Sambil menikmati santap siang, aku memerhatikan beberapa penduduk lokal dengan rakitnya yang merapat ke perahu untuk menjual souvenir.
“Hati-hati! Tas dan ransel jangan diletakkan dekat jendela. Para penjual souvenir itu tidak segan-segan menjambretnya. Sudah banyak turis yang jadi korban.” Terngiang kembali kata-kata Mr. Kim Nam Jin sebelum kami memasuki perahu. Cepat-cepat, aku memindahkan ransel coklatku ke bawah bangku.
“Huh, tidak di Seoul, tidak di New Caledonia, penjambret ada dimana-mana!” Gerutu Yoon Eun Hye Nunna sambil menggeser kaca jendela supaya tidak terbuka terlalu lebar.
Aku mengangguk, mengiyakan. Kuteguk air mineral. Rasanya perutku sudah penuh. Padahal baru beberapa suap nasi yang kutelan. Kuperhatikan, beberapa peserta tour sudah selesai menyantap makan siang. Wajah mereka tampak puas kekenyangan. Mungkin, hanya aku satu-satunya manusia di ruangan ini yang makan dengan pelan, tak berselera dan menyisakan setumpuk nasi plus lauk pauk di piring. Santap siang ala chinese food yang biasanya sangat kugemari terasa hambar. Sehambar perasaanku saat ini.
Entah mengapa, aku tidak bisa menghilangkan bayangan Kwon Yuri dari benakku. Padahal, tujuanku ikut tour ini - selain menemani Yoon Eun Hye Nunna yang sangat ingin melihat keindahan alam New Caledonia sejak menonton drama series Boys Before Flowers - adalah untuk melipur lara di hatiku karena cinta yang bertepuk sebelah tangan.
Kwon Yuri, adik kelasku, yang kucintai sampai ke tulang sumsum, menampik cintaku. Berbagai cara telah kutempuh untuk menggapai hatinya, tapi Kwon Yuri tak tersentuh sedikitpun. Sikapnya yang dulu ramah pun berubah. Dia selalu menghindariku seolah-olah aku mengidap penyakit AIDS. Tetapi, aku tidak bisa membencinya. Betapa pun galaknya dia terhadapku kini.
Aku sendiri tak mengerti. Mengapa aku bisa sangat mencintainya? Dia bukan gadis dengan kecantikan yang luar biasa. Namun, di mataku, dia adalah gadis tercantik yang pernah kutemui. Mungkin karena sifatnya yang lembut dan keibuan yang membuatku tertarik. Atau, mungkin juga karena cinta itu sendiri yang telah memilih Kwon Yuri. Bagiku, mencintai tanpa alasan adalah cinta yang sesungguhnya. Seperti cintaku padanya. Sayang, hati Kwon Yuri telah terpaut pada sahabat masa kecilnya.
“Hai! Boleh duduk di sini?” Seseorang menyapaku, mengoyak lamunan panjangku. Aku menoleh. Seorang gadis menatapku ramah. Bibir tipisnya mengukir senyuman manis. Sekilas, aku seperti melihat bayang Kwon Yuri di wajahnya. Tapi…tidak! Dia bukan Kwon Yuri! Kwon Yuri lebih cantik. Matanya tidak sesipit mata gadis ini. Bibir Kwon Yuri juga lebih mungil.
“Kenalkan, namaku Seohyun!” Tanpa menunggu ijin dariku, gadis itu duduk di sampingku. Tangan kanannya terulur ke arahku.
“Shim Changmin,” Kubalas uluran tangannya dengan enggan.
“Namamu bagus!” Seohyun tersenyum. Aku tersenyum tipis lalu mengalihkan pandang ke jendela. Mataku menjelajah ke beberapa nelayan yang sedang memeragakan atraksi menangkap ikan dengan burung. Menurut Mr. Kim Nam Jin, sedari kecil leher burung telah dipasangi gelang kawat sehingga ikan yang tertangkap akan tersangkut di lehernya. Sang Nelayan tinggal mengambil ikan tersebut.
“Ikut tour apa?” Pertanyaan Seohyun membuatku melepaskan pandangan dari Sang Nelayan yang sedang mengambil ikan dari leher burung.
“Paradise tour,” Jawabku sambil mengedarkan pandang ke sekeliling ruangan yang mulai sepi. Acara makan siang sudah selesai sejak tadi. Beberapa peserta tour tampak duduk terkantuk-kantuk. Tn. Lee Jin Wook malah sudah tertidur pulas di bangkunya. Sedangkan Mr. Kim Nam Jin asyik mengobrol dengan Yunho Hyung, tour leader yang memimpin perjalanan ini sejak dari Bandara Incheon.
“Kau mencari siapa?” Seohyun ikut mengedarkan pandang ke sekeliling ruangan.
“Kakakku. Tadi dia duduk di depanku.”
“Mungkin ke toilet. Aku sempat berpapasan dengannya di lorong yang menuju toilet wanita.”
“Kamu tahu kakakku yang mana?” Kutatap Seohyun, heran. Seohyun menggangguk.
“Bagaimana aku tidak tahu, wajah kalian mirip sekali.” Seohyun tertawa. Huh, aku tidak suka mendengar suara tawanya. Aku juga kesal melihat caranya menatapku. Genit dan …ada kesan agresif. Tidak seperti Kwon Yuri yang kalem dan cenderung pendiam. Eits, kenapa aku membandingkan Seohyun dengan Kwon Yuri? Yah, jelas mereka berbeda! Kwon Yuri itu ibarat bidadari dari kahyangan. Sedangkan, Seohyun….lebih mirip …..
“Hei, kau hobi bengong ya?” Seohyun menepuk lenganku.
“Tahu tidak, aku sudah mengikutimu sejak di Saint Joseph Street.” Seohyun mengedipkan mata. “Ingat tidak dengan gadis cantik berpakaian gipsi warna biru terang?” tanyanya centil.
Bersambung…