Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Kamis, 27 Januari 2011

Keinginan Sederhana (FF)


Title : Keinginan Sederhana
Author : Sweety Qliquers
Genre : Romance, Family, Friendship, Marriage
Episodes : 8 Chapter
Production : www.ff-lovers86.blogspot.com
Production Date : 04 November 2010, 02.50 PM
Cast & Note :

Kim Tae Hee

As : Sahabat Yoon Eun Hye di Masa SMA
* Seorang wanita yang memiliki Keinginan Sederhana
Name: 김태희 / Kim Tae Hee (Kim Tae Hui)
Nickname: Angel
Profession: Actress and model
Birthdate: 1980-Mar-29
Birthplace: Ulsan, South Korea
Height: 165cm
Weight: 45kg
Star sign: Aries
Blood type: O
Talent agency: Namoo Actors


Yoon Eun Hye

As : Istri Hyun Bin
* Menganggap Hyun Bin-suaminya berselingkuh, hanya karena Hyun Bin mengagumi rekan kerja wanitanya-Lee Hyori
Name: 윤은혜 / Yoon Eun Hye (Yun Eun Hye)
Nicknames: "JamGgoDae" (Stick) / "Pooh"
Profession: Actress, singer and model
Birthdate: 1984-Oct-03
Birthplace: Seoul, South Korea
Height: 168cm
Weight: 48kg
Star sign: Libra
Blood type: O
Talent agency: Kraze Entertainment


Hyun Bin

As : Suami Yoon Eun Hye
* Merasa bersalah kepada istrinya-Yoon Eun Hye, karena terang-terangan mengakui bahwa dirinya mengagumi sosok Lee Hyori-rekan kerjanya
Name: 현빈 / Hyun Bin (Hyeon Bin)
Real name: 김태평 / Kim Tae Pyung (Gim Tae Pyeong)
Profession: Actor and model
Birthdate: 1982-Sep-25
Birthplace: Seoul, South Korea
Height: 184cm
Weight: 74kg
Star sign: Libra
Blood type: B
Talent agency: Star M Entertainment


Lee Hyori

As : Rekan kerja Hyun Bin di suatu perusahaan asing
Name: 이효리 (李孝利) / Lee Hyo Ri (I Hyo Ri)
Also known as: Hyori Lee / Lee Hyori / Lee Hyo / Cho Ri
Profession: Singer, model, and actress
Birthdate: 1979-May-10
Birthplace: Choong Book, South Korea
Height: 166cm
Weight: 53kg
Star sign: Taurus
Blood type: A
Family: Older brother, older sister


Son Ye Jin

As : Kep.Rmh Tangga Kel.Kim Tae Hee
Name: 손예진 / Son Ye Jin (Son Yeh Jin)
Real name: 손연진 / Son Yeon Jin (Son Yun Jin)
Profession: Actress and model
Birthdate: 1982-Jan-11
Birthplace: Daegu, South Korea
Height: 165cm
Weight: 45kg
Star sign: Capricorn
Blood type: RH+A
Talent agency: Barunson Entertainment


Gook Ji Yun

As : Anak kost di rumah Ibu Yoon Eun Hye
Name: 국지연 / Gook Ji Yun (Kook Ji Yeon)
Profession: Model and actress
Birthdate: 1984-Apr-17
Height: 167cm
Weight: 45kg
Star sign: Aries
Talent agency: Olive9


Yoona (SNSD)

As : Anak kost di rumah Ibu Yoon Eun Hye
* Seorang perawat yang bekerja di rumah sakit swasta.
* Suaminya sedang ke Jepang, katanya menjadi buruh pabrik. Berangkat tiga tahun yang lalu dan baru sekali pulang. Mereka belum sempat mempunyai anak, karena Gong Yoo, suaminya, berangkat ke Jepang hanya dua bulan setelah pernikahan mereka. Mencari uang cepat, itu alasannya.
Real Name : Im Yoon Ah
Stage Name : Yoona
Nickname : Charming Girl, Little Deer, Retarol, Flower Deer, Powerful Yoona, Bravery Yoona, YoonABC
Birthdate : 30 Mei 1990
Blood type : B
Height : 166 cm
Weight : 47 kg
Posisi : Ketua Dancer yang ke-3, membantu vokal
Group : SNSD


Gong Yoo

As : Suami yoona
* Bekerja di Jepang menjadi buruh pabrik. Berangkat tiga tahun yang lalu dan baru sekali pulang
Name: 공유 / Gong Yoo (Kong Yoo)
Real name: 공지철 / Gong Ji Cheol (Kong Ji Chul)
Profession: Actor
Birthdate: 1979-Jul-10
Birthplace: South Korea
Height: 184cm
Weight: 74kg
Star sign: Cancer
Blood type: A
Talent agency: SidusHQ


Jung So Min

As : Gadis hamil di luar nikah yang anaknya di adopsi Kim Tae Hee
Name: 정소민 / Jung So Min
Real name: 김윤지 / Kim Yoon Ji
Profession: Actress and model
Birthdate: 1989-Mar-16
Height: 165cm
Weight: 47kg
Star sign: Pisces
Blood type: A
Talent agency: Bloom Entertainment



Barbie Xu

As : Teman SMA Kim Tae Hee
Name: 徐熙媛 / Xu Xi Yuan
English name: Barbie Hsu / Barbie Xu
Also known as: 姍姍 (San San/Shan Shan), 大S (Big S)
Profession: Actress, host, singer
Birthdate: 1976-Oct-06
Birthplace: Taipei, Taiwan
Star sign: Libra
Height: 163cm
Weight: 44kg
Blood Type: B
Family: Sister Dee Hsu and husband Wang Xiao Fei (汪小菲)


Bibimbap (비빔밥, "nasi campur")
Makanan khas kota Jeonju, yaitu nasi yang dicampur berbagai macam sayuran, daging sapi, telur, dan gochujang.


Gochujang
pasta cabe korea yang terbuat dari beras ketan & bubuk cabe yang difermentasi.


Ramyeon (라면)
mie ramen khas Korea, namun agak berbeda dengan ramen dari Jepang. Ramyeon Korea dapat pula berarti mie instan yang dijual kemasan. Ramyeon dimasak dengan kuah yang sangat pedas dan biasanya ditambah sayuran, daging atau kimchi.


Kimbab (nasi rumput laut, 김밥)
Sangat mudah dibuat. Terbuat dari nasi yang dibalut rumput laut kering (Kim), isinya bervariasi dari sayur-sayuran, telur goreng, ikan, daging, dan sosis.


Keinginan Sederhana

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8 (Tamat)

Mencari Cinta Sejati (FF)


Title : Mencari Cinta Sejati
Author : Sweety Qliquers
Genre : Frienship, Romance
Episode : 4 Chapter
Production : www.ff-lovers86.blogspot.com
Production Date : 27 January 2011, 04.02 PM
Cast & Note :

Siwon (Super Junior)

* Pemuda culun,
* Berambut unik,
* Berkawat gigi,
* Mendambakan gadis yang memiliki cinta sejati untuknya
Nama asli: Choi Siwon
Nama Mandarin: Shi Yuan
Nama panggilan: Simba (dinamain Heechul), Horse/Kuda (dari Shio China)
Tanggal lahir: 7 April 1986
Tempat lahir: Seoul Gangnam
Tinggi badan: 183 cm
Berat badan: 65 kg
Golongan darah: B
Agama: Kristen
Posisi: sub-vocal


Tifanny (SNSD)

* Gadis yang menerima segala kekurangan Siwon
* Gadis ke-100 yang didekati Siwon
Nama : Tiffany
Nama Lengkap : Hwang Mi Young, Tiffany Hwang
Arti Nama : Daun bunga yang cantik
Nama Panggilan di SNSD : Brighter Than Gem
Nama Panggilan Lain : Fany, Brighter than Mushroom Tiffany, Fanny of Belly, Bacteria Fany, Fany The Practicer, Rural Fany, Spongebob Hwang, Fany Fany Tiffany, Human Jukebox, Mushroom
Tgl. Lahir : 1 Agustus 1989
Tinggi Badan : 162 cm
Berat Badan : 50 kg
Posisi : Ketua Vokal yang ke-4
Skill: Bahasa Inggris, Main Flute


Chae Rim

As : Ibu Tiffany & Park Ji Yeon
Name: 채림 / Chae Rim (Chae Lim)
Real name: 박채림 / Park Chae Rim
Chinese name: 蔡琳 / Cai Lin
Profession: Actress
Birthdate: 1979-Mar-28
Height: 168cm
Weight: 48kg
Blood type: A
Star sign: Aries
Talent agency: Olive9 Entertaiment


Park Shi Hoo

As : Ayah Tiffany & Park Ji Yeon
Name: 박시후 / Park Shi Hoo
Real name: 박평호 / Park Pyung Ho
Profession: Actor
Birthdate: 1978-Apr-03
Height: 182cm
Weight: 70kg
Star sign: Aries
Blood type: B
Talent agency: StarK Entertainment


Park Ji Yeon (T-ARA)

As : Adik Tiffany
Name: 지연 / Ji Yeon
Real name: 박지연 / Park Ji Yeon (Bak Ji Yun)
Profession: Actress and singer
Birthdate: 1993-Jun-07
Height: 167cm
Weight: 45kg
Star sign: Gemini
Blood type: AB


Mencari Cinta Sejati

Mencari Cinta Sejati (Chapter 4-Tamat)


Aku membukanya.

Untuk Siwon Oppa,
Maafkan aku Oppa, selama ini aku tidak pernah bilang jika aku sakit tumor otak. Aku tidak mau membuat Siwon Oppa merasa kasihan padaku lalu memperlakukanku dengan aneh. Saat Oppa baca surat ini, mungkin aku sudah pergi.

Siwon Oppa harus tetap kuat, tetap jadi diri Siwon Oppa yang aku kenal. Siwon Oppa yang percaya diri, tulus, baik hati, dan jujur. Tetap optimis mencari pasangan hidup yang terbaik. Aku sayang Siwon Oppa.
Tiffany.


Airmataku mengalir. “Aku tidak akan pernah berubah untukmu, Tiffany.”

Aku akan tetap jadi Siwon yang baik dan tampan.

TAMAT
Copyright Sweety Qliquers

Mencari Cinta Sejati (Chapter 3)


Dengan jantung berdebar akupun masuk ke dalam. Bisa kulihat jelas ada sebuah peti mati yang masih terbuka disana,

“Jangan-jangan Ibu Tiffany meninggal? Kasihan dia.”

Lalu dimana Tiffany?

Mataku tertuju pada sesosok wanita berkerudung putih yang menangis sesenggukkan.
Itu pasti Tiffany, lalu aku mendekatinya.

“Tabahlah Tiffany, relakanlah beliau di sana, supaya beliau bisa pergi dengan tenang.” Dia mengangguk, namun masih saja menangis.

Kulingkarkan tanganku dibahunya, membiarkan Tiffany menangis di dadaku. Aku pun larut dalam kesedihannya.

“Siwon Oppa,” tiba-tiba saja Park Ji Yeon, adik Tiffany yang paling kecil menarik lengan kemejaku. Aku menoleh.

“Tiffany Eonni sudah meninggal, Oppa,” katanya lalu kembali menangis.

Meninggal?!? Lalu siapa yang aku peluk ini??? Aku melepaskan pelukanku lalu kuintip sedikit wajah dibalik kerudung itu.

Ya Tuhan, ternyata Ibu Tiffany!!! Aku pun pingsan seketika.

Nasib, nasib. Tiffany adalah satu-satunya gadis yang bisa menerimaku apa adanya, kini sudah tiada, batinku setelah sadar.

“Ini ada surat dari Tiffany Eonni untuk Siwon Oppa,” kata Park Ji Yeon sambil menyerahkan sepucuk surat untukku.

Bersambung…

Mencari Cinta Sejati (Chapter 2)


Kutarik nafasku panjang, berharap kali ini aku akan diterima.

Tiffany, adalah gadis ke-100 yang aku dekati. Dia satu-satunya gadis yang bisa mengerti aku, selain itu dia lembut, paling lembut kurasa. Dia baik, paling baik juga, dan kata orang dia cukup cantik, menurutku dia cantik sekali.

“Jarang sekali ada pria sepertimu,” kata Tiffany beberapa saat yang lalu.

“Maksudmu, jeleknya?” Tiffany tertawa.

“Tentu saja tidak, kau itu tidak jelek. Kau itu unik, sama uniknya dengan kepribadianmu, kau itu baik, tulus, jujur dan selalu percaya diri. Aku senang sekali bisa berteman denganmu.”

Oh my God, akhirnya ada juga gadis yang mau menerimaku apa adanya, dan sekarang adalah saatku untuk menembaknya.

Dengan mantap aku mengayuh sepeda bututku ke rumah Tiffany.

“Tiffany, aku dataaaang!” teriakku bahagia di sepanjang perjalanan.

Kusandarkan sepedaku di pagar rumah sederhana itu. Aku tetap masuk meskipun agak bingung.

“Kenapa banyak orang disini? Ada acara apa? Tapi kenapa semua orang memakai pakaian hitam? Siapa yang meninggal?” batinku.

“Permisi Paman, Tiffany ada?” tanyaku sambil berbisik pada Ayah Tiffany yang duduk bersama beberapa temannya di halaman depan.

“Ada di dalam,” kata Ayah Tiffany dengan nada datar.

Aku pun masuk, kucari Tiffany di antara orang-orang yang ada di sana, tapi tidak ada, di mana dia? Aku pun mulai panik.

“Maaf nona, tahu tidak Tiffany di mana?” tanyaku pada salah satu orang yang duduk disitu. Orang itu menuding ke ruang sebelah, aku pun menuju kesana. Kudengar lamat-lamat suara tangis.

Bersambung…

Mencari Cinta Sejati (Chapter 1)


Kupatutkan diriku di cermin,

“Hm sudah cukup tampan,” pikirku, meskipun banyak yang bilang aku culun. Sekali lagi kuambil sisir untuk sedikit merapikan rambutku yang unik. Aku tersenyum menampakkan gigi berkawatku yang menurutku, dapat menambah ketampananku.

“Sebenarnya apa yang kurang dari diriku? Kenapa tidak ada gadis yang menyukaiku?!?” tanyaku heran. Tapi tetaplah semangat, aku akan terus berusaha, pantang menyerah, apalagi mengingat usiaku sekarang, sudah menginjak 30 tahun,

“Aku tidak mau jadi perjaka tua yang tampan. Hehehe,” kataku.

Aku sudah hunting gadis sejak usiaku 16 tahun, itu artinya sudah sekitar sekitar 99 gadis yang menolakku. Macam-macam saja pendapat mereka, contohnya,

“Apa?? Apa dirumahmu tidak ada kaca?!?”

“Jangan becanda?!?”

“Kurang ajar?!?”

“Aku tidak bisa membayangkan jika harus berciuman dengan kawat gigimu itu!!!”

“Jangan mimpi!!!”

dan lain sebagainya.

Bersambung…

Ada Apa Denganmu?? (FF)


Title : Ada Apa Denganmu??
Author : Sweety Qliquers
Genre : Family, Romance
Episode : 3 Chapter
Production : www.ff-lovers86.blogspot.com
Production Date : 27January 2011, 03.08 PM
Cast & Note :

Changmin (TVXQ)

As
: Shim Changmin
* Suami Han Hyo Joo
Nama : Max Changmin
Nama Asli : Shim Chang Min
Nama Panggung : MAX, Choi Kang Cha Min And the man who have an NT N.
Tanggal Lahir : 18 Febuari 1988
Tempat Lahir : Seoul
Gol. Darah : B
Tinggi Badan : 184 cm
Berat Badan : 61 kg
Hobi : Main game, nyanyi, baca dan mendengarkan musik
Bakat : Menyanyi dan menari
Prestasi : 6th Annual SM Best
Kompetisi : Best Singing 1st Place & Best Artist of the Competition
Star Sign : aquarius


Han Hyo Joo
As : Istri Shim Changmin
Name: 한효주 / Han Hyo Joo (Han Hyo Ju)
Profession: Actress and model
Birthdate: 1987-Feb-22
Birthplace: Cheongju, South Korea
Height: 172cm
Weight: 48kg
Star sign: Pisces
Blood type: A
Talent agency: BH Entertainment


Ada Apa Denganmu??

Ada Apa Denganmu?? (Chapter 3-Tamat)


Malam ini, Shim Changmin Oppa kembali pulang terlambat. Namun kali ini dia langsung menghampiriku, menangis dan bersimpuh di kakiku. Ada apa ini??? Kulihat tubuh Shim Changmin Oppa bergoncang sesenggukkan, suara tangisnya terdengar menusuk telinga dan hatiku. Tak pernah aku lihat Shim Changmin Oppa seperti ini, begitu lemah…

Aku memeluknya erat, sambil mengelus rambutnya.

“Ada apa, Oppa?” tanyaku.

“Aku merasa gagal menjadi suamimu, Han Hyo Joo. Maafkan aku,” katanya lirih.

Apakah benar Shim Changmin Oppa selingkuh?!? Hatiku kacau balau tak keruan, perasaanku bersiap untuk menghadapi kehancuran akan pengakuannya.

“Aku….,” masih kutunggu Shim Changmin Oppa melanjutkan kalimatnya, “aku mandul, Han Hyo Joo. Aku tidak akan pernah bisa memberimu anak.” DEG!!! Aku terkejut mendengarnya.

“Selama ini aku pulang malam, aku hanya ingin membuatmu kecewa supaya kau meninggalkanku. Tapi kenapa kau begitu sabar menghadapiku, Han Hyo Joo?!? Seharusnya kau tinggalkan saja aku?!? Agar aku tak merasa bersalah seperti ini!!!”

Kuusap airmata yang membasahi pipi Shim Changmin Oppa dengan lembut.

“Jangan pernah meminta aku meninggalkanmu, Oppa. Apapun alasanmu, kau tetap suamiku, dan aku akan selalu mencintaimu, dengan apapun keadaan dirimu,” ucapku lembut penuh kasih. Shim Changmin Oppa memelukku erat.

Terimakasih Tuhan, Kau telah mengembalikan Shim Changmin Oppa, meskipun dalam keadaan yang tak sempurna.

TAMAT
Copyright Sweety Qliquers

Ada Apa Denganmu?? (Chapter 2)


Keesokkan harinya, seperti biasa aku siapkan sarapan untuk suamiku yang sangat aku cintai,

“Oppa, ayo Sarapan dulu,” kataku.

“Makan saja sendiri, aku buru-buru,” katanya lalu keluar dari rumah.

Kutarik nafasku perih, untuk yang kesekian kalinya. Sarapan yang kubuat, tak pernah disentuhnya lagi.

Sebenarnya ada apa ini? Kenapa Shim Changmin Oppa bisa berubah sedemikian drastis??? Apakah dia selingkuh?!? Tanpa kusadari, airmata telah berjatuhan membasahi pipiku. Tak terbayangkan pernikahan yang sudah aku jalani selama lima tahun akan kandas. Apa semua ini karena aku tak bisa memberi keturunan??? Seribu pertanyaan memenuhi otakku, seribu kekecewaan kutelan mentah-mentah tanpa tahu kenapa aku menelannya. Kuhela nafasku berat, menyesakkan, lalu aku pun berdoa…

Tuhan, berikanlah hambaMu ini kesabaran untuk menghadapi ujian ini… kembalikan Shim Changmin Oppa, bila memang dia telah meninggalkanku…

Bersambung…

Ada Apa Denganmu?? (Chapter 1)


Hari ini adalah kesekian kalinya, Shim Changmin Oppa pulang terlambat. Entah kenapa akhir-akhir ini dia selalu pulang di atas pukul sebelas malam, aku tak pernah berani bertanya. Itu semua karena aku menjaga perasaan Shim Changmin Oppa, yang selalu naik darah bila kutanya. Namun malam ini sepertinya hatiku sudah tak mampu lagi bertahan untuk diam.

Kubaringkan tubuhku di kursi sofa ruang tamuku, menunggu kedatangan Shim Changmin Oppa. Satu jam, dua jam aku tunggu, Shim Changmin oppa belum datang juga. Sampai akhirnya aku ketiduran.

Aku terbangun saat mendengar pintu rumahku terbuka. Kulihat Shim Changmin Oppa kembali mengunci pintu.

“Kau baru pulang, Oppa,” sapaku. Shim Changmin Oppa hanya diam langsung masuk ke kamar. Aku pun menyusulnya. Kuambil tasnya dari tangannya lalu aku bertanya.

“Akhir-akhir ini, Oppa sering lembur ya?” tanyaku lembut. Shim Changmin Oppa diam lalu masuk ke kamar mandi. Aku duduk di kasur menunggunya. Tak seberapa lama dia keluar dan langsung meringkuk di tempat tidur yang sudah kami tempati bersama selama lima tahun.

“Oppa…,” kusentuh ujung bahunya yang membelakangiku.

“Sudah tidur saja, tidak usah banyak tanya!” katanya. Aku pun kembali terdiam.

Bersambung…

Sepi Malam Minggu Yang Indah (Chapter FF)


Title : Sepi Malam Minggu Yang Indah
Author : Sweety Qliquers
Genre : Friendship, Romance
Episode : 7 Chapter
Production : www.ff-lovers86.blogspot.com
Production Date : 27 January 2011, 10.25 AM
Cast & Note :

Han Hyo Joo

* Bila malam minggu tiba, Han Hyo Joo selalu menyambutnya dengan gembira. Sebab dia ingin lekas-lekas menumpahkan sang ilham itu di atas kertas folio. Malam Minggu memang waktu yang paling tepat karena dia dapat mengetik tanpa ada yang menganggu. Dan, Han Hyo Joo menikmati semua itu.
* Tapi itu dulu. Sekarang, Han Hyo Joo mulai merasakan betapa menjemukan malam minggunya. Hanya bergelut dengan buku dan Laptop Lagipula, dia juga ingin menceritakan tentang kencan malam minggunya pada Jeon Boram, seperti yang dilakukan Jeon Boram setiap hari Senin tiba.
Name: 한효주 / Han Hyo Joo (Han Hyo Ju)
Profession: Actress and model
Birthdate: 1987-Feb-22
Birthplace: Cheongju, South Korea
Height: 172cm
Weight: 48kg
Star sign: Pisces
Blood type: A
Talent agency: BH Entertainment


Boram (T-ARA)

As : Jeon Boram
* Sahabat Han Hyo Joo
* Teman sekelas Han Hyo Joo
Nama Asli: Jeon Boram (전보람)
Birtdate: 22 Maret 1986
Height: 155cm
Weight: 45 kg
Blood type: A
Profession: Penyanyi, Aktris
Posisi di T-ara: Leader, Support Vocal
Group : T-ara


Kim Soo Hyun

* Kakak kelas Han Hyo Joo
* Type Pemuda “Bad Boy”
Name: 김수현 / Kim Soo Hyun
Profession: Actor
Birthdate: 1988-Feb-16
Height: 180cm
Weight: 65kg
Star sign: Aquarius


Changmin (TVXQ)

As : Shim Changmin
* Kekasih Jeon Boram
Nama : Max Changmin
Nama Asli : Shim Chang Min
Nama Panggung : MAX, Choi Kang Cha Min And the man who have an NT N.
Tanggal Lahir : 18 Febuari 1988
Tempat Lahir : Seoul
Gol. Darah : B
Tinggi Badan : 184 cm
Berat Badan : 61 kg
Hobi : Main game, nyanyi, baca dan mendengarkan musik
Bakat : Menyanyi dan menari
Prestasi : 6th Annual SM Best
Kompetisi : Best Singing 1st Place & Best Artist of the Competition
Star Sign : aquarius


Lee Seung Ki

As : Kakak Han Hyo Joo
Name: 이승기 / Lee Seung Ki (Lee Seung Gi)
Profession: Singer and actor
Birthdate: 1987-Jan-13
Birthplace: Korea
Height: 182cm
Weight: 70kg
Star sign: Capricorn


Che Rim

As :
Pembantu rumah tangga Han Hyo Joo
Name: 채림 / Chae Rim (Chae Lim)
Real name: 박채림 / Park Chae Rim
Chinese name: 蔡琳 / Cai Lin
Profession: Actress
Birthdate: 1979-Mar-28
Height: 168cm
Weight: 48kg
Blood type: A
Star sign: Aries
Talent agency: Olive9 Entertaiment


Lee Jin Wook

As :
Ayah Han Hyo Joo & Lee Seung Ki
Name: 이진욱 / Lee Jin Wook
Profession: Actor
Birthdate: 1981-Sep-16
Birthplace: South Korea
Height: 183cm
Weight: 68kg
Star sign: Virgo
Blood type: A
Talent agency: HB Entertainment


Lee Hyori

As :
Ibu Han Hyo Joo & Lee Seung Ki
Name: 이효리 (李孝利) / Lee Hyo Ri (I Hyo Ri)
Also known as: Hyori Lee / Lee Hyori / Lee Hyo / Cho Ri
Profession: Singer, model, and actress
Birthdate: 1979-May-10
Birthplace: Choong Book, South Korea
Height: 166cm
Weight: 53kg
Star sign: Taurus
Blood type: A
Family: Older brother, older sister


Sepi Malam Minggu Yang Indah

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7 (Tamat)

Sepi Malam Minggu Yang Indah (Chapter 7-Tamat)


Han Hyo Joo memandang tubuh Kim Soo Hyun yang melangkah gontai. Maafkan aku, Kim Soo Hyun….batinnya. Cinta memang tidak bisa dipaksa. Dan, aku tidak ingin pura-pura mencintaimu hanya untuk membuang sepi malam mingguku.

Biarlah malam minggu tetap begini. Mungkin belum saatnya dewi amor singgah di hatiku. Toh, usiaku masih muda. Masih banyak waktu. Aku yakin, suatu hari nanti aku pasti menemukan dia, sang kekasih pujaan.

Dan, malam minggu Han Hyo Joo tetap sunyi. Tapi dia tidak sedih lagi. Dia menikmati sepi itu, sepi yang indah.

TAMAT
Copyright Sweety Qliquers

Sepi Malam Minggu Yang Indah (Chapter 6)


Malam sudah larut. Han Hyo Joo menggolekkan tubuhnya menghadap dinding. Dia berusaha memejamkan mata tapi tidak bisa. Kantuknya belum datang juga. Sementara perang batin berkobar terus, antara menerima atau menolak Kim Soo Hyun.

Hhhh! Han Hyo Joo mendesah. Posisi tubuhnya kini terlentang. Ditatapnya langit-langit kamar. Ada bayang-bayang Kim Soo Hyun di sana, lengkap dengan senyum dan matanya yang berpijar saat menyatakan cinta. Tuhan, aku tidak bisa mencintainya. Aku….aku harus menolaknya. Ya, harus! Berpikir begitu, Han Hyo Joo merasa lega. Perang itu telah usai.

Dan kala jam berdentang satu kali, Han Hyo Joo tertidur pulas.

Bersambung…

Sepi Malam Minggu Yang Indah (Chapter 5)


Di kantin, Han Hyo Joo memesan Orange Jus 2 gelas.

“Waktu malam Minggu Kim Soo Hyung ke rumahku, “ Kata Han Hyo Joo setelah pesanan mereka datang.

“Aku tidak heran. Bukankah Dari dulu dia menyukaimu?” Jeon Boram mengaduk-aduk Orange jusnya.

“Tapi kau pasti heran kalau malam itu juga dia….,” Han Hyo Joo menggantung kalimatnya. Dia menunggu reaksi Jeon Boram.

“Dia kenapa?” Desak Jeon Boram, semakin penasaran.

Han Hyo Joo tersenyum. “Dia bilang, Apa kau mau jadi kekasihku?”

“Ahh, berani sekali dia!” Setengah melongo Jeon Boram berseru.”Lalu, apa jawabanmu?”

“Beri aku waktu.” Sahut Han Hyo Joo pendek.

Jeon Boram meneguk Jusnya sampai habis. Ditatapnya Han Hyo Joo lama-lama.

“Hei, kenapa kau menatapku seperti itu?” Han Hyo Joo mengibaskan tangannya di depan wajah Jeon Boram.

“Han Hyo Joo, bagaimana perasaanmu pada Kim Soo Hyun?” Pelan suara Jeon Boram seolah takut ada yang mendengar.

“Perasaanku? Mm….bagaimana ya?” Han Hyo Joo mengerutkan kening “Ehmm, biasa saja.”

“Kalau biasa saja, kenapa kau bilang ‘beri aku waktu’? Tolak saja. beres!”

Han Hyo Joo diam. Benar juga apa yang dikatakan Jeon Boram. Toh, sebenarnya dia tidak menyukai Kim Soo Hyun. Tapi, Kim Soo Hyun tida jelek. Dia tampan, baik, walau dia Bad Boy.

“Aku rasa, aku menyukainya.” Ujar Han Hyo Joo kemudian. “Sedikit, tapi lambat laun pasti akan jadi bukit.”

“Gila! Kau pikir, cinta itu mainan? Kalau kau tidak mencintainya ya…jangan dipaksakan.”

Sekali lagi Han Hyo Joo terdiam. Dia jadi bingung. Kalau dia menolak Kim Soo Hyun, berarti malam minggunya akan tetap sepi. Atau…. menerimanya….akh…..apa betul dia bisa pelan-pelan belajar mencintai Kim Soo Hyun?

“Pikir baik-baik, Han Hyo Joo. Jangan memainkan perasaan orang lain. “ Jeon Boram menasihati. Han Hyo Joo manggut-manggut. Ia semakin bingung.

Bersambung…

Sepi Malam Minggu Yang Indah (Chapter 4)


Sudah jam tujuh kurang sepuluh menit, Jeon Boram belum datang juga. Han Hyo Joo duduk gelisah di bangkunya. Sebentar-sebentar ia melongokkan kepalanya ke jendela yang terletak di samping tempat duduknya. Tidak biasanya Jeon Boram terlambat. Apalagi ini hari Senin, harinya upacara penaikan bendera. Sebagai anggota pasukan pengibar bendera, seharusnya Jeon Boram datang agak pagi. Tapi, bukan karena itu Han Hyo Joo menunggu Jeon Boram. Dia hanya ingin cepat-cepat menceritakan kejadian malam minggunya.

Han Hyo Joo melirik jam di pergelangan tangan kirinya. 5 menit lagi bel berbunyi. Anak-anak sudah berhamburan ke lapangan siap mengikuti upacara. Bahkan, anak-anak kelas 3 IPA 1 yang terkenal tertib sudah mengatur barisan. Ah, Han Hyo Joo mendesak kecewa. Percuma saja dia menunggu Jeon Boram. Toh, tidak ada waktu lagi untuk bercerita.

Di lapangan, mereka harus tekun mengikuti jalannya upacara. Payahnya, pelajaran pertama sesudah upacara adalah Matematika yang gurunya terkenal killer. Mana ada kesempatan mengobrol? Padahal, Han Hyo Joo sudah tidak sabar ingin cerita.

Tepat jam 7, saat anak-anak sudah berbaris. Jeon Boram datang dengan nafas terengah-engah. Untung upacara baru akan dimulai. Tergesa, gadis itu menggabungkan diri dengan kelompok Pengibar bendera. Seorang gadis yang sudah siap menggantikannya kembali masuk ke barisannya.

Di barisannya, Han Hyo Joo menghela nafas lega. Dia sudah takut saja, Jeon Boram tidak hadir.

Upacara pagi itu terasa berlangsung berjam-jam. Pikiran Han Hyo Joo tidak terpusat pada jalannya upacara. Kata-kata Kim Soo Hyun terus mengiang di telinganya. O, betapa ingin dia mendengar komentar Jeon Boram bila gadis itu tahu apa yang diucapkan Kim Soo Hyun. Jeon Boram pasti terkejut. Matanya yang bulat pasti terbelalak. Ah, Han Hyo Joo tersenyum sendiri. Untung tidak ada yang melihat. Kalau tidak, mungkin dia disangka tidak waras.

“Aduh, kukira kau tidak datang.” Han Hyo Joo menghampiri Jeon Boram setelah upacara selesai.

“Hm, biasanya kalau aku terlambat, kau tidak akan bicara seperti itu. Tapi, sekarang?” Dengan curiga, Jeon Boram menatap Han Hyo Joo. “Memangnya ada apa?”

“Ada….,” Han Hyo Joo tidak meneruskan ucapannya. “Istirahat nanti aku ceritakan semuanya. Ayo, masuk ke kelas. Nanti si killer itu mengamuk.” Ditariknya tangan Jeon Boram.

Dua jam dijejali aneka perhitungan rumit membuat kepala Han Hyo Joo pening. Terlebih lagi bila ingat kejadian malam minggu. Uh, rasanya mau pecah! Han Hyo Joo melirik jam tangannya. 1 menit lagi istirahat.

Teng…teng..teng..! Lonceng berbunyi tanda istirahat tiba. Dengan bersamaan, Han Hyo Joo dan Jeon Boram menarik nafas lega.

“Fiuh! Benar-benar Gila guru killer itu!” Jeon Boram melap keningnya yang dihiasi butiran keringat dengan tissue.

“Memberi soal tidak tanggung-tanggung. Memangnya kita Einstein,” Han Hyo Joo menyambung. “Ayo, Kita ke kantin saja!” Ajaknya,menggamit lengan Jeon Boram.

“Wah, ada kabar seru ya? baru istirahat pertama sudah mengajakku ke kantin.” Jeon Boram penasaran.

“Bukan seru lagi, tapi super seru!” Han Hyo Joo mengambil dompetnya dari tas.

Bersambung...

Sepi Malam Minggu Yang Indah (Chapter 3)


Beberapa saat kemudian, Han Hyo Joo muncul dengan dua gelas sirup merah.

“Silakan minum, Kim Soo Hyun.” Katanya.

“Manis sekali sirup ini,” Kim Soo Hyun tersenyum setelah meneguk minuman itu. “Semanis orang yang membuatnya.”

“Wah, Bibi Chae Rim pasti senang dipuji begitu.” Han Hyo Joo tertawa kecil. Dia tahu, sebenarnya pujian itu ditujukan untuknya. Tapi, bukankah Bibi Chae Rim yang disuruhnya membuat minuman itu? Sedang dia sendiri, hanya ingin menghindar dari tatapan Kim Soo Hyun, lalu berpura-pura masuk membuat sirup.

Kim Soo Hyun ikut tertawa kecut. Dia tidak menyangka kalau minuman itu dibuat pembantu Han Hyo Joo.

“Han Hyo Joo, bolehkah aku setiap malam Minggu kemari?” tanyanya kemudian.

Han Hyo Joo ingin mengangguk, tapi entah kenapa dia menjawab “

“Boleh saja tapi….,”

“Tapi apa?”

“Tiap hari kan kita ketemu di sekolah.”

“Betul. Hanya saja kalau di sekolah rasanya tidak bebas.”

Han Hyo Joo terdiam. Keheningan menyergap.

“Han Hyo Joo, maukah kau menjadi kekasihku?” pertanyaan Kim Soo Hyun membuyarkan hening. Ditatapnya Han Hyo Joo dengan mata penuh pijar bintang.

Han Hyo Joo menunduk. Rasanya terlalu cepat Kim Soo Hyun mengucapkan kalimat itu. Terlalu tiba-tiba meski dia mendambakan seorang kekasih tapi bukan begitu caranya. Lagipula, dia tidak merasakan adanya debar-debar manis mendengar kalimat itu. Padahal Jeon Boram pernah bilang, kalau kita jatuh cinta pada seseorang, pasti kita merasa berdebar-debar bila dia mengucapkan kata cinta atau kata lainnya yang menjurus kesana. Tapi, aku tidak merasakan hal itu, pikir Han Hyo Joo. Aku ragu, apakah aku juga menyukai Kim Soo Hyun.

“Kim Soo Hyun….,” Han Hyo Joo mengangkat kepalanya setelah membisau beberapa saat. “Aku…ah, beri aku waktu untuk menjawabnya.”

“Oh, tentu saja Han Hyo Joo.” Kim Soo Hyun tersenyum. “Aku akan menanti jawabanmu.”

Bersambung…

Sepi Malam Minggu Yang Indah (Chapter 2)


“Hai, Kim Soo Hyun! Tumben kau kemari?” Sapa Han Hyo Joo setelah ia tahu siapa pemuda itu. Kim Soo Hyun adalah kakak kelasnya. pemuda tampan bertubuh jangkung itu sudah lama menaruh hati pada Han Hyo Joo. Han Hyo Joo tahu itu. Hanya, dia merasa kurang mantap dengan pemuda itu. Baginya, Kim Soo Hyun terlalu Bad Boy. Pakaiannya tidak pernah rapi. Selalu jins belel dengan kaos dan jaket. Sepatunya apalagi, ampun kotor sekali! Padahal, Han Hyo Joo adalah gadis yang menyukai kerapian.

“Ah, hanya isengs saja. Daripada bengong di rumah.” Ujar Kim Soo Hyun membalas sapaan Han Hyo Joo.

“Kalau begitu, silahkan masuk,” Han Hyo Joo membuka pintu pagar.

“Kenapa, sepi sekali Han Hyo Joo?” Kim Soo Hyun mengedarkan pandang sambil mengikuti Han Hyo Joo masuk ke ruang tamu.

“He eh,” Han Hyo Joo mengangguk. “Ayah dan Ibu pergi menghadiri pesta pernikahan putri sahabat Ayah. “Lee Seung Ki Oppa sudah sejak sore sibuk dengan kekasihnya.”

“Kenapa Kau tidak sibuk seperti Lee Seung Ki?” Tanya Kim Soo Hyun memancing seraya duduk di sofa.

“Ah, bagimana mau sibuk. Kekasih saja belum punya. “Han Hyo Joo tersipu.

“Kalau ada yang mau jadi kekasihmu, diterima tidak?” Pancing Kim Soo Hyun lagi.

Han Hyo Joo diam. Dia mulai dapat meraba ke arah mana pembicaraan Kim Soo Hyun. Terlebih lagi melihat tatapan mata Kim Soo Hyun yang menusuk.

“Aku ambilkan minum dulu ya?” Kata Han Hyo Joo akhirnya berusaha mengelak. Kim Soo Hyun mengangguk. Dipandanginya tubuh semampai Han Hyo Joo yang masuk ke ruang dalam.

Bersambung…

Sepi Malam Minggu Yang Indah (Chapter 1)


Pukul 7 malam. Han Hyo Joo duduk termangu di teras rumahnya. Angin malam mengelus wajah mulusnya, mesra. Sepertinya ingin mengajak gadis itu bercumbu. Tapi Han Hyo Joo tidak peduli dengan angin genit itu. Rambutnya yang lembut dan tergerai sebahu dibiarkannya menutupi sebagian wajahnya. Han Hyo Joo memang sedang kesal. Betapa tidak, di malam Minggu seindah ini dia hanya berteman dengan sepi. Padahal, dia ingin seperti Jeon Boram, sahabatnya yang juga teman sekelasnya.

Jeon Boram tidak pernah kesepian bila malam minggu tiba. Ada Shim Changmin, pacar setianya yang selalu menemani dan mengajaknya pergi menikmati malam minggu.

Dulu, ketika Han Hyo Joo baru saja menginjakkan kakinya di bangku SMA, dia tidak pernah merasa sepi seperti ini. Hobinya membaca dan menulis cerpen telah menghabiskan waktu malam minggunya. Bahkan dia selalu merasa kekurangan waktu.

Ilham yang muncul di kepalanya terus mengalir seperti air bah. Sampai-sampai dia merasa kewalahan. Apalagi, kalau lagi musim ulangan. Wah, Han Hyo Joo sampai bingung. Soalnya, dia harus memilih belajar atau menulis cerpen? Padahal dia ingin keduanya berjalan lancar.

Tidak heran, bila malam minggu tiba, Han Hyo Joo selalu menyambutnya dengan gembira. Sebab dia ingin lekas-lekas menumpahkan sang ilham itu di atas kertas folio. Malam Minggu memang waktu yang paling tepat karena dia dapat mengetik tanpa ada yang menganggu. Dan, Han Hyo Joo menikmati semua itu.

Tapi itu dulu. Sekarang, Han Hyo Joo mulai merasakan betapa menjemukan malam minggunya. Hanya bergelut dengan buku dan Laptop Lagipula, dia juga ingin menceritakan tentang kencan malam minggunya pada Jeon Boram, seperti yang dilakukan Jeon Boram setiap hari Senin tiba.

Malam kian merangkak. Jam di ruang tamu berdentang. Suaranya mengusik Han Hyo Joo yang masih melamun. Gadis itu mendesah. Tangannya menyibak rambut hitamnya yang dipermainkan angin. Perlahan, ia bangkit dari duduknya, masuk ke dalam rumah.

Di ruang tengah, Han Hyo Joo melanjutkan lamunannya. Ia berkhayal, andai saja ada pemuda tampan yang mengunjunginya malam ini. O, betapa bahagianya!

Sedang asik-asiknya berkhayal begitu, terdengar suara motor sport meraung-raung. Han Hyo Joo segera beranjak ke depan. Dari balik tirai jendela, dia melihat seorang pemuda tengah mencopot helmnya. Mendadak, Han Hyo Joo merasa dadanya berdebar-debar. Apalagi pemuda itu kini memijit bel yang terletak di samping pintu pagar.

Sesaat, nada-nada manis yang ditimbulkan oleh bel itu menggema di seluruh ruangan. Han Hyo Joo menenangkan dirinya, lalu melangkah keluar.

Bersambung…

Senandung Cinta Masa Lalu (Chapter 8-Tamat)


Moon Geun Young menatap Ok Taecyeon. Sudah lama ia melupakan Tuhan, terlebih setelah semua kejadian buruk dan rasa dendam menguasai hidupnya. Ok Taecyeon mendekatinya. “Tidak ada kata terlambat, Moon Geun Young. Bukankah Tuhan itu sangat pengampun dan pemurah? Kau bisa mengaku dosa untuk meringankan sedikit bebanmu. Itu jika kau sudah siap, Moon Geun Young.”

“Jika sudah siap, aku akan menghubungi Romo. Terima kasih untuk semuanya. Aku tidak tahu apa yang terjadi, seandainya tidak menemukan kalian kembali dalam hidupku.”

Jang Geun Suk dan Ok Taecyeon tersenyum. Moon Geun Young melepas kepergian kedua sahabatnya. Sesaat sesudahnya, ia menangis tersedu-sedu di dalam selnya. Moon Geun Young tidak menyesali perbuatannya. Jo Dong Hyuk memang harus mati. Ia harus menyelamatkan anak-anaknya.

Park Ji Yeon dan Yoo Seung Hoo tidak bersalah. Dialah yang membawa mereka pada dendam tak berujung antara dirinya dan Jo Dong Hyuk. Jika Jo Dong Hyuk sudah mati, ia harus siap untuk mati juga. Dendam itu pasti akan berakhir dengan kematiannya. Park Ji Yeon dan Yoo Seung Hoo harus bahagia dan aman, meskipun mereka kehilangan dirinya.

Setidaknya, ia bisa meminta bantuan Jang Geun Suk dan Ok Taecyeon untuk menjaga, mengawasi, dan memelihara Park Ji Yeon dan Yoo Seung Hoo. Park Ji Yeon sudah dewasa. Ia bisa menjaga Yoo Seung Hoo. Moon Geun Young harus siap meninggalkan mereka.

“Maafkan Saya, Mrs. Han Chae Young dan Mr. Lee Bum Soo! Hanya sampai di sini waktuku untuk menjaga mereka.” Moon Geun Young terisak.

Janji itu sebentar lagi tidak akan dapat ditepatinya.

Melangkah keluar dari penjara, Jang Geun Suk angkat bicara.

“Ok Taecyeon, aku tidak yakin dapat membebaskan Moon Geun Young dari ancaman hukuman mati. Yang dibunuhnya memang kelompok penjahat. Tapi, cara yang dilakukan Moon Geun Young sangat kejam!”

“Tapi, Moon Geun Young seakan sudah siap mati, Jang Geun Suk. Aku yakin, Moon Geun Young menyesali semua perbuatan buruknya. Tapi, apa yang sudah dilakukan Jo Dong Hyuk terhadapnya juga tidak kalah kejam.”

“Jika aku boleh berfilosofi, Romo, dendam itu tanpa awal dan akhir. Benar-benar keji dan mengerikan. Entah mengapa, Moon Geun Young kita yang sangat lembut itu harus terjebak dalam lingkaran setan dendam!”

“Kehidupan memberi kita banyak pilihan, Jang Geun Suk. Sayangnya, Moon Geun Young memilih untuk tetap berada dalam lingkaran itu. Mungkin, usaha kita yang terbaik saat ini adalah menuruti semua keinginan Moon Geun Young, yang mungkin menjadi keinginan terakhirnya.”

Jang Geun Suk menuruti nasihat Ok Taecyeon, ia harus membujuk Park Shin Hye untuk menemui Moon Geun Young. Tentu saja Park Shin Hye berkeras tidak mau menuruti permintaan suaminya. Untuk apa ia harus menemui wanita yang bisa membuat suaminya jatuh cinta? Anehnya, Jang Geun Suk tidak marah atau menunjukkan sikap keras. Ia hanya bercerita semua tentang Moon Geun Young. Park Shin Hye terpaku, matanya basah, dan jantungnya berdetak sangat cepat. Betapa malang nasib Moon Geun Young. Ia menatap suaminya dan dengan mantap ia menyetujui permintaan Moon Geun Young.

Pengadilan sudah menjatuhkan vonis mati untuk kejahatan yang dilakukan Moon Geun Young. Seperti permintaan Moon Geun Young, Jang Geun Suk tidak mengajukan banding. Park Ji Yeon dan Yoo Seung Hoo tidak henti-hentinya menangis. Park Ji Yeon bahkan sempat pingsan sewaktu hakim menjatuhkan vonis mati untuk wanita yang selama ini menjadi ibunya.

“Paman, ini sangat tidak adil! Ibu tidak bersalah. Lelaki berengsek dan kelompok penjahat itu memang pantas mati. Mengapa hakim tidak melihat siapa mereka dan siapa Ibu?”

Park Ji Yeon menangis di pelukan Jang Geun Suk. Ok Taecyeon menenangkan Yoo Seung Hoo yang menangis meraung-raung. Pemuda itu sangat kehilangan Moon Geun Young. Park Shin Hye tidak dapat menahan air mata. Ia juga seorang ibu dan sekarang kedua anak itu akan kehilangan ibu mereka.

“Park Shin Hye, Moon Geun Young ingin bicara padamu di sel,” bisik Jang Geun Suk.

Keduanya kini saling berhadapan. Park Shin Hye menatap Moon Geun Young dari ujung rambut hingga ujung kaki. Wanita ini memang sempurna, sangat cantik. Pantas saja Moon Geun Young sangat memujanya.

“Saya Moon Geun Young, klien dan sahabat Jang Geun Suk.” Moon Geun Young mengulurkan tangannya dan mengulaskan senyumnya yang anggun. Park Shin Hye dengan tangan bergetar menerima uluran tangan itu.

“Park Shin Hye, istri Jang Geun Suk, sahabat Anda!”

Mereka berdua tertawa ringan. Park Shin Hye makin mengagumi Moon Geun Young. Meskipun vonis mati telah dijatuhkan, ia tetap tegar. Wajah cantik itu tidak menunjukkan rasa takut atau gelisah.

“Maaf jika aku merepotkan suamimu dengan kasus ini. Aku sangat ingin bertemu denganmu karena kau juga seorang ibu. Aku ingin menitipkan kedua anakku. Tolong, jaga mereka. Beri mereka kasih sayang. Aku mohon kau bersedia menolongku.”

Park Shin Hye menggenggam tangan Moon Geun Young erat-erat dan dengan mantap ia menganggukkan kepala. Ia bisa merasakan kepedihan Moon Geun Young, seorang ibu yang terpaksa berpisah dari kedua anaknya.

“Jangan khawatir, Moon Geun Young. Aku akan menjaga mereka berdua.”

“Mereka adalah hartaku yang paling berharga. Aku tidak perlu mengatakannya karena kau juga bisa merasakannya. Terima kasih, Park Shin Hye! Aku memercayakan mereka padamu.”

Mereka berdua berpelukan erat sebelum akhirnya Park Shin Hye meninggalkan sel, tempat Moon Geun Young menjalani sisa hidupnya yang singkat.

Moon Geun Young meminta pelaksanaan hukumannya dipercepat. Ia tidak ingin terlalu lama menanggung beban. Tiga hari sebelum pelaksanaan hukuman, Moon Geun Young memberi tahu Ok Taecyeon bahwa dirinya telah siap mengaku dosa.

Ok Taecyeon mengenakan jubah pastor dan memulai upacara pengakuan dosa. Moon Geun Young tampak tenang.

“Bapa, sudah dua puluh tahun saya tidak mengaku dosa. Dosa-dosa saya begitu banyak. Saya sempat meragukan dan mempertanyakan keberadaan Tuhan dalam hidup saya. Saya juga telah berbohong di pengadilan. Sebenarnya, saya tidak membunuh Jo Dong Hyuk dan kelompoknya.”

Ok Taecyeon tercekat, jantungnya berdebar keras.

“Maaf, bisa kauulangi lagi dan kauceritakan mengapa kau harus berbohong di pengadilan?”

Dengan bibir bergetar Moon Geun Young menceritakan kejadian sebenarnya. “Malam itu Park Ji Yeon menelepon dengan suara sangat panik. Ia menangis histeris dan berteriak-teriak, “Ibu, aku membunuh orang! Ibu cepat datang. Tolong Ibu!’”

Moon Geun Young teringat malam yang mengerikan itu.

“Saya jadi sangat panik. Apalagi, setelah sampai di tempat kejadian, saya melihatnya memegang pistol. Di hadapannya terkapar empat sosok pria. Semuanya sudah tidak bernyawa. Saya berusaha menenangkan Park Ji Yeon. Ada Choi Siwon, asisten saya, yang sedang memeriksa keempat mayat itu. Saya makin terkejut sewaktu Choi Siwon membalikkan satu sosok yang sangat saya kenal. Jo Dong Hyuk. Saya menatap Park Ji Yeon dan meminta penjelasan darinya.”

Firasat Ok Taecyeon benar. Moon Geun Young memang tidak bersalah!

Moon Geun Young menceritakan kejadian malam itu. Dengan terpaksa Park Ji Yeon menemui Jo Dong Hyuk, lelaki yang membuatnya terjerumus pada obat-obatan terlarang. Park Ji Yeon terpaksa menuruti keinginan lelaki itu karena Jo Dong Hyuk mengancam akan mengikutsertakan Moon Geun Young. Park Ji Yeon tidak bersedia. Ia memilih menemui lelaki itu supaya Ibunya aman. Untuk berjaga-jaga, Park Ji Yeon membawa pistol milik Lee Bum Soo yang selama ini tersimpan rapi di kamar ayahnya itu. Park Ji Yeon mengenal siapa Jo Dong Hyuk. Lelaki licik dan jahat.

Ketika mereka bertemu, Jo Dong Hyuk menghina, mengumpat, dan merendahkan Moon Geun Young di depan Park Ji Yeon. Bahkan, lelaki itu menyebut Moon Geun Young sebagai pembunuh putrinya! Park Ji Yeon meradang. Gadis itu mengeluarkan pistol. Dengan membabi buta ia melepaskan tembakan pada Jo Dong Hyuk dan tiga pengawalnya. Mereka roboh, terkapar bersimbah darah. Park Ji Yeon ketakutan. Ia lalu menelepon Moon Geun Young, tempatnya berlindung selama ini.

Moon Geun Young memeluk Park Ji Yeon. Ia sendiri mencoba untuk tenang, demi Park Ji Yeon. Moon Geun Young mengambil pistol dari tangan putrinya, membersihkan sidik jari Park Ji Yeon yang menempel di sana dan menggenggamnya. Park Ji Yeon adalah korban dari perseteruan antara dirinya dan Jo Dong Hyuk. Park Ji Yeon sama sekali tidak bersalah. Park Ji Yeon hanya berusaha membela kehormatan Moon Geun Young.

Karena itulah Moon Geun Young merasa harus bertanggung jawab. Ia merasa wajib menggantikan posisi Park Ji Yeon. Tidak ada seorang pun yang dapat mencegah kekerasan hati Moon Geun Young. Dengan bantuan Choi Siwon, Moon Geun Young menghilangkan jejak Park Ji Yeon sebagai pembunuh yang sebenarnya. Mayat empat lelaki itu terpaksa dilenyapkan dengan cara dibakar di dalam mobil sehingga seolah-olah seperti suatu kecelakaan. Semuanya berjalan sesuai rencana. Ia berhasil menyelamatkan Park Ji Yeon dari kurungan penjara dan bahkan dari kematian.

Ok Taecyeon terenyak dengan kebenaran yang didengarnya dari mulut Moon Geun Young. Ia tidak bisa menceritakan kebenaran itu kepada orang lain. Moon Geun Young memercayainya. Hati kecilnya bersorak. Moon Geun Young memang tidak bersalah!

“Kenapa kaulakukan semua itu?”

“Saya seorang ibu, Romo. Sebagai ibu, sudah kewajiban saya untuk melindungi anak-anaknya, meski dengan taruhan nyawa sekali pun. Park Ji Yeon tidak bersalah seutuhnya. Seandainya saya tidak terbawa pada lingkaran dendam, kejadian mengerikan ini tidak mungkin dilakukannya.”

“Bagaimana dengan Park Ji Yeon? Tidakkah kau memikirkan perasaannya?”

“Park Ji Yeon merasa sangat berdosa dan tertekan. Tapi, saya berhasil meyakinkannya, semua akan baik-baik saja. Itulah dosa-dosa saya, Romo.”

Ok Taecyeon memberikan berkat untuk mengakhiri upacara pengakuan dosa. Setelah itu, Ok Taecyeon memeluk Moon Geun Young dan menangis bersamanya.

“Aku titip anak-anakku, Ok Taecyeon, terutama Park Ji Yeon. Dia masih sangat terguncang. Yakinkan dia bahwa dia bukan seorang pembunuh. Tumbuhkan lagi kepercayaan dirinya. Ia harus bisa menjaga Yoo Seung Hoo. Biarlah itu semua menjadi rahasia besar antara aku dan Tuhan, Ok Taecyeon. Aku mohon, jagalah kedua anakku.”

“Moon Geun Young, akan kulakukan semua keinginanmu. Aku akan menjaga mereka seperti permintaanmu. Kau memang tidak pernah berubah, Moon Geun Young. Dan, yang kau lakukan ini merupakan pengorbanan besar.”

Saat itu pun tiba. Moon Geun Young dengan tenang membiarkan dirinya dibawa oleh sipir penjara yang mengantarnya pada sang eksekutor. Ia sudah siap. Ia tidak takut saat melihat sekelompok orang bersenjata berdiri tidak jauh dari tempatnya. Ok Taecyeon menemaninya dan memberikan sakramen terakhir.

Beban yang menindih hidupnya sudah ia tanggalkan. Ia telah menemukan kedua sahabat terbaiknya dan menitipkan buah hatinya pada mereka. Ia harus pergi untuk menebus dosanya pada keluarga Jo Dong Hyuk, terutama pada Jeon Boram.

Moon Geun Young sudah mengatupkan matanya yang sudah tertutup kain hitam saat didengarnya suara kokangan senjata. Dari bibirnya terucap doa. Bibir itu kemudian terkatup saat peluru menembus jantungnya. Moon Geun Young tidak berteriak kesakitan. Bibirnya mengulas senyum, senyum bahagia.

Orang-orang yang mencintainya mengambil jenazah Moon Geun Young dengan perasaan remuk redam. Park Shin Hye memeluk Park Ji Yeon dan Yoo Seung Hoo, yang menangisi kepergian ibunya. Jang Geun Suk membiarkan air matanya mengalir deras. Ok Taecyeon memilih bersikap setenang mungkin.

“Lihatlah Moon Geun Young. Dia sangat tenang dan damai. Tidak ada mimik takut atau kesakitan. Park Ji Yeon, jangan kecewakan ibumu! Ingat semua pesan dan nasihatnya!” Ok Taecyeon berbisik di telinga Park Ji Yeon, yang hanya bisa mengangguk. Park Ji Yeon lalu mendekati Yoo Seung Hoo.

“Yoo Seung Hoo, apakah kau tidak ingin mendekati Ibu dan mencium Ibu untuk yang terakhir kali?” Tanya Park Ji Yeon pada Yoo Seung Hoo-adiknya.

Yoo Seung Hoo mengangguk. Ia mendekati tubuh Moon Geun Young yang dingin dan memeluknya seerat mungkin. Ia menciumi kening dan pipi Moon Geun Young.

“Aku sayang ibu. aku berjanji akan menjadi orang sukses, seperti harapan Ibu dan Ayah,” kata Yoo Seung hoo, sambil menangis.

Gerimis yang turun sejak dini hari seakan menunjukkan duka yang dalam. Kepergian Moon Geun Young menimbulkan kesedihan mendalam bagi Jang Geun Suk dan Ok Taecyeon. Namun, Moon Geun Young meninggalkan pesan sangat berharga bagi Park Ji Yeon tentang arti cinta dan pengorbanan. Moon Geun Young meninggalkan kebesaran hati dan cintanya yang tidak akan mungkin dilupakan Yoo Seung Hoo. Moon Geun Young memberikan kesan keindahan nilai persahabatan untuk Park Shin Hye. Moon Geun Young meninggalkan senandung cinta masa lalu dalam persahabatan yang manis..

TAMAT
Copyright Sweety Qliquers

Senandung Cinta Masa Lalu (Chapter 7)


Moon Geun Young memang mengaku bersalah. Tapi, menjelang eksekusi hukuman, ia mengaku dirinya bukanlah sang pembunuh.

Setelah kepergian Moon Geun Young, Lee Yo Won mendapat kunjungan istimewa. Jo Dong Hyuk mengunjunginya. Tubuhnya yang lemah membuat Lee Yo Won tidak berdaya dan akhirnya membiarkan lelaki itu masuk.

“Aku senang operasimu berhasil, Lee Yo Won!” Jo Dong Hyuk menatapnya lekat.

Lee Yo Won tidak menanggapi. Dianggapnya lelaki itu tidak ada.

“Kau masih membenciku, Lee Yo Won? Aku tidak bersalah seratus persen! Aku hanya ingin membuktikan bahwa akulah yang pantas bersamamu, bukan Kim Min Joon. Lelaki itu membuatmu menderita pada masa tuamu, bukan? Jika dulu kau memilihku, semuanya pasti berbeda. Moon Geun Young yang cantik itu pasti jadi putriku! Kau tahu, Lee Yo Won, putrimu itu sudah menjadi wanita dewasa yang mengagumkan. Ia mengingatkanku pada dirimu!”

Lee Yo Won tersentak. Mengapa ia membicarakan kedewasaan Moon Geun Young?

“Jangan usik putriku!” Lee Yo Won mengancam Jo Dong Hyuk.

“Aku tidak mengusik putrimu! Aku bahkan sangat mengaguminya.”

“Moon Geun Young memang sangat baik. Kau tidak pantas memujinya!”

Lee Yo Won menatapnya tajam. Jo Dong Hyuk terluka. Sangat terluka. Mengapa Lee Yo Won begitu membencinya, padahal ia sangat mencintainya.

“Kau tahu, Lee Yo Won, untuk biaya operasimu, putrimu telah menjual dirinya padaku!” Jo Dong Hyuk tidak dapat lagi menahan diri.

Dunia Lee Yo Won seakan runtuh. “Kau pembohong! Putriku tidak mungkin berbuat serendah itu, apalagi menyerahkan kehormatannya pada lelaki yang telah menjatuhkan keluarganya sendiri!” Lee Yo Won berteriak histeris. Air matanya tumpah. Ia tidak dapat membayangkan putri kesayangannya dalam pelukan Jo Dong Hyuk.

“Tanyakan padanya! Aku harap, setelah kau tahu, kau akan membuang kesombonganmu. Keluarga yang kaubanggakan itu telah hancur di tanganku. Bahkan, putri kesayangan yang selalu kaubanggakan itu berhasil kuhancurkan pula!” Jo Dong Hyuk berbisik di telinga Lee Yo Won.

Jo Dong Hyuk sudah pergi. Tapi, semua perkataannya tentang Moon Geun Young sangat menyesakkan Lee Yo Won. Jika ucapannya benar, berarti dirinyalah penyebab kehancuran Moon Geun Young. Ibu macam apa yang tega menghancurkan putrinya sendiri? Lee Yo Won merasakan dunianya gelap, sangat gelap….

Moon Geun Young menerima kabar dari rumah sakit bahwa kesehatan Ibunya tiba-tiba memburuk. Apa yang terjadi? Bukankah terakhir kali dilihatnya ibunya baik-baik saja?

Ketika sampai di rumah sakit, Moon Geun Young langsung menemui dokter.

“Saya sendiri juga heran, Nona. Saya yakin, menurunnya kondisi ibu Anda bukan akibat dari operasi. Berdasarkan hasil pemeriksaan, menurunnya kondisi ibu Anda terjadi akibat meningkatnya kerja jantung. Entah apa yang membuat kerja jantungnya meningkat secepat ini. Mungkin, ibu Anda menerima kabar buruk atau hal yang sangat mengejutkan.”

Moon Geun Young panik. Jangan-jangan….

“Maaf, Nona, saya mendapatkan informasi, ada seorang pria yang mengunjungi ibu Anda sesaat setelah kepergian Anda,” kata seorang suster.

Moon Geun Young terperangah. Seorang pria? Mungkinkah Jo Dong Hyuk mengatakan hal sebenarnya pada Ibunya? Darahnya mendidih. Jika sampai terjadi sesuatu pada ibunya, Jo Dong Hyuk akan menanggung akibatnya.

Setelah menunggu selama dua hari, Ibunya sadar. Ia hanya memanggil-manggil nama putrinya. Moon Geun Young sangat terpukul. Ia menangis hingga tertidur di samping ranjang ibunya.

Perlahan Lee Yo Won menggerakkan tangan dan mengelus rambut Moon Geun Young. Ia sangat mencintai putrinya. Ia sangat bangga pada Moon Geun Young yang begitu tabah dan tegar menghadapi badai kehidupan yang bertubi menghantamnya. Tapi, mengapa ia sebagai ibu justru menghancurkan kehidupan putrinya? Lee Yo Won tergugu. Ia bukan ibu yang baik untuk Moon Geun Young.

Moon Geun Young merasakan sentuhan lembut di rambutnya. Moon Geun Young membuka mata dan menatap ibunya lekat-lekat. Mata Moon Geun Young berkaca-kaca. “Ibu, ini Moon Geun Young! Ibu, ini Moon Geun Young!”

Lee Yo Won menganggukkan kepalanya. “Maafkan Ibu, Moon Geun Young! Mengapa harus kaulakukan, Sayang? Ibu tidak akan memaafkan diri Ibu atas semua kejadian yang menimpamu!”

“Aku menyesal, ibu. Aku mengira, itulah yang terbaik!”

Sentuhan Lee Yo Won melemah. Jantung Moon Geun Youngseakan berhenti berdetak saat ia menatap mata ibunya tertutup.

“Ibu… Ibu…!” Moon Geun Youngmenggoyangkan tubuh ibunya yang tetap diam. Semua sudah terlambat. Ibunya telah pergi.

Moon Geun Young hanya mampu diam membisu. Kini ia seorang diri. Tidak ada lagi yang mendampingi. Moon Geun Young tidak bisa menangis. Dadanya terasa sakit dan sesak. Ia berbisik lemah, “Ibu tidak perlu khawatir. Aku bisa menjaga diri. Akan Aku balas semua penderitaan yang sudah kita alami!”

Setelah kepergian Ibunya, Moon Geun Young makin berkonsentrasi pada pekerjaan kantornya. Ia berambisi untuk mencapai posisi setinggi mungkin, mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk menjalankan rencananya. Tidak ada seorang pun yang menyadari perubahan sikap Moon Geun Young.

Moon Geun Young sedang bekerja ketika Lee Bum Soo masuk dengan raut wajah keruh.

“Selamat pagi, Mr. Lee Bum Soo! Apa kau sakit?”

“Moon Geun Young, bisa aku minta tolong? Bicaralah baik-baik pada Han Chae Young. Bilang padanya, aku tidak menginginkan kehamilannya!”

Nada suaranya amat serius. Moon Geun Younghampir melompat dari duduknya.

“Ada apa Mr. Lee Bum Soo? Bukankah itu kabar membahagiakan?”

“Han Chae Young tidak boleh hamil lagi karena akan membahayakan jiwanya. Aku tidak ingin sesuatu menimpa Han Chae Young. Tapi, Han Chae Young berkeras. Ia ingin memberiku seorang putra.”

Moon Geun Young terdiam. Beginikah pernikahan yang bahagia itu? Saat keduanya saling ingin membahagiakan?

“Tolonglah, Moon Geun Young! Aku tidak mau kehilangan Han Chae Young. Hanya dia cinta dalam hidupku. Aku tidak tahu bagaimana hidupku tanpa dirinya.”

Moon Geun Young mengangguk. Ia bicara pada Han Chae Young dengan hati-hati.

Han Chae Young menatap Moon Geun Young. “Lee Bum Soo yang memintamu bicara? Moon Geun Young, Lee Bum Soo memerlukan seorang penerus. Dan, aku akan melahirkan penerus baginya. Moon Geun Young, maukah kau berjanji untukku? Jika terjadi sesuatu padaku, maukah kamu menggantikan posisiku?”

Moon Geun Young terperangah.

“Aku ingin kau yang menjadi ibu bagi Park Ji Yeon dan bayiku ini. Aku ingin kau menjaga mereka dan Lee Bum Soo.”

Moon Geun Young terperangah. Untuk membahagiakan Han Chae Young, ia mengangguk.

Han Chae Young meninggal sesaat setelah melahirkan. Moon Geun Youngmemenuhi janjinya dengan menikahi Lee Bum Soo dan merawat kedua anaknya. Meski Lee Bum Soo tak mencintainya, Moon Geun Young merasa nyaman bersamanya. Mereka bisa hidup bahagia. Namun, kebahagiaan itu tidak bisa menghilangkan rasa sakit hati Moon Geun Young pada Jo Dong Hyuk. Apalagi, sekarang ia adalah tangan kanan Lee Bum Soo, salah satu konglomerat tersukses di negeri ini. Moon Geun Young merasa langkahnya untuk menghancurkan Jo Dong Hyuk makin mulus.

Moon Geun Young mulai menyusun rencana. Ia mengumpulkan semua keterangan tentang usaha Jo Dong Hyuk. Dengan bantuan anak perusahaannya yang tersebar di mana-mana, Moon Geun Young mulai mengucurkan kredit berbunga rendah pada perusahaan Jo Dong Hyuk. Di sisi lain, perusahaannya yang lain mulai menggerogoti usaha lelaki itu. Sedikit demi sedikit aset perusahaan Jo Dong Hyuk menjadi miliknya. Lelaki itu kini memiliki utang yang sangat besar padanya.

Moon Geun Young mulai menikmati kesengsaraan lelaki itu. Ambruknya perusahaan Jo Dong Hyuk belum membuatnya puas. Ia ingin membuat lelaki itu merasakan hal serupa seperti yang dialaminya. Moon Geun Young meminta anak buahnya mengeksekusi rumah Jo Dong Hyuk dan memperkarakan utang lelaki itu ke pengadilan. Ia yakin, lelaki itu akan menyembah kakinya!

Benar dugaan Moon Geun Young. Jo Dong Hyuk menelepon dan memohon-mohon padanya. Aneh, Jo Dong Hyuk tidak mengenalnya! Pertemuan itu hampir membuat jantung Jo Dong Hyuk lepas.

“Anda terkejut?” Suara Moon Geun Young yang bernada mengejek membuatnya kehabisan napas. “Roda berputar, Jo Dong Hyuk! Dulu, Ayahku-Kim Min Joon dan aku yang memohon-mohon. Sekarang, kau yang akan memohon-mohon padaku!”

Jo Dong Hyuk mengeluarkan sapu tangan untuk mengelap keringat dingin.

“Apa yang dapat saya bantu, Jo Dong Hyuk?” Moon Geun Young mengucapkannya dengan sinis dan terdengar sangat kejam di telinga Jo Dong Hyuk.

“Paman mohon, Moon Geun Young, jangan ambil perusahaan Paman. Bagaimana dengan keluarga Paman?”

Moon Geun Young tersenyum sinis. Matanya memancarkan sinar kebencian berkilat-kilat. Jo Dong Hyuk merasa Moon Geun Young sangat menikmati kehancurannya.

“Apakah Ayahku dulu berbuat hal yang sama seperti ini? Lalu, apa jawabanmu, Jo Dong Hyuk? Apakah kau memberinya kesempatan? Aku tahu jawabannya. Tidak! Hal serupa akan kulakukan padamu. Aku tidak peduli pada keluargamu! Keluar dari kantorku dan kutunggu kehadiranmu di pengadilan untuk penyitaan semua aset perusahaanmu! Selamat pagi dan nikmatilah hidupmu!” Moon Geun Young mengacungkan jari telunjuknya tepat di wajah Jo Dong Hyuk yang makin pucat pasi.

Moon Geun Young tertawa lebar. Ia merasa puas. Rencana yang lebih sempurna sudah ada di kepalanya, tinggal menanti waktu yang tepat. Moon Geun Young masih memiliki rencana sangat keji untuk menjatuhkan Jo Dong Hyuk hingga ke dasar kehidupannya. Ia ingin Jo Dong Hyuk merasakan hal yang sama seperti dirinya. Malu, menderita, dan kehilangan kehormatan.

Jeon Boram, putri tunggal Jo Dong Hyuk, berurai air mata sewaktu anak buah Moon Geun Young mengajukan syarat agar ayahnya bebas dari hukuman. Syarat yang sama saat Moon Geun Young meminjam uang dari Jo Dong Hyuk dulu. Namun, Jeon Boram tidak setegar dirinya. Gadis lembut itu ditemukan bunuh diri di kamarnya. Melihat kejadian ini, Ha Ji Won - istri Jo Dong Hyuk jatuh sakit dan akhirnya meninggal.

Moon Geun Young sebenarnya tidak menginginkan hal itu. Ia hanya ingin membuat Jo Dong Hyuk menderita.

***
“Seharusnya, aku bahagia karena sudah membalas sakit hatiku. Jo Dong Hyuk mengalami penderitaan lebih dahsyat. Aku sedih karena telah membunuh Jeon Boram, yang akhirnya membuat ibunya meninggal. Aku bertindak sangat kejam.” Ok Taecyeon dan Jang Geun Suk hanya diam.

Setelah semua itu terjadi, Moon Geun Young memilih menikmati perannya sebagai ibu bagi Park Ji Yeon dan Yoo Seung Hoo. Moon Geun Young ingin kedua anak itu merasakan kebahagiaan. Ia akan memastikan mereka selalu aman dan jauh dari keperihan dunia yang pernah dirasakannya. Apalagi ketika Lee Bum Soo meninggal.

“Lalu, mengapa kau harus membunuh Jo Dong Hyuk setelah dirimu menyesali semua perbuatan kejimu padanya, Moon Geun Young?” Jang Geun Suk tidak dapat menahan rasa penasarannya.

“Aku memang sudah melupakan Jo Dong Hyuk. Tapi, siapa sangka, dialah yang merusak Park Ji Yeon! Jo Dong Hyuk mendekati dan mengusik putriku. Aku tidak akan pernah membiarkannya!” Moon Geun Young berkata dengan sangat tegas.

“Perselisihan di antara kami tidak akan berakhir sampai salah satu di antara kami mati. Jo Dong Hyuk semakin dendam padaku. Ia ingin menjatuhkanku dan memakai Park Ji Yeon sebagai alatnya. Jo Dong Hyuk memperkenalkan Park Ji Yeon pada obat-obatan terlarang. Ia menjebak Park Ji Yeon. Jo Dong Hyuk sangat berbahaya bagi keluargaku. Aku tidak ingin ia juga merusak Yoo Seung Hoo. Itulah alasanku membunuhnya!”

“Tapi, apakah harus dengan cara sekeji itu? Mengapa setelah menghabisi empat orang itu, kau juga membuang dan membakar mobil yang berisi mayat mereka?” Jang Geun Suk terus mengejar Moon Geun Young dengan pertanyaan.

“Aku panik, Jang Geun Suk! Tapi, bukankah mereka sampah masyarakat? Kematian mereka akan mengurangi jumlah manusia jahat yang hidup di bumi.” Moon Geun Young berkeras dan tidak menunjukkan penyesalannya.

Jang Geun Suk diam, menarik napas panjang. Moon Geun Young memang bersalah. Tapi, di sisi lain ia juga benar.

“Kami harus pulang, Moon Geun Young. Jam berkunjung sudah habis. Aku akan menggunakan keteranganmu dan menggabungkannya dengan keterangan dari polisi. Semoga itu bisa sedikit meringankan hukumanmu.”

“Jang Geun Suk, jika aku harus menerima hukuman mati atas semua kejahatan yang kulakukan, aku tidak mau naik banding. Aku siap menerima hukuman itu. Jika kau tidak berkeberatan, izinkan aku bertemu dengan istrimu. Aku ingin bicara dengannya sebagai sesama wanita.”

Jang Geun Suk menganggukkan kepalanya. Ia harus membujuk Park Shin Hye. Bahkan, jika perlu, ia akan menyeret istrinya untuk menemui Moon Geun Young.

“Romo, apakah dosa yang kulakukan akan mendapat pengampunan Tuhan? Aku sudah lama tidak menjadi umat-Nya yang baik. Masih maukah Dia menerimaku jika aku mati nanti?”

Bersambung…
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...