh Ji Ho menarik nafas dalam-dalam, katanya “Tuan, keadaan sudah demikian mencemaskan, Seongnam masih juga belum tanggap, Seongnam malah sempat mengirimkan prajurit yang agaknya untuk melihat apa yang telah terjadi disini. Kemudian kembali menghadap Kaisar Ryu Seung Ryong untuk memberikan laporan. Laporan itu masih akan dibicarakan dalam pertemuan para pemimpin di Seongnam. setelah itu, Kaisar Ryu Seung Ryong memerintahkan seorang Panglima untuk membawa prajuritnya ke Namchoseon, Panglima itu masih harus mengadakan persiapan selama tiga hari. Nah, ketika para prajurit itu sampai kemari, maka Namchoseon telah menjadi debu.”

Ketika Panglima Yesung beringsut setapak, Panglima Donghae menggamitnya, sementara itu Kim Hyun Joong lah yang menjawab dengan bijaksana. “Kami mengerti, Kepala Desa Oh Ji Ho. tetapi kami datang bukannya untuk sekedar melihat keadaan. Kami minta maaf, bahwa penanganan kami memang agak lamban, tetapi kami bermaksud untuk menyelesaikan dengan tuntas.”

“Apa yang tuntas? di Byulgukga dua orang sudah terbunuh, di Seongdeok, mereka mulai mengganggu perempuan.”

“Kami minta maaf atas keterlambatan kami, Kepala Desa Oh Ji Ho, tetapi kami datang tidak untuk sekedar melihat dan mengamati keadaan, kami datang dengan membawa perintah Kaisar Ryu Seung Ryong untuk mengatasinya.”

“Jadi tuan datang untuk menghadapi para perampok itu?”

“Kepala Desa Oh Ji Ho, menurut laporan yang kami terima, serta menurut perhitungan kami, ada kemungkinan para perampok itu akan memasuki Desa Namchoseon, karena itu kami datang untuk memberi peringatan kepada desa ini, sekaligus untuk membantu mengatasinya.”

“Tuan, barangkali Kaisar Ryu Seung Ryong mendapat laporan yang salah, atau barangkali telah terjadi salah paham, sehingga Kaisar Ryu Seung Ryong mengirimkan empat orang prajurit untuk mengatasi para perampok itu.”

“Kami tidak hanya berempat, Kepala Desa Oh Ji Ho. mungkin esok pagi kawan-kawan kami akan memasuki desa ini.”

“Seluruh prajurit di Seongnam?”

“Tidak, Kepala Desa Oh Ji Ho. kawan kami itu berjumlah enam orang sehingga kami seluruhnya sepuluh orang.”

“Hanya sepuluh orang?”

“Ya, Kepala Desa Oh Ji Ho.”

“Berapakah jumlah prajurit Seongnam? aku dengar prajurit Seongnam telah terjun dalam kancah pertempuran untuk melawan pasukan yang datang dari China. Tetapi kenapa Seongnam hanya mengirimkan sepuluh orang prajurit untuk mengatasi kekacauan yang terjadi didaerah ini.”

“Dengan sepuluh orang kami akan melakukan tugas kami sebaik-baiknya Kepala Desa Oh Ji Ho.”

“Tuan, dengar baik-baik, para perampok yang sering mengganggu daerah ini tidak hanya terdiri dari dua atau tiga orang, tetapi mereka lebih dari duapuluh lima orang.”

“Kami tahu, Kepala Desa Oh Ji Ho. tidak ada salah paham, Kaisar Ryu Seung Ryong tahu, bahwa jumlah para perampok itu lebih dari duapuluh lima orang. kadang-kadang mereka datang bersama-sama memasuki sebuah desa. merekapun diperhitungkan akan memasuki Desa Namchoseon dengan kekuatan penuh.”

“Jika demikian, kenapa Tuan datang hanya dengan sepuluh orang?”

“Bukankah di Desa ini terdapat tidak hanya dua puluh lima orang, tetapi berpuluh-puluh anak muda.”

“Ooo, jadi kalian datang hanya untuk melihat bagaimana anak-anak muda kami dibantai oleh para perampok itu? jika kami mengerahkan anak-anak muda kami, maka korban yang akan jatuh tentu lebih dari dua puluh lima orang, jika seorang perampok membunuh dua orang anak muda atau lebih, apa jadinya dengan Desa Namchoseon.”

Kim Hyun Joong tersenyum, katanya kemudian. “Kepala Desa Oh Ji Ho, apakah kami boleh menjelaskan rencana kami?”

Bersambung (Season 7 – Jung So Min)...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...