Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Kamis, 09 Desember 2010

Meraba Matahari (Season 2)


Season 2
Kerajaan Seongnam


Jung Yong Hwa yang menyahut “Kalian hanya menjebak orang-orang yang lewat dari satu arah, kenapa justru orang-orang yang akan pergi kearah pusat kota pemerintahan Seongnam?”

Orang yang berwajah garang itu mengerutkan dahinya, katanya “Pertanyaanmu bagus anak muda, tetapi aku tidak dapat menjawab. Kami sama sekali tidak pernah memikirkannya, bahwa jebakan kami hanya berlaku bagi mereka yang berkuda dari satu arah. Mungkin kami mempunyai firasat bahwa kalian akan lewat jalan ini menuju pusat pemerintahan Kerajaan Seongnam.”

“Lalu, apa maksud kalian dengan merentang akar-akar hutan ini menyilang jalan itu?”

“Kau sudah tentu tahu apa yang kami inginkan. Karena kalian tidak terlempar dari kuda kalian, maka baiklah aku katakan saja bahwa aku ingin merampas semua harta kalian, kami adalah sekawanan perampok. Kami tidak perlu menyembunyikan kenyataan diri atau berpura-pura. Berikan kudamu, uangmu, pedangmu. Pokoknya tinggalkan semuanya dan kalian boleh pergi.”

“Baik. Kamipun akan berterus terang” sahut Jung Yong Hwa “Kami akan menangkap kalian dan membawanya menghadap Raja Seongnam. Selama ini Seongnam selalu tenang, tenteram dan tidak pernah terdapat gejolak apapun. Tiba-tiba muncul kalian, kawanan perampok yang bukan saja ingin merampas milik kami, tetapi kalian sudah membuat Seongnam menjadi resah.”

Para perampok itu tertawa, seorang diantara mereka berkata “Itu memang kami sengaja. Karena selama ini Seongnam tenang-tenang saja, maka, banyak orang yang menjadi lengah dan tidak berhati-hati. Nah, karena itu, maka Seongnam menjadi ladang yang sangat subur bagi kami. Di daerah yang tidak sedamai Seongnam, tidak akan ada orang yang memilih jalan ini untuk memilih jalan yang ramai meskipun agak jauh. Tetapi disini, didaerah yang aman dan tenteram, kalian berani lewat jalan yang sepi ini. Karena itu, maka kalian telah menemui nasib buruk seksrang ini.”

“Kami atau kalian yang menemui nasib buruk? Kami adalah prajurit Seongnam dalam tugas sandi, justru karena pada saat-saat terakhir sering terjadi perampokan. Semula kami tidak mempercayainya, karena selama ini Seongnam selalu aman dan tenteram. Namun disini kami menemukan kenyataan itu. Di Seongnam memang ada sekawanan perampok dan bahkan mungkin sekelompok perampok yang justru memanfaatkan ketenangan masyarakat Seongnam yang kalian anggap lengah. Memang mungkin rakyat menjadi lengah, tetapi tidak untuk perajurit.”

“Persetan dengan celoteh kalian. Jika kalian prajurit dalam tugas sandi, kenapa kalian membawa orang tua itu bersama kalian.”

Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa serentak berpaling kepada Master Kang Shin Il yang berdiri saja seolah membeku.

“Orang tua itu hanya kebetulan seperjalanan, agaknya orang tua itu sudah mempunyai firasat buruk, bahwa Seongnam sekarang memang sudah tidak lagi aman dan tenteram.”

“Sudahlah, jangan mengaku-aku prajurit, bahkan seandainya kalian prajurit. Kalian harus tunduk kepada kami sekarang ini. Serahkan semua yang kalian punya, juga orang tua itu. Kemudian karena kalian prajurit, maka perlakuan kami akan berbeda.”

“Kenapa jika kami prajurit?” tanya Kim Hyun Joong.

“Karena kalian prajurit, maka kalian akan kami bunuh disini. Biarlah Seongnam menyadari, betapa rapuhnya kekuatan Kerajaan Seongnam yang katanya aman dan tenteram. Orang tua itu akan kami lepaskan untuk berceritera, bahwa dua orang prajurit Seongnam telah mati dibunuh sekawanan perampok. Orang tua itu akan berceritera, bahwa ternyata para prajurit Seongnam tidak mampu melindunginya, sehingga ia harus menyerahkan semua miliknya kepada orang-orang yang merampoknya di jalan ini.”

Tetapi Jung Yong Hwa itupun menjawab, “Bersiaplah, kami akan menangkap kalian. Jika kalian melawan, maka kami akan terpaksa membunuh kalian. Orang-orang Seongnam akan merasakan betapa ketatnya perlindungan bagi ketenangan hidup mereka.”

Keempat orang perampok itu bergeser merenggang. Tetapi sambil tertawa seorang yang agaknya pemimpin mereka itu masih juga tertawa sambil berkata “Prajurit-prajurit muda kebanyakan memang besar kepala, mereka merasa dirinya mampu. Tetapi apa kalian pernah belajar olah bela diri yang sebenarnya di lingkungan keprajuritan? Pejabat-pejabat dan petinggi-petinggi kerajaan kalian pun tidak tahu ilmu bela diri yang sebenarnya, apalagi kalian.”

Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa tidak bertanya lagi, keduanyapun telah mengikat kuda-kuda mereka pada pohon jati di pinggir jalan. Kemudian keduanya pun telah mengambil jarak. Mereka menyadari, bahwa mereka masing-masing akan menghadapi dua orang lawan. Para perampok itu tentu tidak akan memperhitungkan kehadiran Master Kang Shin Il, kecuali jika Master Kang Shin Il itu sendiri yang akan turun ke medan pertempuran.

Namun sepertinya Master Kang Shin Il tidak akan melibatkan diri, ia masih saja berdiri sambil memegangi kendali kudanya, seakan-akan membeku.

Sebenarnya Master Kang Shin Il memang tidak ingin langsung terjun ke arena, ia justru ingin melihat, apa yang dapat dilakukan oleh kedua orang muridnya.

Hanya dalam keadaan yang memaksa dan terdesak, maka Master Kang Shin Il akan melibatkan diri.

Salah seorang dari keempat perampok itu masih berkata “Angkatlah wajahmu, pandanglah langit diatas Kerajaan Seongnam untuk terakhir kalinya. Pandanglah awan yang mengalir dan seakan-akan bersarang di puncak gunung itu. Kemudian tundukkan kepalamu. Pandanglah bumi yang kau injak. Di bumi itu pula kalian akan dikuburkan.”

Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa tidak menyahut, namun keduanya benar-benar telah bersiap menghadapi segala kemungkinan.

Sejenak kemudian, para perampok itupun telah berpencar, seakan-akan memilih lawan masing-masing, seperti yang diduga oleh Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa, mereka masing-masing akan berhadapan dengan dua orang yang bertubuh tinggi, berbadan kekar, dan berwajah garang. Meskipun mereka sering tertawa, tetapi suara tertawa mererka sama sekali jauh dari nafas keramah-tamahan.

“Suara iblis yang bersarang ditubuh mereka.” kata Kim Hyun Joong di dalam hatinya.

Sebagai putra mahkota seorang yang memimpin pemerintahan, maka Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa benar-benar merasa tersinggung oleh perbuatan para perampok itu. Ketenangan yang mereka anggap ketenangan itu, seolah-olah telah menggelar lahan yang sangat subur bagi mereka.

“Kesan itu harus dihapuskan, setiap penjahat yang ada di Kerajaan ini harus dihukum.”

Demikianlah, maka sejenak kemudian, para perampok itu sudah mulai menyerang dari arah yang berbeda. Dua orang menghadapi Kim Hyun Joong, yang dua orang lagi menghadapi Jung Yong Hwa.

Dengan tangkasnya Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa menghadapi para perampok yang garang itu.

Ketika beberapa serangan para perampok itu tidak sempat menyentuh tubuh kedua orang anak muda itu, maka para perampok itupun mulai menyadari, bahwa anak-anak muda itu bukannya sekedar menggertak. Agaknya mereka memang mempunyai bekal yang cukup dalam olah bela diri.

Master Kang Shin Il masih berdiri di tempatnya, kedua murid utamanya itu justru mendapat tempat untuk menguji ilmu yang pernah mereka pelajari.

Namun pertempuran itu tidak berlangsung lama, Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa ternyata terlalu kuat bagi keempat perampok itu.

Dalam beberapa saat, keempat perampok itu mulai terdesak. Serangan-serangan mereka yang garang sama sekali tidak berarti bagi Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa, bahkan serangan-serangan Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa yang kemudian justru sering mengenai tubuh mereka, serangan-serangan kedua orang anak muda itu mampu menembus pertahanan lawan-lawan mereka.

Ketika serangan Kim Hyun Joong yang deras mengenai dada seorang diantara lawan-lawannya, orang itupun terlempar beberapa langkah, kakinya terperosok kedalam lubang jebakan mereka sendiri, sehingga orang itu tidak lagi mampu mempertahankan keseimbangannya. Dengan demikian maka ia pun telah terbaring jatuh, kemudian terguling masuk kedalam aliran air sungai yang meskipun tidak terlalu deras, tetapi telah membasahi pakaiannya.

Dengan cepat orang itu berusaha untuk bangkit. Ada beberapa teguk air yang masuk ke mulutnya dan menghisap ke dalam tenggorokannya.

Tetapi begitu ia bangkit berdiri dan berusaha naik ke pinggiran sungai. Maka kawannya yang seorang lagi telah terlempar pula menimpanya, sehingga kedua-daunya justru terjebur lagi ke dalam sungai.

Kim Hyun Joong dengan cepat memburunya. Demikiam keduanya berusaha untuk bangkit, dan kakinya telah menyambar kening seorang diantara mereka, sehingga terpelanting ke dalam sungai. Sementara itu, kawannya pun berusaha pula untuk berdiri. Tetapi sekali lagi kaki Kim Hyun Joong terayun menghantam lambung.

Dengan demikian, maka kedua lawan Kim Hyun Joong itupun telah terperosok masuk kedalam sungai.

Kemudian, Jung Yong Hwa telah meloncat sambil memutar tubuhnya, kakinya melayang menerpa kening seorang dari kedua lawannya, sehingga orang itu terlempar beberapa langkah. Kepalanya menjadi pening, serta matanya berkunang-kunang.

Kawannya yang melihat serangan itu berusaha mempergunakan kesempatan. Dengan cepat orang itu meluncur menyerang Jung Yong Hwa dengan kakinya mengarah ke punggung. Tetapi dengan tangkasnya Jung Yong Hwa merendah, dengan deras kakinya justru menyapu kaki lawannya.

Orang itupun terpelanting dengan kerasnya, tubuhnya yang jatuh, menimpa batu-batu di pinggiran sungai. Terdengar orang itu mengeluh kesakitan. Punggungnya serasa menjadi retak.

Tetapi ada harapan lagi, bagi keempat perampok itu. Karena itu, maka tiba-tiba saja seorang diantara mereka telah memberikan isyarat dengan siulan nyaring.

Dengan cepat keempat orang itu berusaha untuk segera bangkit berdiri dan melarikan diri.

Tidak ada kesulitan bagi Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa untuk menangkap mereka. Ketika keempat orang itu berlari ke hutan, maka Kim Hyun Joong maupun Jung Yong Hwa berusaha untuk mengejar mereka.

Tetapi terdengar Master Kang Shin Il bertepuk tangan memanggil mereka.

“Guru.” kata Kim Hyun Joong “Kami harus dapat menangkap salah satu dari mereka. Dengan demikian kita akan tahu, siapakah mereka itu dan siapa pula pemimpin mereka.”

“Tidak akan banyak artinya, muridku.” Jawab Master Kang Shin Il.

“Kenapa guru?”

“Yang mereka ketahui, mereka adalah sebagian dari sekelompok penjahat. Hanya itu. Merekapun tidak akan dapat menunjukkan sarang kawan-kawannya karena mereka tentu berpindah-pindah tempat. Menurut penglihatanku, mereka adalah sebagian kecil dari sekawanan perampok yang besar dalam susunan keanggotaan yang berlapis, sehingga orang-orang pada lapisan terbawah tidak akan tahu, siapakah yang berada dilapisan tengah. Apalagi dilapisan atas.”

“Tetapi setidak-tidaknya kami membawa bukti bahwa telah terjadi kerusuhan di Kerajaan ini.”

“Jika kau kehilangan bukti, aku akan bersedia menjadi saksi.”

Kim Hyun Joong terdiam.

“Kalian berdua, kalian tidak tahu, apa yang ada dibelakang pepohonan hutan itu. Sarang mereka tentu tidak ada di tempat itu. Tetapi kau harus mengingat jebakan-jebakan yang mungkin mereka pasang. Bukan hanya sekedar akar-akar hutan yang terikat menyilang di jalan. Mungkin di dalam hutan itu terdapat berbagai macam jebakan, sementara beberapa orang telah menunggu.”

Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa saling berpandangan sejenak, namun merekap un mengerti peringatan yang diberikan oleh gurunya. Mungkin para perampok itu telah membuat jebakan yang memang mereka tujukan kepada para prajurit jika mereka mencoba memburu untuk menangkap mereka.

“Ya, guru.” desis Kim Hyun Joong kemudian.

“Nah, sekarang marilah kita meneruskan perjalanan, singkirkan akar-akar hutan itu.”

Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa pun kemudian telah menyingkirkan akar-akar hutan yang merentang menyilang jalan itu.

Sejenak kemudian, maka mereka bertiga pun melanjutkan perjalanan mereka, tetapi yang berada di paling depan kemudian adalah Master Kang Shin Il.

Ketika mereka kemudian telah sampai ke jalan yang lebih lebar, yang semakin jauh dari hutan, Master Kang Shin Il pun berkata kepada Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa “Majulah sedikit muridku, ada yang akan aku katakan.

Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa kemudian berkuda disebelah menyebelahi Master Kang Shin Il. Sementara itu, kuda merekapun berlari tidak terlalu kencang.

”Aku melihat kalian tadi marah sekali kepada para perampok itu.”

Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa termangu-mangu sejenak, namun kemudian Kim Hyun Joong pun menjawab “Ya, guru. Aku memang marah sekali kepada mereka.”

“Itu wajar, muridku. Tetapi betapapun kalian marah. Kalian tidak boleh terbakar oleh rasa kemarahan kalian, maka penalaran kalianpun akan menjadi kacau.”

Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa terdiam.

“Kalian berdua, aku melihat ungkapan kemarahan kalian adalah tatanan gerak bela diri kalian. Betapa kalian marah sekali sehingga serangan-serangan kalian tidak lagi terkendali. Tidak ada pikiran lain di kepala kalian sekali menghancurkan lawan kalian. Dan bahkan malah membunuh mereka. Seadainya kalian mengejar mereka agar menangkap salah seorang dari mereka untuk dijadikan sumber keterangan, maka yang akan kalian dapatkan tidak akan lebih dari sosok-sosok mayat para perampok itu. Aku melihat bahwa kalian terlalu sulit untuk mengendalikan kemarahan kalian.”

Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa tidak menjawab.

“Tetap itu wajar sekali terjadi pada anak-anak muda yang baru keluar dari sebuah perguruan. Anak-anak muda yang merasa dirinya telah berbekal ilmu.”

Jantung Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa pun telah tersentuh pula, karena itu, maka keduanya sama sekali tidak menjawab.

“Tetapi setelah kalian mengalami itu semua. Untuk seterusnya berhatil-hatilah. Kalian harus menjaga agar kalian tidak terbenam kedalam arus kemarahan setiap kali kalian menghadapi persoalan, betapapun kalian menjadi marah. Kalian harus tetap menyadari, apa yang akan kalian lakukan.”

“Ya, guru.” jawab Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa berbarengan.

“Tetapi apa yang terjadi bukan merupakan gejala buruk bagi kalian. Itu wajar. Wajar sekali. Namun meskipun hal itu terjadi, namun sebaiknya kalian mampu tetap berpegang teguh pada penalaran yang penting.

“Ya, guru.” jawab kedua orang anak muda itu.

“Nah, marilah kita berpacu agak lebih cepat. Waktu kita sudah tersita beberapa lama di pinggir hutan itu.”

Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa tidak menjawab, sementara itu, kuda Master Kang Shin Il berlari semakin cepat, sehingga kedua orang anak muda itupun mempercepat lari kuda mereka pula. Namun dengan demikian, maka mereka tidak dapat mencapai lingkungan dalam Kerajaan Seongnam, sebelum senja, ketika senja turun, mereka masih berada di jalan yang langsung menuju ke pintu gerbang Desa Seongnam.

Demikian mereka sampai ke pintu Desa, maka lampu-lampu minyak disetiap rumah sudah dinyalakan. Dua buah obor telah terpasang pula di pintu gerbang, sedangkan di pinggir jalan induk yang langsung menuju ke alun-alun, di beberapa gerbang pun telah terpasang obor pula.

Dalam keremangan senja, tidak banyak lagi orang yang berada di jalan, bahkan tidak ada orang yang memperhatikan tiga orang berkuda menyusuri jalan induk yang langsung menuju alun-alun.

Namun penjaga pintu gerbang istana Seongnam lah yang terkejut ketika mereka melihat tiga orang berkuda berhenti di depan pintu gerbang halaman istana.

“Pangeran Kim Hyun Joong dan Pangeran Jung Yong Hwa” desis prajurit yang bertugas.

“Ya, kami datang bersama guru.”

“Silahkan, silahkan, Pangeran, silahkan Master.”

Ketiganya pun segera memasuki pintu gerbang halaman istana, mereka langsung menyusuri halaman samping dan berhenti di pintu.

Prajurit yang bertuga spun segera menerima ketiga ekor kuda itu dan mempersilahkan mereka memasuki pintu samping.

Kedatangan Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa bersama Master Kang Shin Il pada saat malam mulai turun itu, memang agak mengejutkan Kaisar Ryu Seung Ryong.

Kaisar Ryu Seung Ryong pun kemudian menerima kehadiran Master Kang Shin Il serta kedua orang puteranya di serambi samping.

“Selamat datang Master Kang Shin Il, nampaknya Master Kang Shin Il bersama Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa agak kesiangan berangkat dari perguruan, sehingga lewat senja kalian baru sampai. Bukankah biasanya Master Kang Shin Il dan anak-anak sudah sampai sebelum senja turun?”

Master Kang Shin Il tersenyum, katanya “Ada sedikit hambatan di perjalanan, Kaisar Ryu Seung Ryong”

Kaisar Ryu Seung Ryong mengerutkan keningnya, dengan nada tinggi ia paun bertanya “Hambatan apa Master Kang Shin Il?”

Master Kang Shin Il memandang Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa berganti-ganti. Sambil tersenyum ia pun berkata “Kedua putra Kaisar Ryu Seung Ryong telah diuji di perjalanan.”

“Ada apa?” nampak kecemasan di wajah Kaisar Ryu Seung Ryong.

Namun sebelum pembicaraan itu berlanjut, Permaisuri Lee Mi Sook telah memasuki serambi itu pula. Dengan nada penuh kerinduan dari seorang ibu, Permaisuri Lee Mi Sook itupun berkata “Aku mendengar suara kalian Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa. Marilah. Masuklah ke ruang dalam, kalian tentu letih setelah menempuh perjalanan seharian.”

“Kau belum mengucapkan selamat datang kepada Master Kang Shin Il, Permaisuri Lee Mi Sook.” potong Kaisar Ryu Seung Ryong.

Permaisuri Lee Mi Sook tertawa, katanya, “Maaf Master Kang Shin Il, sudah sejak di dalam ucapan itu sudah ada di bibir. Tetapi ketika aku melihat Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa, aku lupa mengucapkannya. Apalagi kektika aku melihat pakaian mereka yang kusut. Keringat dan debu yang melekat diwajah mereka. Maaf, Master Kang Shin Il. Biarlah mereka membenahi diri.”

“Master Kang Shin Il tentu juga akan segera berbenah diri.”

“Kamar bagi Master Kang Shin Il akan segera disiapkan. Bukankah Master Kang Shin Il akan bermalam?”

“Tentu.” Kaisar Ryu Seung Ryong lah yang menjawab “Bukankah malam sudah turun?”

“Nah, masih banyak waktu untuk berbincang. Malam nanti, esok pagi dan barangkali Master Kang Shin Il tidak hanya akan bermalam semalam saja.”

Master Kang Shin Il hanya tertawa saja. Sementara itu, setelah Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa mencium tangan ibunya, mereka pun dibimbing seperti anak-anak masuk ke ruang dalam.

“Maaf, Master Kang Shin Il.” kata Kaisar Ryu Seung Ryong kemudian “Ibunya memang sangat rindu kepada mereka.”

“Aku mengerti, Kaisar Ryu Seung Ryong.”

“Aku juga minta maaf, Master Kang Shin Il. Sebelum Master Kang Shin Il sempat beristirahat, aku sudah mendesak ingin mengetahui hambatan apa yang telah terjadi di perjalanan?”

Master Kang Shin Il tersenyum, katanya “Tidak apa Kaisar Ryu Seung Ryong, bukankah itu sudah sewajarnya?”

“Ya, Master Kang Shin Il.” sahut Kaisar Ryu Seung Ryong.

Master Kang Shin Il pun kemudian menceritakan apa yang telah terjadi di perjalanan. Empat orang kawanan perampok itupun telah mengganggu perjalanan mereka.

“Perampok?”

“Ya, Kaisar Ryu Seung Ryong.”

Kaisar Ryu Seung Ryong termangu-mangu sejenak, namun sementara itu, seorang pelayan telah menghidangkan minuman hangat dan beberapa potong makanan.

“Silahkan Master Kang Shin Il. Nanti pembicaraan kita tentang para perampok itu kita lanjutkan.”

“Terima kasih, Kaisar Ryu Seung Ryong.”

“Kami akan mempersilahkan Master Kang Shin Il untuk mandi dan beristirahat. Malam nanti kita akan dapat berbicara panjang bersama Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa.”

Malam ini setelah makan malam Kaisar Ryu Seung Ryong duduk di serambi bersama Master Kang Shin Il, Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa. Permaisuri Lee Mi Sook pun duduk bersama mereka sebentar. Namun kemudian minta diri untuk bersama-sama dengan pelayan membersihkan ruangan dalam.

“Nah” kata Kaisar Ryu Seung Ryong kemudian. “Sekarang aku ingin mendengar cerita tentang perjalanan Master Kang Shin Il bersama Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa sepenuhnya.”

Master Kang Shin Il pun tersenyum, katanya “Baiklah, Kaisar Ryu Seung Ryong, tetapi sebaiknya biarlah Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa sajalah yang bercerita.”

Kaisar Ryu Seung Ryong mengangguk-angguk, katanya “Baiklah, ceritakan apa yang telah terjadi.”

Berganti-gantian Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa menceritakan apa yang telah terjadi di perjalanan mereka. Mereka saling melengkapi dan bahkan cerita mereka memang kadang-kadang menjadi tumpang tindih. Rasa-rasanya terlalu banyak yang ingin mereka katakan, sehingga kalimat pun rasa-rasanya saling berdesakan lewat mulut keduanya.

Kaisar Ryu Seung Ryong mengangguk-angguk, akhirnya cerita kedua orang putranya itu jelas pula baginya.

“Master Kang Shin Il.” kata Kaisar Ryu Seung Ryong “Sebenarnya Kerajaan Seongnam tidak lagi aman dan tenteram seperti sebelumnya. Aku juga sudah menerima laporan tentang kejahatan yang terjadi di beberapa pedesaan. Juga telah terjadi perampokan di jalan-jalan.”

“Jadi ayahanda sudah mengetahuinya?” tanya Kim Hyun Joong.

“Baru dalam pekan ini. Sepertinya peristiwa kejahatan itu juga belum lama mulai tumbuh di Kerajaan ini.”

“Kita tidak boleh terlambat ayahanda.” kata Jung Yong Hwa kemudian.

“Ya.” Kaisar Ryu Seung Ryong mengangguk-angguk “Tetapi kita juga tidak boleh tergesa-gesa. Kita harus tahu, apa yang sebenarnya terjadi, sehingga kita tidak salah mengambil langkah.

Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa mengangguk-angguk kecil.

“Nah, sikap Kaisar Ryu Seung Ryong itu harus kalian teladani, muri-muridku. Kita jangan tergesa-gesa mengambil sikap agar kita tidak salang langkah.”

“Ya, guru.” sahut Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa bersama.

Sementara itu, Kaisar Ryu Seung Ryong pun berkata selanjutnya “Selain laporan tentang tindakan kejahatan itu, sejak hari ini Permaisuri Seo Woo Rim juga berada disini.”

“Maksud Kaisar Ryu Seung Ryong, Permaisuri Seo Woo Rim-Istri Kaisar Song Jae Ho Kerajaan Sungkyunkwan berada di Kerajaan ini?”

“Ya.”

“Apakah sekedar menengok keadaan keluarga disini?”

“Tidak, Master Kang Shin Il. Tetapi Permaisuri Seo Woo Rim itu mengungsi ke Kerajaan Seongnam.”

“Permaisuri Seo Woo Rim mengungsi ke Seongnam?” tanya Jung Yong Hwa.

“Ya.”

“Kenapa Ayahanda?” tanya Kim Hyun Joong.

“Ada masalah dengan putra mahkota-pangeran Park Yong Ha, yang sekarang telah diangkat menjadi Kaisar Sungkyunkwan menggantikan ayahnya-Kaisar Song Jae Ho.”

“Persoalan apa?”

“Permaisuri Seo Woo Rim dipersilahkan meninggalkan Kerajaan Sungkyunkwan.

“Alasannya?”

“Ayahanda masih belum sempat berbicara panjang. Baru besok hari ayahanda akan berbicara dengan Permaisuri Seo Woo Rim. Tadi Permaisuri Seo Woo Rim nampak sangat letih.

“Dengan siapa Permaisuri Seo Woo Rim datang kemari?”

“Dengan putrinya-Putri Han Ga In.”

“Jadi Permaisuri Seo Woo Rim datang bersama dengan Putri Han Ga In?”

“Ya.”

“Lalu Permaisuri Seo Woo Rim akan tinggal di Seongnam?”

“Nampaknya memang begitu. Tetapi Ayahanda masih belum tahu pasti, meskipun demikian, Ayahanda telah memerintahkan menyiapkan sebuah tempat tinggal bagi Permaisuri Seo Woo Rim. Jika benar Permaisuri Seo Woo Rim akan tinggal di Seongnam, maka biarlah Permaisuri Seo Woo Rim tinggal di tempat itu dengan tenang dan tidak bersama Putri Han Ga In. Biarlah ibundamu menugaskan dua atau tiga orang pelayannya di rumah Permaisuri Seo Woo Rim serta seorang juru taman.”

“Kenapa pangeran Park Yong Ha sampai hati mengusir permaisuri Seo Woo Rim dari Sungkyunkwan?”

“Bagaimanapunn juga hubungan antara anak dan ibu tiri sering menimbulkan persoalan.” desis Master Kang Shin Il. “Meskipun tidak semuanya, ada seorang ibu tiri yang bersikap kurang baik terhadap anak tirinya, tetapi sebaliknya ada anak tiri yang bersikap tidak baik terhadap ibu tirinya.”

“Besok tidak ada salahnya jika Master Kang Shin Il juga ikut mendengarkan cerita Permaisuri Seo Woo Rim.”

“Baik Kaisar Ryu Seung Ryong, tetapi tentu saja aku hanya akan menjadi pendengar yang baik tanpa dapat melibatkan diri.”

“Mungkin Master Kang Shin Il dapat memberikan petunjuk jalan manakah yang terbaik. Pada dasarnya perselisihan antara ibu dan anak, meskipun anak tiri, dapat dijernihkan.”

Dan, ketika malam menjadi semakin larut, Kaisar Ryu Seung Ryong pun berkata kepada kedua puteranya “Kalian tentu letih, beristirahatlah. Biarlah Ayahanda duduk disini sebentar lagi dengan gurumu.”

“Baik, ayah.” Sahut Kim Hyun Joong, namun kemudian Jung Yong Hwa pun yang juga merasa letih, kemudian bangkit pula berdiri sambil berkata “Aku juga mohon diri untuk beristirahat.”

Keduanya pun kemudian telah meninggalkan Master Kang Shin Il dan Kaisar Ryu Seung Ryongdi serambi.

“Master Kang Shin Il, meskipun tidak Master Kang Shin Il katakan, tetapi ketika anak-anak menceritakan hambatan yang mereka alami, terasa ada sesuatu yang ingin Master Kang Shin Il sampaikan.”

Master Kang Shin Il tersenyum, katanya “Bukankah Kaisar Ryu Seung Ryong merasakan, betapa mereka berdua demikian ingin menceritakan apa yang telah terjadi?”

“Ya, Master Kang Shin Il.”

“Keduanya memang menjadi sangat marah kepada para perampok itu, sehingga mereka berdua telah hanyut kedalam arus perasaan mereka.”

Kaisar Ryu Seung Ryong masih mengangguk-angguk.

“Nah, aku merasa perlu untuk sedikit mengekang gejolak darah muda mereka. Ketika mereka mengejar para perampok yang melarikan diri, aku memang mencegahnya, maksud keduanya memang benar, mereka ingin menangkap setidak-tidaknya seorang dari mereka untuk menjadi sumber keterangan. Tetapi jika mereka dapat menangkap salah seorang dari perampok itu, maka perampok itu tentu sudah mati sebelum sempat berbicara juga.”

“Aku mengerti Master Kang Shin Il.” desis Kaisar Ryu Seung Ryong “Darah muda mereka masih mudah mendidih, sifat kemudaan mereka masih mereka kedepankan.”

“Seorang yang baru saja keluar dari sebuah perguruan, memang terdorong untuk menguji kemampuannya. Dibarengi dengan kemarahan yang menyala, maka keduanya agak kurang dapat mengendalikan diri.”

“Terima kasih atas pengamatan Master Kang Shin Il yang lengkap terhadap anak-anak itu.”

“Semoga untuk selanjutnya juga menjadi perhatian Kaisar Ryu Seung Ryong.”

Kaisar Ryu Seung Ryong pun mengangguk-angguk pula.

Namun beberapa saat kemudian, Kaisar Ryu Seung Ryong pun telah mempersilahkan Master Kang Shin Il untuk beristirahat. Sebuah bilik yang sudah dibersihkan dan diatur dengan rapi telah disiapkan bagi Master Kang Shin Il.

Dipagi hari berikutnya, ketika langit masih remang-remang. Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa sudah sibuk di pemandian, bergantian mereka menimba air untuk mengisi bak di pemandian.

“Biarlah saya yang mengisinya, Pangeran.” kata salah seorang pelayan di Kerajaan.
Tetapi mengisi bak di pagi hari adalah kewajiban yan harus mereka lakukan di perguruan. Sehingga rasa-rasanya ada yang terhutang jika mereka tidak mengisi bak. Karena itu, maka kepada pelayannya Jung Yong Hwa berkata “Biarlah aku mengisinya, pekerjaan ini selalu aku lakukan.”

“Tetapi tentu tidak di Kerajaan ini, Pangeran.”

“Disinipun aku tidak boleh melupakan kewajiban itu.”

Pelayannya tidak dapat memaksanya meskipun ia masih saja berdebar-debar, jika Kaisar Ryu Seung Ryong atau Permaisuri Lee Mi Sook melihatnya, maka mereka akan menjadi marah.

Tetapi ternyata tidak, ketika Kaisar Ryu Seung Ryong yang berdiri di pintu melihat Kim Hyun Joong menimba air selagi Jung Yong Hwa mandi, Kaisar Ryu Seung Ryong itu sama sekali tidak marah, dan bahkan tidak mencegahnya. Dibiarkannya Kim Hyun Joong terus mengisi bak pemandian.

Ketika matahari naik, Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa sudah siap untuk hadir di ruang utama Kerajaan bersama para pemimpin Kerajaan Seongnam. Master-master dari Perguruan Kangsan juga akan ikut hadir.

Sebelum Master Kang Shin Il masuk ke ruang utama kerajaan, ia melihat Kim Hyun Joong dan Jung Yong Hwa mengenakan pakaian kebangsawanan Kerajaan.

“Sejak kalian berdua berada di perguruan, kalian berdua belum pernah ikut dalam pertemuan resmi seperti hari ini, bukan?”

“Belum. Guru, adalah kebetulan hari ini ayahanda memanggil para pemimpin Kerajaan untuk mengyelenggarakan sebah pertemuan resmi di ruang utama.”

“Kalian berdua nampak benar-benar seperti putra mahkota.”

“Ah, guru, ibunda tadi mengatakan, bahwa kemarin adalah hari ulang tahunku. Karena itu, maka ibundalah yang memberikan pakaian baru kepadaku, apalagi hari ini ayahanda menyelenggarakan sebuah pertemuan besar.”

“Hyung yang kemarin berulang-tahun, aku ikut pula menerima hadiah dari ibunda.”

“Besok, jika kau berulang-tahun, aku juga akan menuntut hadiah.” sahut Kim Hyun Joong.

Jung Yong Hwa tertawa, gurunya tertawa pula.


Bersambung (Season 3-Permaisuri Seo Woo Rim)...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...