Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Rabu, 29 September 2010

Sumpah I Love You (Part 1)


Part 1
Salah Masuk


Aku menyesal. Akulah yang salah. Semalam, aku dan Chae Rim, kekasihku bertengkar hebat. Kami tidak mencapai kata sepakat tentang kepergiannya ke London untuk melanjutkan sekolah. Aku tahu. Aku yang egois. Tapi, jika dia pergi lalu aku bagaimana? Sekarang, aku benar-benar menyesal. Setelah semuanya terlanjur terjadi, setelah kata perpisahan itu terlontar dari mulutku, aku sadar, kalau aku sangat mencintainya.

“Chae Rim, maafkan aku, ya… Bagaimana pun caranya, aku harus segera pergi ke bandara, aku harus minta maaf, aku harus katakan kepadanya, jika aku sangat mencintainya…”

Aku lihat jam ditanganku, “Arghhh…gawat!! Sudah jam 12! Berarti penerbangan menuju London tinggal 3 jam lagi!” Aku harus buru-buru. Aku pakai motor balapku kencang melewati keramaian kota dan kemacetan kota Seoul. Sempat ditilang polisi, nyaris keserempet bus, nabrak tiang listrik dan dilempar nenek-nenek gara-gara melindas jempol kakinya…. Tapi aku tak peduli, aku pacu terus motorku, sampai tangan pada pegel-pegel. Aku tidak boleh gagal, Chae Rim, kekasihku tercinta harus tahu, jika aku sangat mencintainya…. Sesampainya di bandara, aku kebingungan setengah mati, karena disana kosong! Tidak ada orang!! Ya ampun! Pada kemana semuanya…? Aku pun bertanya pada seseorang yang berjaga disana. Seorang lelaki tua.

“Maaf pak, numpang tanya?”

“Oh boleh…”

“Kenapa kosong ya?”

“Ya… biasanya juga begini Nak…”

“Bukannya bandara biasanya penuh? banyak orang?” Lelaki tua itu mengernyitkan dahinya.

“Bandara?” tanyanya.

“Iya bandara, ini bandara kan?”

“Nak… ini kuburan, kalau bandara di sebelah sana, yang di ujung!!”

GUBRAK!!! Pantesan sepi, salah masuk!!

Aku tinggalkan motorku dan segera berlari kencang menuju bandara. Napas sudah senin kamis seperti penderita TBC. Ah, itu dia. Disana penuh!! Banyak orang!! Ini pasti bandara!! Dan aku lihat papan keberangkatan besar, melihat data pesawat yang menuju london dan… Aku langsung lemas… Pesawat itu sudah berangkat. 10 menit yang lalu. Seandainya aku tidak kesasar dulu dikuburan tadi, mungkin tidak akan jadi begini… Mungkin aku masih bisa menahannya pergi, masih bisa mengatakan rasa cintaku padanya. Penyesalan memang selalu datang di belakang. Aku pun terduduk dilantai bandara, meratapi nasibku yang malang, dan mulai menangis. Tidak peduli beberapa orang melihatku dengan tatapan keheranan. Mungkin mereka menyangka aku anak hilang. Masa bodoh. Aku tidak perduli lagi. Chae Rim telah pergi dan cintaku hilang untuk selamanya, sampai…

Bersambung...

Sumpah I Love You (Prolog)


Prolog

Aku terpesona
Engkaukah itu?
Ah …tidak seperti biasa?
Sebab dulu dirimu putih…
Sebab dirimu dulu begitu lembut….
Sebab dirimu dulu begitu sunyi…
Bukan kah engkau telah mengatakan?
Aku adalah kedamian
Aku adalah adalah kecerahan
Aku adalah kelembutan
Aku adalah kesunyian
Tetapi
Aku tetap terpesona
Walau dirimu telah berubah
Walau dirimu telah berganti
Melalui pagi yang cerah
Dalam dekapan cinta sang fajar
(Dalam Cinta Sang Fajar_Sweety Qliquers)

Where My Honey??? (FF)


Title : Where My Honey???
Author : Sweety Qliquers
Genre : Romance
Episode : Prolog+2 Part
Production : www.ff-lovers86.blogspot.com
Production Date : 12 February 2010, 03.56 PM
Review :

“Mereka itu Mama dan Adikku!”
(Peter Ho)

Jeddaaarrr…. bagaikan kilat di siang bolong yang mau menimpa Barbie Hsu setelah mendengar jawaban Peter Ho. Ia langsung secepat kilat mengubah ekspresi wajahnya yang tadinya penuh amarah menjadi lebih kalem, berharap mendapat simpati dari Peter Ho dan keluarganya.

Cast :
Barbie Hsu
Peter Ho
Im Yoon Ah
Lee Mi Sook

Barbie Hsu
(Peter Ho's Girlfriend)

Peter Ho
(
Barbie Hsu's Boyfriend)

Im Yoon Ah
(Barbie Hsu's Bestfriend)

Lee Mi Sook
(Peter Ho’s Mother)


Where My Honey???
Created By Sweety Qliquers

Prolog
Part 1 “Dimana Peter Ho??”
Part 2 “Ternyata…” - TAMAT

Where My Honey??? (Part 2-Tamat)


Chapter 2
Ternyata…


Aku terus mendapat informasi ‘menyakitkan’ dari Im Yoon Ah. Ternyata Im Yoon Ah juga melihat Peter Ho bersama seorang ‘tante-tante’. Oh my God, jangan bilang Peter Ho-ku itu.

“… aarrggghhh… kenapa bisa seperti ini??” Akhirnya setelah seminggu, aku mengurung diriku… aku memutuskan untuk menemui Peter Ho dan menanyakan apa yang terjadi sebenarnya…

“Im Yoon Ah, kau dimana sekarang?”

“Aku di Red Cafe, jl. Super Junior no. 13!”

“Apa Peter Ho ada di sana?”

“Iya, dia masih ada disini. Cepatlah kau datang kemari sebelum Peter Ho pergi!”

Aku pun cepat-cepat menancap gas mobilku, agar cepat sampai di Red Cafe. Sesampainya di sana, aku segera berlari memasuki cafe itu. Aku melihat Peter Ho tengah duduk berduaan dengan seorang gadis yang menurutku tidak terlalu cantik, lebih cantik aku malah. Aku langsung menghampiri Peter Ho dan segera tangan kananku menempel keras ke pipi kiri Peter Ho.

“Ohh, ternyata seperti ini jika kau tidak bersamaku… tukang selingkuh!”

“Tunggu, Barbie Hsu! Dengarkan penjelasanku dulu.”

“Apalagi yang perlu kau jelaskan, semuanya sudah jelas, ternyata kau itu tidak jauh dari seorang pria penipu… pembohong… jahat… kejam… jorok !!!”

“Jorok?? Kalau begitu aku sudah seperti lalat kotor di iklan pembasmi nyamuk!” Tanggap Peter Ho dengan nada berguraunya, berharap dapat mencairkan suasana. Tetapi kali ini aku teguh pada pendirian, aku tidak akan pernah mencair walau diberi humor selucu apapun.

“Sorry, humor murahan seperti itu tidak mempan untukku lagi Peter Ho!” Mendengar jawabanku itu, wajah Peter Ho menjadi kecewa berat. Aku tahu Peter Ho, dia paling sedih jika ada orang yang tidak suka dengan humornya. “Maafkan aku Peter Ho, tapi saat ini aku benar-benar kesal padamu.” Kulanjutkan lagi perkataanku diiringi dengan tangisanku.

“Aku sangat mencintaimu, tapi mengapa kau tega sekali menghianatiku… !” Di sela-sela adu mulutku dengan Peter Ho, muncullah seorang tante-tante yang datang langsung menarik tangan Peter Ho.

“Ada apa ini?”

“Tante tanya saja pada simpanan tante ini!” Jawabku ketus.

“Bicara apa kau ini?” Lanjutnya lagi, “Dia itu anak saya!”

“Ooohh my God… sepertinya ada masalah baru lagi! Aku hanya bisa terdiam mendengar jawaban tante-tante yang ternyata adalah Mama Peter Ho. Aku pun menatap Peter Ho perlahan, dengan maksud Peter Ho mau memaafkanku.

“Tapi gadis ini siapa?” Tandasku lagi, berharap caraku berhasil untuk mengalihkan pembicaraan.

“Dia itu adikku!”

Jeddaaarrr…. bagaikan kilat di siang bolong lagi yang mau menimpaku terus. Aku langsung secepat kilat mengubah ekspresiku yang tadinya penuh amarah menjadi lebih kalem, berharap mendapat simpati dari Peter Ho dan keluarganya.

“Tadinya aku tidak menghubungimu, karena aku mau memberimu surprise!” Lanjutnya lagi, “Aku mau memberimu… cincin! Aku mau melamarmu, menjadi tunanganku.”

Aku pun langsung tidak bisa berkata apa-apa lagi, tidak terasa air mataku jatuh. Tetapi kali ini bukan air mata kesedihan, melainkan kebahagiaan. Aku tidak menyangka selama 3 tahun aku menjadi kekasihnya, tidak pernah sekalipun ia membahas mengenai “pertunangan”. Peter Ho pun mengambil sebuah kotak cincin berwarna merah tua dihiasi pita merah dari dalam kantong celananya dan membukanya, lalu bersiap untuk memasukkan cincin itu ke dalam jari manisku.

“Barbie Hsu, apa kau mau menjadi tunanganku?” Karena aku tidak tahu harus berkata apalagi, aku pun hanya bisa menganggukkan kepalaku sambil tidak henti-hentinya aku berpikir... “apakah ini hanya mimpi?”, karena biasanya Peter Ho tidak pernah serius dalam mengatakan sesuatu. Peter Ho kemudian memasukkan cincin indah itu ke dalam jari manisku. Lalu spontan aku memeluknya dan rasanya kali ini aku tidak mau melepasnya lagi. Tidak akan pernah!!!

TAMAT

Where My Honey??? (Part 1)


Part 1
Dimana Peter Ho??


Aku kesal sekali pada kekasihkuku Peter Ho. Sudah lebih dari 2 minggu belakangan ini dia tidak pernah lagi menghubungiku, baik lewat telepon maupun sms. Apa mungkin Peter Ho sudah tidak mencintaiku lagi? Jangan-jangan Peter Ho berselingkuh? Dia sudah punya kekasih lagi? Atau… Ahhh… sudahlah… ! Mungkin belakangan ini dia sedang sibuk. Arggghhh… Where my honey???

***

Keesokan harinya, ‘nada dering No Other-Super Junior…ku berbunyi pertanda ada telepon yang masuk. Segera aku berlari, berharap itu telepon dari Peter Ho…

“Mengapa Im Yoon Ah yang menelpon.” ucapku kecewa Lalu kutekan 'yes’ di HP-ku untuk menerima telepon Im Yoon Ah itu…

“Hallo… Ada apa Im Yoon Ah?”

“Hmm…begini, Barbie Hsu! Kemarin waktu aku makan di restoran Rainbow … aku tidak sengaja melihat Peter Ho bersama seorang gadis, sepertinya mereka akrab sekali!” Lanjut Im Yoon Ah lagi, “Apa kalian sudah putus?”

Jedddaaaarrr… bagaikan kilatan petir di siang bolong, hatiku serasa begitu sakit… pikiranku melayang entah ke mana… Peter Ho-ku yang kucintai ternyata berselingkuh… Oh my God, tega sekali Peter Ho padaku…

“Hallo, Barbie Hsu?? Apa kau masih mendengarku!” Aku langsung segera mematikan handphoneku… Dan segera berlari menuju ranjangku, aku menutup wajahku dengan bantal, lalu menangis tersedu-sedu…

Bersambung…

Where My Honey??? (Prolog)


Prolog

Indahnya janji yang pernah terikrar
Manisnya cinta yang pernah tercipta
Bagaikan mimpi yang tak pernah berakhir
Sejak kau gantung cinta ini

Meski bibir tak mampu berucap
Meski mulut tak mampu berkata
Namun bulan dan bintang telah pahami
Betapa tulus cinta ini untukmu

Jika rindu ini menjenuhkanmu
Jika sayang ini menyakitkanmu
Jika cinta ini membuatmu menjauh
Aku rela engkau membenci cintaku

Bukannya hati ini tak sakit
Bukannya hati ini tak hancur
Bukannya hati ini tak perih
Hanya kepasrahan yang mengiringi

Terimakasih cintaku
Untuk kenangan yang pernah kau beri
Satu ikrar untukmu
Tak akan kumencari pengganti
(Perih_Sweety Qliquers)

Sabtu, 25 September 2010

30 Years, It's Just Too Early (FF)


Title : 30 Years, It's Just Too Early
Author : Sweety Qliquers
Genre : Earth, Romance, Friendship
Episode : 3 Part
Production : www.korea-lovers86.blogspot.com
Production Date : 1 Agustus 2010, 11.11 AM
Review :

"Diperkirakan 30 tahun dari sekarang, bumi dikhawatirkan akan mengalami kehancuran."

Begitulah kutipan kalimat dalam sebuah artikel suratkabar yang dibaca Goo Hye Sun. Ditutupnya koran yang ia pegang kemudian ia mengkalkulasikan umurnya saat ini dengan perkiraan waktu bumi akan hancur.

Cast :
Goo Hye Sun
Lee Min Ho
Gook Ji Yun
Kim Hyun Joong
Han Hyo Joo

Goo Hye Sun
(Min Ho's Friend)

Lee Min Ho
(Hye Sun's Friend)

Gook Ji Yun
(Hye Sun’s Friend)


Kim Hyun Joong
(Hye Sun’s Friend)


Han Hyo Joo
(Hye Sun’s Friend)


30 Years, It's Just Too Early
Created By Sweety Qliquers

Part 1 “Global Warming”
Part 2 “Bike To School”
Part 3 “Still have lots of things to do” - TAMAT

30 Years, It's Just Too Early (Part 3-Tamat)


Part 3
Still have lots of things to do


Esok paginya di sekolah.

Ketika sedang antri untuk memarkirkan sepedanya, Goo Hye Sun dibarengi seorang cowok yang juga naik sepeda ontel ke sekolah. Saat menoleh ke samping, ternyata cowok itu adalah Lee Min Ho.

"Lee Min Ho? Kau...." tanya Goo Hye Sun takjub, tak menyangka Lee Min Ho yang tampak berwibawa ini akan mengikuti jejaknya.

"Aku juga tidak mau mati muda. Still have lots of things to do," jawab Lee Min Ho sembari tersenyum.

Goo Hye Sun dan Lee Min Ho pun memarkirkan sepedanya bersebelahan, hal itu tanpa mereka sadari menarik perhatian Han Hyo Joo yang tengah melintas usai memarkirkan sepedanya tepat di depan mereka.

"Aduh, romatis sekali! Sepedanya sampai diparkir bersebelahan begitu," goda Han Hyo Joo sambil melenggang pergi.

Goo Hye Sun pun jadi blushing mendengarnya, ia lihat Lee Min Ho juga tampak bingung menyembunyikan wajahnya yang merona.

30 years is just too early for God's sake!

TAMAT

30 Years, It's Just Too Early (Part 2)


Part 2
Bike To School


Esoknya di sekolah.

Goo Hye Sun sudah menjadi pusat perhatian sejak ia mulai mengayuh sepedanya melewati pintu gerbang sekolahnya, bahkan satpam penjaga gerbang saja sampai tercengang.

"Goo Hye Sun?" sebuah suara menyapa Goo Hye Sun yang sedang mengunci sepeda ontelnya di tempat parkir motor.

"Hai, Lee Min Ho," sapa Goo Hye Sun, degup jantungnya mendadak semakin cepat. Diam-diam ia naksir sang Ketua Kelas di hadapannya ini.

"Kau naik sepeda ke sekolah?" tanya Lee Min Ho sambil melirik sepeda yang masih tampak mulus di samping Goo Hye Sun.

Goo Hye Sun mengangguk. "Aku tidak mau mati muda, Lee Min Ho" jawab Goo Hye Sun sambil berlalu, meninggalkan Lee Min Ho yang masih belum menangkap maksud jawaban Goo Hye Sun.

Lee Min Ho pun mengejar Goo Hye Sun yang melenggang masuk ke dalam sekolah.

"Maksudmu? Kau tidak sedang mengidap penyakit parah, kan?" tanya Lee Min Ho setengah khawatir.

"Tentu saja tidak, Lee Min Ho. Ini cuma supaya bumi kita tidak cepat hancur, aku baca di koran prediksinya 30 tahun dari sekarang. Masih banyak yang mau aku lakukan, masih pengen keliling dunia. Aduh, pokoknya mati umur 47 masih terlalu muda!" Goo Hye Sun berseru histeris.

Lee Min Ho pun dibuat terdiam akan jawaban Goo Hye Sun yang polos itu. Selama ini ia tidak pernah notice hal-hal tentang global warming meski media juga tengah gencar menyiarkan. Tapi, penjelesan sederhana dari gadis yang selama ini ia kagumi ini ternyata mampu menyadarkannya tentang seberapa gawat keadaan bumi sekarang.

30 tahun? Aku juga masih ingin hidup di umur 47 tahun, batin Lee Min Ho.

"Goo Hye Sun, kau kan Ketua Osis. Kenapa tidak membuat program saja untuk menyelamatkan bumi? Kalau tidak salah kan Pemkot bikin Bike to Work, kita buat saja Bike to School." Lee Min Ho mengusulkan.

Gosh, Lee Min Ho. Kenapa kita bisa berpikiran sama sih? batin Goo Hye Sun.

"Boleh. I've been thinking about that actually. Makasih ya usulnya," kata Goo Hye Sun sambil tersenyum manis. Membuat jantung Lee Min Ho berdebar kencang saat melihatnya.

"Goo Hye Sun, aku denger kau naik sepeda ke sekolah," todong Kim Hyun Joong, salah satu sahabat Goo Hye Sun.

Bel istirahat berdering, para siswa SMA Shinhwa berhamburan menuju kantin sekolah yang mungil tapi punya tempat makan favorit siswa yang nyaman karena outdoor di area taman. Tidak terkecuali Goo Hye Sun dan ketiga sahabatnya.

"Iya, memang kenapa?" tanya Goo Hye Sun sambil menyeruput es jeruk nipis kesukaannya kala matahari sedang terik-teriknya seperti sekarang.

"Apa kata anak-anak nanti, Goo Hye Sun. Masa Ketua Osis naik sepeda? Memangnya Papamu sudah tidak mau mengantarmu lagi?" tanya Gook Ji Yun yang selalu mementingkan image di depan orang lain.

"Kalau aku cuek saja, Goo Hye Sun. Tidak usah perduli apa kata orang! Di Seoul, orang yang nekat sepertimu itu jarang sekali. Teruskan saja, Goo Hye Sun. Besok aku juga naik sepeda ke sekolah." Berbeda dengan pendapat kedua temannya yang lain, Han Hyo Joo yang asli Seoul malah mendukung Goo Hye Sun.

Goo Hye Sun pun menceritakan tentang artikel yang dibacanya kemarin. "Kalian tidak harus mengikuti caraku kok, kalian boleh ke sekolah naik apa saja sesuka kalian. Tapi usahakan jangan membuat polusi semakin meningkat," lanjut Goo Hye Sun.

"Oh begitu ya, Goo Hye Sun. Kemarin aku juga baca artikel seperti itu juga. mengerikan memang membayangkan kalau bumi kita hancur dalam waktu dekat," sahut Kim Hyun Joong.

"Berarti kita mati muda dong?! NO...!" seru Gook Ji Yun heboh. "Aku kan masih pengen jadi bintang film di Hollywood.Kalo 30 tahun lagi bumi sudah hancur, aku tidak bisa ke Hollywood dong!"

"Ya sudah, besok kau berangkat ke sekolah naik bis saja, Gook Ji Yun," kata Han Hyo Joo asal, membuahkan tawa yang mendengarnya. Naik angkutan umum adalah hal yang paling tidak mungkin Gook Ji Yun lakukan. Pikiran-pikiran parno mengenai bis pun langsung menyergapnya. Gook Ji Yun pun memandang Goo Hye Sun, minta pertolongan.

"Kalo tidak mau naik bis ya naik sepeda saja, Gook Ji Yun," usul Goo Hye Sun yang malah membuahkan tawa yang semakin keras dari teman-temannya. Membayangkan Gook Ji Yun mengayuh sepeda bakal sama seperti membayangkan betapa lucunya seorang putri manja yang naik sepeda ontel ke sekolah.

"Atau kau bisa bareng denganku ke sekolah, Gook Ji Yun. Memang sih mobilku tidak senyaman Mercedez-mu. Apalagi aku barengan dengan dua adikku yang masih SD, tapi masih ada tempat kosong kalau kau mau nebeng. Bagaimana?" Kim Hyun Joong memberi usul yang kali ini masih agak masuk akal.

"Iya, Gook Ji Yun. Rumah kalian kan sekomplek, barengan saja kan lebih efisien," timpal Goo Hye Sun.

Gook Ji Yun pun mengiyakan. "Ini semua demi mimpiku ke Hollywood," kata Gook Ji Yun menerawang. Goo Hye Sun, Kim Hyun Joong dan Han Hyo Joo pun tertawa terbahak melihat tingkah temannya ini.

Bersambung…

30 Years, It's Just Too Early (Part 1)


Part 1
Global Warming


"Diperkirakan 30 tahun dari sekarang, bumi dikhawatirkan akan mengalami kehancuran."

Begitulah kutipan kalimat dalam sebuah artikel suratkabar yang dibaca Goo Hye Sun. Ditutupnya koran yang ia pegang kemudian ia mengkalkulasikan umurnya saat ini dengan perkiraan waktu bumi akan hancur.

"Berarti ketika aku berumur 47 tahun! Haaaaaaaaahhh?!" jerit Goo Hye Sun histeris, membuat Bunda yang melintas di depannya terkejut melihat putrinya menjerit heboh.

"Ada apa, Goo Hye Sun?" tanya Bunda bingung.

Goo Hye Sun teringat langkah pencegahan global warming dari artikel yang baru dibacanya. "Mulai besok aku mau ke sekolah naik sepeda saja, Bun," kata Goo Hye Sun.

"Sepedanya kan dibawa Kak Hyun Bin ke Busan," timpal Bunda.

"Bukan sepeda motor, Bun. Tapi sepeda ontel yang sudah lama tidak pernah dipakai itu," terang Goo Hye Sun.

"Hah?" Bunda terkejut dengan penjelasan Goo Hye Sun yang terdengar agak aneh itu.

"Sekolahmu kan lumayan jauh, Goo Hye Sun. Apa nanti kau tidak terlambat datangnya?" tanya Bunda, masih tidak mengerti maksud di balik rencana putrinya itu.

"Aku kan bisa berangkat lebih pagi, sekalian olahraga, Bun. Lagipula, aku pernah baca di koran, Pemkot saja udah mencanangkan Bike to Work. Kenapa aku tidak Bike to School? Demi kelangsungan bumi kita tercinta, Bunda." Goo Hye Sun mengakhiri perkataannya sambil tersenyum, Bunda pun dibuat amazed akan jawaban Goo Hye Sun. Beliau kagum putrinya concern juga masalah kondisi bumi yang semakin gawat ini.

Bersambung…

Love For Mother Earth (FF)


Title : Love For Mother Earth
Author : Sweety Qliquers
Genre : Earth, Romance, Friendship
Episode : 4 Part
Production : www.korea-lovers86.blogspot.com
Production Date : 22 July 2010, 04.31 PM
Review :

Tiba-tiba Kim So Eun menarik tangan Kim Bum untuk mengikutinya mengambil pot-pot berukuran agak besar di suatu sudut di depan kelasnya. Ia minta Kim Bum membantunya mengangkat pot-pot itu bersamanya, karena ia tak kuat mengangkatnya sendirian. Kim Bum pun menyanggupi permintaan Kim So Eun.

Somehow Kim Bum merasa inilah saatnya membuka kembali impiannya yang sudah ia pendam rapat-rapat itu.

I think I found her, batin Kim Bum.

Cast :
Kim Bum
Kim So Eun
Yunho`TVXQ
Lee Min Ho
Lee Mi Sook

Kim So Eun
(Mother Earth SMA Shinhwa)


Kim Bum
(Yunho's Friend)

Yunho`TVXQ
(Kim Bum’s Friend)


Lee Min Ho
(Ketua Osis SMA Shinhwa)


Lee Mi Sook
(So Eun’s Mother)


Love For Mother Earth
Created By Sweety Qliquers

Part 1 “Go Green”
Part 2 “Apa Salahku???”
Part 3 “Pot Bunga Pemberian Kim Bum”
Part 4 “Green Day” - TAMAT

Love For Mother Earth (Part 4-Tamat)


Part 4
Green Day


Hari ini akan diadakan Green Day, dimana semua warga sekolah diwajibkan untuk ikut kerja bakti membersihkan sekolah dan menanam beberapa pohon di halaman sekolah yang sebelumnya gersang.

Kim So Eun tampak lebih bersemangat hari ini, mata bulatnya berbinar-binar indah, memancarkan kecantikannya. Ia tampak sibuk menanam tanaman hias di pot besar di teras depan kelasnya bersama beberapa teman sekelasnya.

"Kim So Eun," tiba-tiba ada yang memanggilnya.


"Ya?" ujar Kim So Eun sembari berdiri dari posisi jongkoknya. Ketika melihat sosok yang berdiri di depannya, Ia mengira yang memanggilnya tadi adalah Lee Min Ho. Namun nyatanya yang ada di hadapannya saat ini adalah orang yang paling tidak ingin ia temui saat ini.

"Aku memang tidak bisa beli pot-pot tanaman untuk menghias sekolah seperti Lee Min Ho," ujar Kim Bum dengan raut serius.

Kim So Eun yang tadinya ingin langsung marah, berpikir dua kali untuk benar-benar melakukannya.

"Tapi aku punya ini untukmu, Kim So Eun. Maafkan aku ya?" Kim Bum menyodorkan sebuah pot bunga kepada Kim So Eun. "Ini sebagai ganti pot yang sudah aku pecahkan kemarin."
Kim So Eun menerima pot bunga itu ragu, ia masih tidak percaya Kim Bum berubah 180 derajat begini.

"Well, thanks." kata Kim So Eun sambil tersenyum, menimbulkan gejolak aneh di perut lawan bicaranya.

"Tapi ini bukan buatku, ini buat bumi. Kau cinta bumi kan?" tanya Kim So Eun di luar dugaan. Kim Bum sempat tidak sadar dengan maksud perkataan Kim So Eun, namun kemudian ia tersenyum penuh arti.

"Iya, aku cinta bumi," kata Kim Bum akhirnya, “di mana ada kau di dalamnya.” Batin Kim bum.

Tiba-tiba Kim So Eun menarik tangan Kim Bum untuk mengikutinya mengambil pot-pot berukuran agak besar di suatu sudut di depan kelasnya. Ia minta Kim Bum membantunya mengangkat pot-pot itu bersamanya, karena ia tak kuat mengangkatnya sendirian. Kim Bum pun menyanggupi permintaan Kim So Eun.

Somehow Kim Bum merasa inilah saatnya membuka kembali impiannya yang sudah ia pendam rapat-rapat itu.

I think I found her, batin Kim Bum.

TAMAT

Love For Mother Earth (Part 3)


Part 3
Pot Bunga Pemberian Kim Bum


Esoknya di sekolah, Sang Ketua OSIS, lee Min Ho, tengah sibuk menata pot tanaman yang kini menghiasi teras depan ruang OSIS. Kim So Eun yang sedang melintas pun tertarik untuk menikmati pemandangan baru di sekolahnya ini.

"Wah, pemandangan di sini jadi segar!" ujar Kim So Eun sambil membantu memindahkan pot-pot kecil berisi bunga.

"Iya, aku juga meletakkannya hampir di teras semua ruangan. Masih baru sebagian sih, sisanya datang nanti siang. Kau mau membantu?" Lee Min Ho membetulkan letak kacamatanya yang agak melorot usai membungkuk menata pot-pot tadi.

"Ya, tentu saja!" ujar Kim So Eun bersemangat. Ini kesempatan bisa memandang sang Ketua OSIS dari dekat, diam-diam dia naksir teman sekelasnya ini.

Kim Bum yang baru saja datang, melintas di depan ruang OSIS, di mana Lee Min Ho dan Kim So Eun sibuk membawa pot-pot tanaman ke depan ruang guru yang ada di sebelah ruang OSIS.

Tak sengaja lengan Kim Bum menyenggol bahu Kim So Eun sampai pot bunga yang ada di tangannya terjatuh dan pecah.

"Oops... sori." Spontan Kim Bum minta maaf.

Begitu mendapati Kim Bum yang berdiri di sebelahnya, raut wajahnya langsung berubah menjadi keras.

"Maumu sebenarnya apa sih? Aku tau kau tidak mendukung aksi go green di sekolah ini, tapi tidak perlu bikin kacau seperti ini!" semprot Kim So Eun.

Kim Bum bingung harus menjawab apa, karena ia benar-benar tidak sengaja melakukannya. "Maaf aku tidak sengaja melakukannya! Kau jangan asal menuduh!" seru Kim Bum akhirnya dan menghambur pergi meninggalkan Kim So Eun yang masih kesal akan perbuatannya barusan.
"Sudah menjatuhkan, tidak membantu merapikan!" Kim So Eun ngomel-ngomel sambil membersihkan pecahan pot.

"Sudah, tidak apa-apa, Kim So Eun," kata Lee Min Ho sembari membantu Kim So Eun.

"Maaf ya, Lee Min Ho," balas Kim So Eun dengan nada tidak enak hati.

Lee Min Ho tersenyum memaklumi.

"Aku dengar pot-pot ini dananya dari kau pribadi ya?" tanya Kim So Eun ketika pot yang pecah selesai dibersihkan. Lee Min Ho agak terkejut mendengar pertanyaan Kim So Eun.

"Kau dengar dari mana, Kim So Eun?" tanya Lee Min Ho tanpa menatap lawan bicaranya. Ia pura-pura merapikan pot di samping kakinya.

"Ya... dari anak-anak. Tapi memang bener kan?" Kim So Eun menatap Lee Min Ho intense.

Lee Min Ho tidak langsung menjawab, ia memutuskan untuk meletakkan pot terakhirnya dulu. "Cuma sedikit rasa terima kasih kepada bumi saja, Kim So Eun. Tidak ada apa-apanya dibandingkan kau yang sudah berani mempelopori aksi go green ini. Kau hebat sekali!"

Pipi Kim So Eun bersemu merah dipuji begitu. Dalam hati ia membatin, Lee Min Ho tidak cuma cakep, pintar dan populer, ia juga berhati emas. Kalau dibandingin dengan Kim Bum, bagaikan bumi dan langit. Yah meskipun sama-sama cakep dan populer, tapi Lee Min Ho jelas punya nilai plus.

Bersambung…

Love For Mother Earth (Part 2)


Part 2
Apa Salahku???


Sementara itu, sore-sore begini sudah menjadi hobi Kim So Eun untuk menyirami tanaman-tanaman kesayangannya di belakang rumahnya. Kebetulan ibunya juga hobi merawat tanaman, terutama bunga Anggrek. Sehingga terkadang Kim So Eun pun berkebun berdua bersama ibunya, seperti sore hari ini.

Sambil menyirami pot-pot, Kim So Eun bercerita tentang kejadian di sekolah hari ini. Mengenai temannya yang diperingatkan untuk membuang sampah malah marah-marah dan membuatnya sedikit ketakutan karena tatapan matanya yang tajam.

"Apa kau yakin tidak pernah membuat temenmu itu marah sebelumnya?" tanya Ibu sambil menyemprot air ke koleksi Anggreknya yang digantung-gantung di bawah net khusus green house.

"Aduh, Ibu. Aku selalu berusaha menghindari konflik dari dia. Dia itu terkenal bad boy di sekolah, Ibu kan tahu aku paling benci membuat masalah. Sebisa mungkin aku menghidari masalah," terang Kim So Eun.

"Iya, Ibu mengerti. Tapi usulmu tentang program go green itu, apa semua setuju? Kau yakin tidak ada yang merasa kontra dengan usulmu itu, Kim So Eun? Biasanya, setelah sebuah pendapat muncul, pro dan kontra pasti akan mengikuti berikutnya."

Kim So Eun pun seperti tersadarkan, selama ini ia mengira usulnya untuk mencanangkan program go green di sekolah bakal mulus-mulus saja. Apalagi ia mendapat persetujuan langsung dari Kepala Sekolah, tanpa mengajukan proposal lewat OSIS terlebih dahulu. Ia menganggap, ini kan program untuk kebaikan, bukan program hura-hura yang cuma menghabiskan duit, pasti banyak yang mendukungnya. Ibu seolah baru saja menunjukkan bahwa beberapa pihak, sekecil apapun jumlahnya, pasti ada yang kontra.

"Tapi... Kim Bum paling cuek dengan kegiatan sekolah," gumam Kim So Eun sambil menerawang.

"Namanya Kim Bum? Dia seorang Cowok, Kim So Eun?" tanya Ibu dengan raut excited. Kim So Eun mengangguk menjawab pertanyaan ibu.

"Mungkin dia menaruh hati padamu, Kim So Eun. Cowok itu suka usil kalau lagi naksir cewek," goda Ibu yang langsung membuat pipi Kim So Eun bersemu kemerahan.

Bersambung…

Love For Mother Earth (Part 1)


Part 1
Go Green


Sudah seminggu ini SMA Shinhwa mengadakan aksi hijau di lingkungan sekolah. Banyak juga yang mendukung, namun yang tampak cuek dan ogah-ogahan juga tidak kalah jumlahnya.

"Apa tidak ada kerjaan lain." Iitulah pendapat yang keluar dari mulut Kim Bum, ia termasuk ke kelompok yang terkesan tidak peduli dengan aksi go green di sekolahnya.

Ketika jam istirahat dimulai, Kim So Eun memilih berkeliling mengingatkan teman-temannya untuk membuang bungkus makanan mereka ke tempat sampah yang sudah disediakan. Ia bahkan menjelaskan untuk membuang sampah ke tong sesuai jenis sampahnya.

Kim Bum sedang asyik mengunyah kripik kentangnya ketika melihat Kim So Eun sibuk wara-wiri mengingatkan orang-orang.

"Sok peduli sekali dia dengan lingkungan!" cibir Kim Bum di hadapan teman-teman segengnya.

"Katanya, dia yang mengusulkan aksi hijau di sekolah kita," sahut Yunho, teman Kim Bum yang juga apatis akan aksi cinta bumi di SMA Shinhwa ini.

"Oh ya?" tanya Kim Bum sambil memandang sosok di seberangnya dengan sinis.

"Kim Bum, Aku dengar dia menjomblo. Aneh ya? Padahal Kim So Eun cantik sekali, kan?" sahut Yunho, yang kedengaran tidak nyambung.

"Maksud kamu apa, Yunho?" tanya Kim Bum kesal. Ia merasa tersindir, karena sudah hampir lulus SMA masih belum juga mendapatkan seseorang yang spesial di hatinya. Seseorang yang tidak cuma cantik fisiknya tapi juga cantik hatinya. Padahal dia sudah dikenal sebagai cowok yang paling banyak fansnya, sayangnya dari fans yang berjibun itu dia belum juga menemukan yang dicarinya. Cewek-cewek yang mengejarnya kebanyakan hanya tertarik dengan harta dan tampilan fisiknya saja. Ia ingin seseorang yang tidak melihat itu semua dari dirinya, ia ingin seseorang yang bisa membuatnya lebih baik.

Kim Bum tidak pernah mengutarakan kriteria cewek idamannya ini ke siapapun, termasuk yunho sahabatnya sejak kelas satu. Somehow, ia merasa sulit mendapatkan cewek dengan kriteria itu dengan reputasinya sekarang—tukang bikin onar, sering skip pelajaran, hobi nongkrong di kantin, dan selalu skeptis terhadap semua kegiatan sekolah. Sehingga ia memutuskan untuk menyimpan impiannya itu rapat-rapat, entah kapan harus dibuka. Mungkin bila sudah menemukan yang tepat.

Tanpa terasa bel masuk berbunyi. Kim Bum dan teman-temannya memutuskan untuk kembali ke kelas.

"Ayo kita ke kelas. Sekarang pelajarannya Pak Ahn Jae Wook. Aku tidak mau kena skorsing lagi," ajak Kim Bum pada Yunho sambil meninggalkan bungkusan bekas kripik kentang dan kaleng Cola-nya di atas meja kantin.

Ketika berbalik, ada yang menepuk bahunya dari belakang. Refleks ia berbalik kembali dan menemukan sosok yang membuat mood-nya tidak enak akhir-akhir ini.

"Kalau sudah selesai makan dan minum, bungkus plastik sama kalengnya tolong dibuang ke tong sampah," ujar Kim So Eun ramah sembari menyodorkan bungkus kripik kentang dan kaleng Cola yang tadi ditinggalkan begitu saja oleh Kim Bum.

Merasa disulut amarahnya, Kim Bum mengambil bungkus plastik dan kaleng di tangan Kim So Eun dengan kasar lalu membuangnya ke tong sampah di dekat kantin.

"Puas?" kata Kim Bum jutek sambil menatap Kim So Eun penuh amarah. Berikutnya ia pergi menyusul teman-teman segengnya yang sudah lebih dulu masuk ke kelas.

Kim So Eun memiringkan kepalanya tidak mengerti. She's wondering, apa yang sudah diperbuatnya sampai membuat Kim Bum sedemikian marah kepadanya. Seingatnya, Kim Bum memang terkenal sebagai tukang pembuat onar meski anehnya teman-teman ceweknya banyak yang ngefans gara-gara tampang Kim Bum yang good looking. Namun, dia dan Kim Bum tidak pernah bermasalah sebelumnya.

Sang mentari perlahan beranjak ke sisi lain bumi, membuat pemandangan menjadi bersemu jingga dan meninggalkan kesan hangat. Usai main tenis bersama ayahnya, Kim Bum yang sedang menikmati segarnya jus jeruk dingin dari kulkas menyambar majalah Bunda yang tergeletak di ruang tengah, majalah yang memuat tentang pola hidup sehat, penyakit populer, info-info kesehatan sampai kondisi bumi saat ini. Entah kenapa Kim Bum tertarik untuk membaca sebuah artikel mengenai Global Warming. Judul artikel itu "Bumi sedang Koma", Kim Bum penasaran mengenai isinya. Menurutnya, mana ada benda mati yang bisa mengalami koma. Jadi ia memutuskan untuk mencari tahu sendiri apa yang dimaksud penulis dengan mencantumkan judul yang tidak rasional menurutnya itu.

Bersambung…

Cinta Saja Tidak Cukup (FF)


Title : Cinta Saja Tidak Cukup
Author : Sweety Qliquers
Genre : Romance, Friendship, Comedy
Epiode : 3 Part
Production : www.korea-lovers86.blogspot.com
Production Date : 2 Agustus 2010, 02.52 PM
Review :

“Tuhan, ternyata hanya Engkau yang tidak pernah mengecewakanku. Yang dapat mengetahui perasaanku, yang mengetahui sepiku. Bagaimanapun juga Lee Min Ho manusia biasa. Dia tidak pernah bisa membaca hati hamba yang sedang lara.... Apalagi Kim Hyun Joong.

Tapi Engkau pasti bisa membaca.

Dan Goo Hye Sun tiba-tiba memiliki kekuatan luar biasa setelah mengucapkan semua itu. Ia berdiri dengan tegak, tegar, karena yakin Tuhan pasti akan memberikan jalan yang terbaik untuk dirinya ke depan.

Tapi tanpa Goo Hye Sun sadari, di balik ceriaan Lee Min Ho, Lee Min Ho juga sedang ber-voice over, bicara dalam hatinya sendiri, mengadu pada Tuhan.

“Tuhan, hanya Engkau yang tahu. Hamba sayang pada Goo Hye Sun. Tapi bagaimana Go Ah Ra ya Tuhan? Hamba kan sudah komitmen berpacaran dengan Go Ah Ra. Tapi mengapa hamba merasa bahagia jika berada dekat dengan Goo Hye Sun?”

Cast :
Goo Hye Sun
Lee Min Ho
Kim So Eun
Kim Hyun Joong
Go Ah Ra

Goo Hye Sun
(Min Ho's Friend)


Lee Min Ho
(Hye Sun's Friend)


Kim So Eun
(Hye Sun’s BestFriend)


Kim Hyun Joong
(Hye Sun’s Boyfriend)


Go Ah Ra
(Min Ho’s Girlfriend)


Cinta Saja Tidak Cukup
Created By Sweety Qliquers

Part 1 “Malaikat Yang Singgah Di Hati”
Part 2 “Kekasihku Tidak Romantis”
Part 3 “Cinta Terlarang” - TAMAT

Cinta Saja Tidak Cukup (Part 3-Tamat)


Part 3
Cinta Terlarang


Dan sorenya, Tuhan seakan mengirimkan satu “malaikat” kecilnya pada Goo Hye Sun. Saat ia suntuk memikirkan sikap Kim Hyun Joong, tiba-tiba satu SMS dari Lee Min Ho masuk.

“Kita ketemu di tempat seperti biasa ya? Toko buku. Ada yang ingin aku ceritakan padamu. Jam lima ya?”

Dan Lee Min Ho muncul dengan gayanya yang khas. Keren, wangi, dan rapi.

“Hai....” kata Lee Min Ho.

“Lee Min Ho, ini duit buku National Geographic kemarin....” Goo Hye Sun mengulurkan uang pada Lee Min Ho.

Lee Min Ho tersenyum, menggeleng.

“Tidak usah....”

“Kenapa? Aku mau mengganti uangmu?!”

“Iya, tapi aku tidak mau diganti. Apalagi menggunakan uang jajanmu. Aku ingin memberikan buku itu untukmu boleh, kan?”

“Jangan Lee Min Ho!”

“Sudahlah... aku ikhlas” Lee Min Ho menatap Goo Hye Sun lembut. Ah, swear, jarang banget Goo Hye Sun diperlakukan seperti itu oleh cowok. Apalagi Kim Hyun Joong. Dan herannya, kenapa justru cowok lain yang perhatian dengan dia?

“Aku sedang bahagia. Go Ah Ra cewekku baru saja datang dari Amrika. Dia punya adik angkat baru, Dia lucu sekali. Nanti kau, aku kenalkan dengan cewekku ya?” kata Lee Min Ho dengan mata berbinar-binar bahagia.

“Adik angkat Go Ah Ra namanya Seo Shin Ae. Lucu sekali. Aku sekarang mau ke baby shop beli hadiah buat Seo Shin Ae. Kau mau menemaniku? Setelah itu kita sama-sama ke rumah Go Ah Ra. Kau sahabat terbaikku, Goo Hye Sun. Dia harus mengenalmu.... Yuk.....” Lee Min Ho bicara penuh semangat.

Goo Hye Sun tersenyum.

Ah, andai Lee Min Ho tahu kalau Goo Hye Sun sangat menyayangi Lee Min Ho....
Andai ia diperbolehkan menyandarkan sejenak kepalanya di bahu Lee Min Ho, sekedar melepas lelah hatinya yang kadang tidak habis pikir memikirkan sikap Kim Hyun Joong....

Ketika keduanya berjalan menyusuri toko mainan anak-anak dan Lee Min Ho memilih dengan semangat berbagai macam mainan sambil terus bercerita tentang segala hal, termasuk Go Ah Ra dan Seo Shin Ae, Goo Hye Sun hanya mampu tersedu.

Voice over, Goo Hye Sun hanya mampu mendesahkan beberapa bait curhat pada Tuhan, tentang dirinya sendiri.....

“Allah, ternyata hanya Engkau yang tidak pernah mengecewakanku. Yang dapat mengetahui perasaanku, yang mengetahui sepiku. Bagaimanapun juga Lee Min Ho manusia biasa. Dia tidak pernah bisa membaca hati hamba yang sedang lara.... Apalagi Kim Hyun Joong.

Tapi Engkau pasti bisa membaca.

Dan Goo Hye Sun tiba-tiba memiliki kekuatan luar biasa setelah mengucapkan semua itu. Ia berdiri dengan tegak, tegar, karena yakin Tuhan pasti akan memberikan jalan yang terbaik untuk dirinya ke depan.

Tapi tanpa Goo Hye Sun sadari, di balik ceriaan Lee Min Ho, Lee Min Ho juga sedang ber-voice over, bicara dalam hatinya sendiri, mengadu pada Tuhan.

“Tuhan, hanya Engkau yang tahu. Hamba sayang pada Goo Hye Sun. Tapi bagaimana Go Ah Ra ya Tuhan? Hamba kan sudah komitmen berpacaran dengan Go Ah Ra. Tapi mengapa hamba merasa bahagia jika berada dekat dengan Goo Hye Sun?”

Ya, hati manusia, memang tidak pernah bisa diduga....

TAMAT

Cinta Saja Tidak Cukup (Part 2)



Part 2
Kekasihku Tidak Romantis


“Gila, dasar cowok aneh! Dia malah tidur?!!!” Kim So Eun menjerit histeris.

Goo Hye Sun dengan pasrah mengangguk.

“Goo Hye Sun, ini aneh! Kau ini sabar atau naif? Sudahlah, putus saja dengan Kim Hyun Joong. Di luar sana masih banyak cowok yang menunggumu! Kemarilah kau, Goo Hye Sun! Bercerminlah!!!” Kim So Eun mengeluarkan kaca barbie warna pink-nya yang centil dan menunjukkan di depan wajah Goo Hye Sun.

“Kau itu cantik! Kau pinter! Kau dari keluarga konglomerat! Kata pak ustadz, kau itu solehah! Kata pak RT, kau warga yang baik karena sopan dan santun! Kata orang duafa, kau itu seperti malaikat karena hatimu baik dan kau suka memberi sedekah kepada mereka! Kata mamimu, kau itu anak tersantun di dunia! Kataku, kau itu sahabat terindah di planet bernama bumi! Dan bisa-bisanya kau bertahan dengan cowok seperti Kim Hyun Joong?!” kata Kim So Eun dengan bertubi-tubi.

Dan Goo Hye Sun hanya menunduk.

“Itu kan katamu, Kim So Eun... Buktinya Kim Hyun Joong tidak pernah mengucapkan semua itu padaku...”

“Itu karena si Kim Hyun Joong gengsi bilang! Dia minder denganmu luar dalam, dunia akherat! Aku harus bicara dengan Kim Hyun Joong! Apa maksudnya memperlakukanmu seperti ini! Kalau memang sudah tidak suka, kenapa dia tidak memutuskanmu?” kemarahan Kim So Eun nampak memuncak. Ia kelihatan sudah tidak terima lagi melihat sahabatnya, yang di mata Kim So Eun seperti permata yang nyaris sempurna.

Goo Hye Sun tersenyum.

Kim So Eun berdiri.

“Kim So Eun, kau mau ke mana! Jangan, jangan! Kau tidak perlu berbicara dengan Kim Hyun Joong! Biar aku sendiri yang bicara! Sekarang kau sedang emosi! Kau mau ke mana, Kim So Eun?” Goo Hye Sun memegang tangan Kim So Eun kuat-kuat. Takut sahabatnya itu akan memaki-maki Kim Hyun Joong.

“Lepaskan tanganku! Aku sudah tidak sabar!”

“Sabar, Kim So Eun. Istighfar!”

“Kali ini aku sudah tidak tahan!”

“Kau mau ke mana, Kim So Eun.....??? Mau ke mana????”

“Kamar mandi....” jawab Kim So Eun polos.

Bersambung…

Cinta Saja Tidak Cukup (Part 1)



Part 1
Malaikat Yang Singgah Di Hati


“Menyeramkan sekali, maksudmu setan ya?” Goo Hye Sun langsung terlonjak kaget begitu mendengar kata-kata sahabatnya.

“Dengarkan aku dulu, Kim So Eun. Kau cerna dalam-dalam perumpamaanku itu. Baru komentar. Jangan sebaliknya. Komentar padahal tidak mengerti duduk permasalahannya...” jawab Goo Hye Sun sabar.

“Tunggu. Dia ada, tapi sebenarnya tidak ada.... Dia tidak ada tapi sebenarnya ada. Sudahlah, aku menyerah saja. Jelaskan dengan baik dan benar padaku. Jangan ditambah atau dikurangi....”

Goo Hye Sun terdiam sejenak.

“Kim So Eun, kau tahu Lee Min Ho kan?”

“Ya. Tahu. Lalu?”

“Kau tahu kan kalau aku sudah lama mengaguminya?”

“Tahu, lalu?”

“Kau tahu kan kalau setiap saat aku selalu memikirkannya? Dia sangat baik padaku. Kita berdua setiap hari selalu saling sms atau telepon. Tapi....”

“Tapi apa?”

“Kami hanya sebatas teman... sebatas sahabat saja. Dan bagiku itu sudah sangat indah...” kata Goo Hye Sun sedih. Dengan mata sedikit berkabut.

“Tapi kenapa nada bicaramu tidak ceria. Berarti kau sudah jatuh cinta dengan Lee Min Ho. Iya kan? Kalau tidak, ya sudah. Segitu saja sudah cukup....”

“Tidak Kim So Eun. Aku tidak mengerti ini cinta atau bukan. Tapi dia adalah satu-satunya orang yang membuat hidupku jadi lebih terang. Dia sudah menerangi hidupku...” kata Goo Hye Sun syahdu.

“Berarti Lee Min Ho setara dengan PLN ya?” jawab Kim So Eun polos.

Goo Hye Sun tersenyum. Sahabatnya memang selalu melucu sendiri.

“Dia seperti embun di musim kering...” kata Goo Hye Sun lagi. Kim So Eun mengangguk.

“Kau mengangguk, Kim So Eun? Kenapa? Setuju?”

“Biasa saja. Leherku pegal....”

“Oo.”

Dan curhat singkat antara Goo Hye Sun dengan Kim So Eun pagi itu sudah lumayan banyak mengurangi beban pikiran Goo Hye Sun selama ini. Kadang Kim So Eun sering berkelakuan ajaib. Tidak memberi pemecahan. Tapi paling tidak Kim So Eun satu-satunya orang yang mau mendengarkan keluh kesah Goo Hye Sun tentang Lee Min Ho.

Lee Min Ho.

Kakak kelas SMP-nya yang ia temui saat reuni.

Sejak pertemuan itu, Goo Hye Sun tak pernah berhenti sedetik pun untuk memikirkan Lee Min Ho.


Sosok Lee Min Ho yang tampan. Pintar. Lucu.

“Dia beda sekali dengan Kim Hyun Joong....” begitu alasan Goo Hye Sun.

“Di dunia ini tidak ada yang sama. Termasuk kembar identik. Lihat saja Kak Seto dan Kak Seno...” kata Kim So Eun.

Dan Goo Hye Sun kembali terdiam, menerawang jauh....

Sebenarnya Goo Hye Sun hanya sedikit melow saja hari ini. Sudah dua hari Lee Nin Ho tidak sms dan menelponnya. Walaupun hanya sekedar say hello. Padahal Goo Hye Sun ingin mengucapkan terima kasih pada Lee Min Ho. Beberapa hari lalu Goo Hye Sun minta tolong untuk dibelikan Buku National Geographic pada Lee Min Ho yang memang rajin berburu buku ke mana-mana. Dan ketika buku itu sudah dapat, Lee Min Ho mengantarkannya sendiri ke rumah Goo Hye Sun.

Sosok Lee Min Ho memang sangat perhatian.

Dia tidak pernah bilang tidak setiap kali Goo Hye Sun minta tolong. Padahal Lee Min Ho sibuk sekali dengan kegiatannya yang seabrek.

Beda sekali dengan sosok Kim Hyun Joong yang sudah 10 bulan menjadi cowoknya. Kim Hyun Joong tidak pernah merespon dengan baik apa yang ada di dalam pikiran Goo Hye Sun. Kim Hyun Joong cenderung pasif. tidak peduli. Suka asyik dengan dirinya sendiri. Jadi 10 bulan punya pacar, rasanya tetap menjomblo. Kalau kata orang dalam hubungan harus ada take and give, dengan Kim Hyun Joong, Goo Hye Sun merasa tidak menemukan semua itu.

“Putus saja, Goo Hye Sun. Susah sekali...” kata teman-teman Goo Hye Sun yang paham betul dengan apa yang terjadi.

“Aku juga sudah pernah memikirkan hal itu. Tapi Kim Hyun Joong tidak pernah merespon. Tidak mungkin putus hanya sepihak. Lagipula aku tidak enak dengan mami dan papi Kim Hyun Joong. Aku sudah dekat dengan mereka....”

“Tapi untuk apa kau paksakan?”

“Aku masih berharap someday Kim Hyun Joong akan berubah. Kalaupun aku putus dengan Kim Hyun Joong, aku juga tidak akan jadian dengan Lee Min Ho. Pacar Lee Min Ho yang ada di Amerika, aku dengan dia sayang sekali dengan Lee Min Ho. Aku tidak akan mengganggu hubungan mereka yang sudah solid...”

“Berubah? Memangnya Powers Rangers...!” semua teman-teman Goo Hye Sun tertawa kompak.

Tapi niat Goo Hye Sun sangat putih dan tulus pada Kim Hyun Joong. Seperti apa pun Kim Hyun Joong ia mencoba menerima Kim Hyun Joong apa adanya.

Dan sore itu Kim Hyun Joong muncul seperti biasa ke rumahnya.

Membuat Goo Hye Sun agak jengah.

Pakaian Kim Hyun Joong tidak rapi.

Rambutnya pun tidak rapi, pakai jeans yang sudah belel.

Ah, berbeda jauh sekali dengan Lee Min Ho yang selalu wangi dan berpenampilan keren. Dan ketika bayang-bayang Lee Min Ho muncul, sekuat tenaga Goo Hye Sun menepisnya jauh-jauh dari benaknya.

Setelah say hello dengan Goo Hye Sun, Kim Hyun Joong dengan cuek duduk di depan TV dan menyalakan play station. Tidak lama kemudian ia sudah asyik dengan play station-nya.
Hati Goo Hye Sun bener-bener miris. Kim Hyun Joong terlalu asyik dengan dirinya sendiri. Kim Hyun Joong tidak pernah bertanya dengan sikap mesra, apa kegiatan Goo Hye Sun hari ini, capek tidak, apa yang bisa ia bantu. Pertanyaan standar dari seorang cowok untuk soulmate-nya.

“Kim Hyun Joong... kita harus bicara....”

“Ya? Apa?” tanya Kim Hyun Joong masih asyik dengan play station-nya.

“Tentang kita berdua. Hubungan kita....”

“Memangnya ada apa dengan hubungan kita, Goo Hye Sun? Kita baik-baik saja....”

“Kim Hyun Joong, aku merasa kalau kau sudah tidak perhatian lagi denganku. Kita sudah jauh berbeda. Kau tidak pernah berubah dari dulu....”

“Apa yang berbeda? Aku tetap mencintaimu, Goo Hye Sun.” Akhirnya Kim Hyun Joong meletakkan stick PS-nya. Ia lalu menatap Goo Hye Sun tajam. Kim Hyun Joong bersandar di sofa.

“Cinta saja tidak cukup, Kim Hyun Joong.... Tapi harus ada sesuatu yang membuat kita berdua merasa bahagia jika saling bertemu. Tidak hambar....”

“Jadi kau tidak merasa bahagia jika bertemu denganku?” Tiba-tiba saja mata Kim Hyun Joong berubah jadi merah. Seakan tidak senang dengan ucapan Goo Hye Sun.

“Bukan begitu, Kim Hyun Joong. Aku saying padamu. Tapi aku ingin kau jadi lebih baik. Jadi lebih rapi, kau tidak hanya mengabiskan waktumu hanya untuk main play station...” Goo Hye Sun kelihatan sedih. Ia menunduk. Dua air bening melesat lembut membasahi pipi, wajah cantik Goo Hye Sun.

Dan tidak ada sepuluh detik Goo Hye Sun menunduk, mengusap airmatanya, ketika ia mengangkat wajah, ternyata Kim Hyun Joong sudah tidur dengan cueknya, dengan kepala menyandar di sofa.

Goo Hye Sun bengong.

Bersambung…

Kamis, 23 September 2010

Kabut Obsesi Cinta (FF)


Title : Kabut Obsesi Cinta
Author : Sweety Qliquers
Genre : Romance, Friendship
Episode : 4 Part
Production : www.korea-lovers86.blogspot.com
Production Date : 28 January 2010, 04.03 PM
Review :

Jang Geun Suk adalah mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta di Seoul. Selama ini, ia sudah dibutakan oleh obsesi cinta sehingga tak mampu melihat arti cinta yang sesungguhnya itu sendiri. Ia terkungkung dan terpenjara oleh obsesi meski di lain pihak, ada cinta lain yang justru merupakan cinta yang nyata dan sejati.

Ia terus mencoba menggapai gadis obsesinya, meski sang ‘Gadis Obsesi’-Kim So Eun serupa gemintang yang tak terjamah. Betapa bodohnya Jang Geun Suk, mengharap gemintang penerang temaram hatinya sementara ada pijar kecil yang senantiasa bersinar untuknya lewat pelita cinta Park Shin Hye.

Setelah memergoki Kim Bum-sahabatnya sedang bermesraan dengan gadis pujaannya-Kim So Eun, Jang Geun Suk meraka sakit hati dan kecewa. Akankah Jang Geun Suk tetap menunggu gemintang yang tak terjamah lewat cinta Kim So Eun akan berpaling padanya? Ataukah ia akan menerima pijar kecil yang senantiasa bersinar untuknya lewat pelita cinta Park Shin Hye?

Cast :
Jang Geun Suk
Park Shin Hye
Kim So Eun
Kim Bum

Jang Geun Suk
(Shin Hye's Bestfriend)


Park Shin Hye
(Geun Suk's Bestfriend)


Kim So Eun
('Gadis Obsesi' Jang Geun Suk)


Kim Bum
(So Eun’s Boyfriend)


Kabut Obsesi Cinta
Created By Sweety Qliquers

Part 1 “Cinta Yang Tak Terlihat”
Part 2 “Cinta Park Shin Hye”
Part 3 “Cinta Kim So Eun Untuk Kim Bum”
Part 4 “Jang Geun Suk Dan Park Shin Hye” - TAMAT

Kabut Obsesi Cinta (Part 4-Tamat)


Part 4
“Jang Geun Suk Dan Park Shin Hye”


Jang Geun Suk membuka matanya dengan perlahan. Melihat seisi ruangan dengan mata nanar. Putih, semua serba putih.

'Apa aku sudah mati?' batinnya. Pandangannya buram, dan masih sangat buram.

"Jang Geun Suk...? Kau sudah sadar?" Suara seseorang menghentakkan hatinya.

"Park Shin Hye...." gumamnya parau.

"Sudah dua hari kau tidak sadarkan diri. Kata dokter, kau gegar otak ringan. Kau harus banyak istirahat."

Jang Geun Suk tersenyum tipis. Menggenggam jemari tangan Park Shin Hye yang semula beku. Kini hangat bagaikan matahari yang menyinari lubuk hatinya. Mengapa ia harus mengejar gadis yang tidak mencintainya sama sekali. Ia merasa berdosa telah membiarkan Park Shin Hye diselimuti kabut tebal. Kini ia berusaha menepis kabut-kabut itu dari kehidupannya.

"Jangan tinggalkan aku, Park Shin Hye?" ujar Jang Geun Suk sendu. Suaranya masih terdengar parau.

Park Shin Hye tersenyum tipis dengan mata penuh airmata.

"Aku tidak akan meninggalkanmu, Jang Geun Suk. Selamanya. Percayalah."

Jang Geun Suk tersenyum. Diciuminya jemari Park Shin Hye dengan lembut.

"Aku menyayangimu, Park Shin Hye," ujarnya lirih dan pelan.

Park Shin Hye tersipu bahagia dengan pipi merona merah.

Kini kabut cinta tersebut tak lagi menutupi hati mereka. Kabut telah berlalu. Terhembus angin yang sepoi nan semilir.

Keduanya tersenyum bahagia. Terlebih Park Shin Hye, yang kini mendapatkan kembali hati pujaannya.

TAMAT

Kabut Obsesi Cinta (Part 3)


Part 3
“Cinta Kim So Eun Untuk Kim Bum”


Terlihat Jang Geun Suk mengibaskan kotoran yang menempel di celana jinsnya. Membetulkan kancing jaket parasutnya hingga menutupi lehernya yang jenjang. Memakaikan penutup kepalanya. Entah mengapa bayangan-bayagan Kim So Eun bermain-main lagi di benaknya. Bayangan itu seakan tidak mau pergi.

'Mengapa Kim So Eun menolak cintaku?' batinnya lagi. 'Aku harus mendapatkannya. Harus!'

Jang Geun Suk menuruni anak tangga gasebo dan berjalan melewati semak belukar. Langkah terhenti oleh suara canda seseorang yang telah mencuri perhatiannya. Jang Geun Suk berusaha mempertajam pendengaranya. Sepertinya ia kenal betul dengan suara itu. Ya, tidak salah lagi!

Jang Geun Suk berjalan menghampiri sebuah gasebo lain didepannya. Dengan lampu remang dan redup. Ia melihat dua orang anak manusia sedang memadu kasih.

"Kim So Eun?" jeritnya, mengerutkan dahi.

"Kim Bum?" lanjutnya terbelalak tak percaya.

Kim Bum terbelalak kaget melihat kehadiran Jang Geun Suk.

"Jang Geun Suk...."

"Kalian sedang apa di sini?" tanya Jang Geun Suk menahan gejolak cemburu yang telah membakar di hatinya.

Ternyata Kim So Eun mencintai Kim Bum, sahabatnya. Pantas saja Kim So Eun menolak cintanya.

"Kau keterlaluan, Kim Bum! Kau keterlaluan!" sergah Jang Geun Suk emosi.

"Jang Geun Suk! Apa maksudmu!"

Jang Geun Suk menarik baju Kim Bum dengan kasar. Matanya melotot tajam menahan kemarahan. Melirik ke arah Kim So Eun dengan tatapan mata tajam pula. Sedangkan Kim So Eun hanya tertunduk melihat Jang Geun Suk yang tengah kalut. Kim So Eun meringkuk ketakutan di tempat duduknya. Matanya hanya sesekali memicing memperhatikan Jang Geun Suk dan Kim Bum.

"Kau pagar makan tanaman. Kau tahu kan kalau selama ini aku sangat mencintai Kim So Eun."

"Sudahlah, Jang Geun Suk!" tepis Kim Bum. " Kim So Eun tidak mencintaimu."

"Hei, kau pikir kau hebat?! Sahabat macam apa kau?!" Jang Geun Suk mempererat tarikan pada kerah baju Kim Bum. Dan dengan kasar dihentaknya tubuh tegap itu hingga terjerembab di atas rerumputan.

Tak lama kemudian Kim Bum bangkit dengan emosi yang membara. "Kau mau apa, Jang Geun Suk?! Seharusnya Kau tahu diri sedikit. Kim So Eun itu tidak mencintaimu! Tapi mencintaiku!"

"Hei, kurang ajar!" Jang Geun Suk mendorong tubuh Kim Bum. "Yang pertama kali mengenal Kim So Eun itu aku! Bukan kau!"

"Hm... apa kau lupa, kau itu tidak pantas mendapatkan Kim So Eun. Kau itu pecundang!"

"Arrghhh...."

Buuuk! Braakkk. Duuk....

Jang Geun Suk memukul tubuh Kim Bum berkali-kali. Dan menghajarnya tanpa ampun. Jang Geun Suk dan Kim Bum terus berkelahi. Saling baku hantam memperebutkan seorang gadis yang sama-sama mereka cintai.

Kim Bum balik memukul Jang Geun Suk dengan keras. Beberapa kali Jang Geun Suk tersungkur dan bangkit dengan tertatih. Dengan terhuyung Jang Geun Suk menghantam wajah Kim Bum. Dan Kim Bum yang sudah kalap juga memukul tubuh Jang Geun Suk dengan kuat hingga ia terpelanting jauh di rerumputan.

"Sudahlah Kim Bum! Sudah...! Jangan berkelahi lagi!" Suara Kim So Eun terdengar menengahi kegaduhan mereka.

Jang Geun Suk bangkit dengan sakit di sekujur tubuhnya. Semakin terasa sakit saat melihat Kim So Eun lebih memperhatikan Kim Bum. Ternyata benar, Kim So Eun sama sekali tidak mencintainya.

Jang Geun Suk beringsut dengan mata memar. Hidungnya berdarah dan pelipisnya sobek. Ia sempoyongan di antara semak belukar. Berjalan tertatih dengan langkah yang tidak teratur. Dan mendadak saja ia tergelincir di bebatuan. Terperosok jatuh di dasar bukit. Terguling hingga terpental dan akhirnya terlentang tak sadarkan diri. Ranting-ranting kecil dan berduri menyayat jaket parasutnya.

Jeritan keras Jang Geun Suk membelah sunyi malam di hutan pinus. Park Shin Hye tercengang di depan unggun yang masih berkobar. Ia bangkit berdiri dan segera mencari asal suara yang telah mengisi hatinya sekian lama.

Bersambung…

Kabut Obsesi Cinta (Part 2)


Part 2
“Cinta Park Shin Hye”


Kabut tipis mulai menyelimuti hutan-hutan kecil di lereng bukit. Angin dingin menusuk tulang hingga ke ulu hati. Pohon-pohon pinus masih basah dan lembab. Api unggun mulai meninggalkan bara berwarna kemerahan. Dengan asap menjulang tinggi.

Di gasebo kecil Jang Geun Suk termangu. Memperhatikan siluet pinus yang berjejer rapi. Bak raksasa yang sangat menakutkan. Sesekali ia mendekap jaket parasutnya. Sambil teringat dengan seorang gadis yang pernah mencuri perhatiannya. Kim So Eun, nama gadis itu. Mahasiswi ekonomi di sebuah universitas swasta.

Pertemuan itu memang begitu singkat. Di sebuah toko buku. Saat Jang Geun Suk menabraknya tanpa sengaja, dan gadis itu memaki-maki Jang Geun Suk seenak hatinya. Jang Geun Suk pun berang dan membalas makian kecil itu. Dan ternyata mereka bertemu lagi di salah satu universitas di Seoul. Pertemuan itu membuat Jang Geun Suk terbayang-bayang dengan gadis judes yang menghardiknya. Kebencian itu pun timbul dengan sendiri. Jang Geun Suk mengolok-olok si Gadis di depan umum. Bahkan di depan mahasiswa lainnya.

Namun kebencian itu mendadak berubah menjadi sebuah kerinduan di hati Jang Geun Suk. Jang Geun Suk berkali-kali mencoba merayunya. Meminta maaf kepada si Gadis. Tapi si Gadis menolaknya mentah-mentah. Ia sama sekali tidak mempedulikan Jang Geun Suk. Meski Jang Geun Suk sangat mengharapkan cinta sang Gadis, namun tetap saja ditolak.

Hal itu membuat Jang Geun Suk sakit hati. Perih rasanya. Terasa kabut-kabut tipis menyelubungi relung hatinya. Entah mengapa kabut-kabut itu semakin menebal, rasanya.

Jang Geun Suk mendesah pelan. Desahan angin menghapus tubuhnya yang beku. Gesekan angin membuat dahan-dahan pinus bergoyang dan riuh dengan suara yang syahdu. Saat menikmati semilir angin, sebuah tangan tiba-tiba saja menutup mata Jang Geun Suk dari belakang. Jang Geun Suk tercekat merasakan tangan dingin yang menutup kedua matanya.

"Kim Bum!" tebaknya asal.

Namun si pemilik tangan diam saja.

Jang Geun Suk berusaha menebaknya lagi. Mungkin hal ini keisengan teman-temannya. "Jung Yong Hwa! Lepaskan tanganmu," tebak Jang Geun Suk lagi.

Namun lagi-lagi orang di belakangnya itu diam saja. Jang Geun Suk mengulurkan tangannya dan menebak lagi. Namun tidak ketebak.

"Sorry, aku sedang tidak ingin bercanda," seru Jang Geun Suk menyerah.

Kemudian tangan itu pun membuka matanya dengan perlahan.

"Hei! Kenapa kau melamun terus," sapa seseorang padanya.

Jang Geun Suk mengucek-ucek matanya. Melihat seseorang di depannya dengan terpana.

"Park Shin Hye?" gumamnya.

Gadis itu tersenyum. Duduk di depannya kemudian.

"Ada apa denganmu akhir-akhir ini, Jang Geun Suk. Aku lihat, kau selalu Melamun. Apa kau sedang kasmaran?" selidik Park Shin Hye.

"Ah, tidak. Aku tidak melamum."

"Sudah, jangan bohongi aku. Buktinya, dari tadi aku perhatikan, kau selalu bengong. Aku tahu ada seorang gadis yang mencuri perhatianmu. Siapa dia, Jang Geun Suk?"

Jang Geun Suk terbelalak sambil menelan air liurnya.

"Melamun? Melamunkan siapa?"

"Sudahlah, tidak usah bohong lagi."

Jang Geun Suk mengerinyitkan keningnya. "Kau tahu dari mana?"

"Aku sudah membaca semua buku catatan harianmu. Maaf, kalau aku lancang."

"Park Shin Hye...! Ja-jadi... kau.... " Jang Geun Suk menatap wajah Park Shin Hye dengan lekat, seperti tidak percaya atas pendengarannya sendiri.

"Maaf, aku tidak sengaja, Jang Geun Suk. Kau marah?"

Jang Geun Suk diam. Hening. Namun hanya sesaat.

"Siapa Kim So Eun? Kau mengenalnya?" tanya Park Shin Hye memecahkan keheningan

"Hm, dia anak ekonomi."

Bibir Park Shin Hye membulat. "Oo."

Hening lagi. Perasaan Park Shin Hye tercabik-cabik. Sesungguhnya dia sangat mengharapkan Jang Geun Suk menjadi kekasihnya. Namun Jang Geun Suk tidak pernah menggubris perasaan itu. Meski perhatian yang diberikan Park Shin Hye sangat lebih untuk Jang Geun Suk, Jang Geun Suk seakan tidak peduli.

Tak berapa lama Jang Geun Suk beringsut dari duduknya. Angin dingin semakin menggila seakan menghunus jantungnya.

"Aku pergi dulu, Park Shin Hye. Aku mengantuk," ucap Jang Geun Suk sambil berlalu meninggalkan Park Shin Hye yang terpaku.

"Tapi, Tunggu... jangan tinggalkan aku sendiri disini Jang Geun Suk."

"Sudahlah, besok saja mengobrolnya," tolak Jang Geun Suk apatis (tanpa perasaan).

Park Shin Hye terpaku. Kali ini hatinya seolah terhempas ke dalam cadas-cadas yang tajam. Namun Park Shin Hye dengan sabar hati menunggu kepastian yang tak pasti. Meski berkali-kali hatinya tersayat pedih karena Jang Geun Suk memikirkan gadis lain, Park Shin Hye tetap saja memberi perhatian penuh terhadap Jang Geun Suk.

Park Shin Hye terpaku memperhatikan Jang Geun Suk yang meninggalkannya begitu saja. Malam seakan menghadirkan giris sunyi yang luar biasa. Tak terasa airmatanya menitik. Dan setiap begitu, maka ia hanya dapat menuangkan baur perasaannya lewat lembar-lembar buku diarinya. Di sana, ia menaburkan kalimat dalam bentuk puisi. Puisi cinta buat Jang Geun Suk.

Ketika hasrat hatiku
mendambakan dirimu
namun bayanganmu
hanya terlintas dalam angan dan mimpiku

Aku begitu mendambakanmu
mengharap kau merajut benang cintaku
agar menjadi sebuah sutra
yang indah dalam hatiku
dan terlukis sejuta namamu
(Di sudut kamar- Park Shin Hye)


Park Shin Hye meremas buku diari yang senantiasa menyertainya kemana pun ia pergi. Hatinya masih berdarah dalam penantian. Pemuda itu terlalu angkuh di dalam obesesinya. Dipandanginya jelaga langit. Gemintang bermain mata dalam kerlap-kerlip abadinya. Mereka indah namun tak tergapai tangan. Seperti itulah Jang Geun Suk sekarang. Ia gemintang yang tak terjamah!

Bersambung…

Kabut Obsesi Cinta (Part 1)


Part 1
“Cinta Yang Tak Terlihat”


Hai, namaku Jang Geun Suk. Aku mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta di Seoul. Aku memiliki history cinta yang ingin kusampaikan kepada sahabat semua. Well, mungkin ini cuma roman picisan. Maybe, kisah cinta klise. Entahlah. Namun aku merasa perlu menceritakannya sebab aku tidak ingin sahabat semua terpuruk di dalam 'kasus' cintaku yang miris. Ya, miris. Sebab selama ini, aku sudah dibutakan oleh obsesi cinta sehingga tak mampu melihat arti cinta yang sesungguhnya itu sendiri. Aku terkungkung dan terpenjara oleh obsesi meski di lain pihak, ada cinta lain yang justru merupakan cinta yang nyata dan sejati.

Cinta itu bernama Park Shin Hye. Dia adalah teman sekampusku. Dia telah lama mencintaiku dengan sepenuh hati. Namun aku dibius oleh obsesi dan kecantikan Kim So Eun sehingga melalaikan Park Shin Hye. Aku terus ingin menggapai gadis obsesiku, meski ia serupa gemintang yang tak terjamah. Hei, betapa bodohnya aku, mengharap gemintang penerang temaram hatiku sementara ada pijar kecil yang senantiasa bersinar untukku lewat pelita cinta Park Shin Hye.

Betapa naifnya aku. Seharusnya aku sudah diganjar karma dari obsesiku sendiri. Namun cinta sejati Park Shin Hye yang kutampik justru mengulurkan tangannya. Diberikannya aku bahunya untuk bersandar dan menangis. Dan diberikannya satu tempat yang paling istimewa di hatinya. Selamanya. Ya, selamanya.

Bersambung…
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...